Salam, Pembaca!
Ini adalah surat Lucy Rothbelle yang kedua - fanfiction lain lagi dari saya yang sedang berkhayal tingkat tinggi. Ehem, sebaiknya kamu membaca surat Lucy yang pertama (kalau kamu belum membacanya) di posting berjudul 'Surat Dalam Secarik Perkamen'. Oke? Ini untuk memudahkan kamu mengerti surat yang kedua ini.
Happy reading! :))
>>
(teks dalam secarik perkamen yang diberikan Lucy Rothbelle kepada Draco Malfoy sesaat sebelum Draco pergi untuk mengecek Kamar Kebutuhan)
-Dari L.R. kepada D.M-
Kurasa aku tak akan pernah sebahagia ini seumur hidupku. Kau datang mencariku sesaat setelah kau keluar dari rumah sakit. Kau bertanya padaku apakah perasaanku padamu itu sungguh-sungguh, dan kujawab ya, tentu saja. Kuceritakan padamu bagaimana aku memendamnya selama lima tahun ini.
Aku tak pernah menyangka kau akan begitu sopan padaku; status-darah kita berbeda, dan seperti yang sudah kukatakan di surat yang pertama, kau darah-murni, dan biasanya orang-orang berdarah-murni menganggap rendah orang-orang berdarah-campuran dan orang-orang kelahiran-muggle.
Dan kau bilang kau mengingatku, saat kau keluar dari toilet, dipapah Snape, mengerlingku yang berlinangan air mata, lalu melihatku yang dengan terpaksa keluar dari bangsal rumah sakit sesaat sebelum kau meminum ramuan dari Madam Pomfrey, lalu ketika kau melihatku di pintu kantor Slughorn – kau bilang kau mengawasiku, bukan melihatku. Kau tidak tahu betapa itu sangat berarti bagiku.
Kemudian aku bertanya padamu tentang bagaimana kau mencariku – bertanya pada Michael Corner, menanyainya tentang anak Ravenclaw yang mempunyai inisial L.R. Dan kau pun menemukanku, Lucy Rothbelle. Lalu aku bertanya apakah Pansy tidak akan curiga kalau kau menemuiku, dan kau bilang dengan tak sabar bahwa Pansy ada pelajaran tambahan dengan Profesor Sprout.
Kau tak pernah benar-benar menyukai Pansy, kan? Kau hanya menyukai bagaimana dia memanjakanmu seperti ibumu. Kau menyukai belaiannya pada rambutmu seperti belaian ibumu. Kau tidak mencintai Pansy. Aku tahu dari ekspresimu dan sinar matamu ketika kau membicarakannya.
Dan tentu saja aku tak akan melupakan ceritamu tentang tugas yang diberikan Kau-Tahu-Siapa kepadamu – tentu dengan janjiku untuk tidak memberitahu hal ini pada siapapun. Aku tak pernah habis pikir kenapa dia sampai memberimu tugas itu – apa dia ingin kau memutuskan kepada siapa kau akan setia? Aku sungguh-sungguh kasihan pada ayah dan ibumu. Aku juga tak tega mendengar bagaimana kau digunakan oleh Kau-Tahu-Siapa tahun ini.
Ini menjelaskan bagaimana sepanjang tahun ini kau pucat, cemas – tebakanku benar, kan? Rencanamu berantakan; tidak heran, karena kau memakai Crabbe dan Goyle. Kau menyasar orang-orang tak bersalah. Kalau kau mau tahu, aku mencemaskanmu hampir sepanjang tahun ini; hampir, karena aku harus belajar untuk OWL-ku sebentar lagi.
Suratku kali ini tak akan sepanjang sebelumnya, karena aku sadar aku tak punya waktu lagi. Baru lima belas menit yang lalu kau mengatakan padaku, dengan gembira, bahwa Lemari Pelenyap yang bisa membantumu melakukan tugasmu, yang selama ini kau memperbaikinya di Kamar Kebutuhan, sekarang sudah betul dan bisa digunakan. Kau juga bilang malam ini mungkin kau akan melaksanakan tugas yang diberikan Pangeran Kegelapan, yang berarti, Pelahap Maut akan datang ke Hogwarts dan mungkin akan agak sedikit membuat kekacauan.
Mungkin setelah ini kau akan pergi.
Aku tak tahu apa yang mau kukatakan lagi. Entahlah. Kau mungkin agak susah membaca perkamen ini; tulisanku acak-acakan karena aku terburu-buru menulisnya dan banyak tinta yang menetes dan butir-butir air mata berjatuhan di perkamen ini, membuat tinta-tinta itu luntur.
Seperti janjiku padamu, aku tidak akan menceritakan apapun yang kau lakukan selama setahun ini kepada siapapun, dan aku juga tidak akan membocorkan rencanamu kepada anggota Laskar Dumbledore yang lain – aku punya firasat Harry mencurigaimu – meskipun ini berarti aku mengkhianati mereka, mengkhianati Dumbledore, mengkhianati Hogwarts.
Aku tak pernah benar-benar berhenti berharap kau akan mencariku, Draco. Sungguh.
Satu lagi, aku akan selalu mendukungmu apapun yang akan kau lakukan, meskipun yang kau lakukan itu adalah… membunuh Profesor Dumbledore. Sebab… kalau kau tidak membunuhnya… Kau-Tahu-Siapa akan membunuhmu, dan… kalau itu terjadi…
Aku tidak yakin akan bisa dengan tenang menerimanya.
Salam,
Lucy.
P.S.: kalau kau benar-benar akan pergi, bawalah surat ini bersamamu. Setidaknya kau punya sesuatu yang bisa mengingatkanmu dengan… teman sekolahmu ini. Dan… kirim burung hantu padaku, oke?
<<
(kalau yang ini benar-benar terinspirasi dari novelnya saja, karena dalam film ceritanya berbeda, Malfoy keluar dari rumah sakit pada malam hari dan langsung mengecek Kamar Kebutuhan, padahal kan dia keluar dari rumah sakit dulu, si Snape memberi detensi kepada Harry dan kemudian Harry dan Ginny jadian, terus Harry dapat perkamen dari Dumbledore dan waktu Harry mau ketemu Dumbledore dia berpapasan dengan Profesor Trelawney yang bilang kalau di dalam Kamar Kebutuhan ada seseorang yang berteriak, dan itu Malfoy) *oke, mungkin kamu agak sedikit bingung membacanya*
Disclaimer: Draco Malfoy, tokoh ciptaan J.K. Rowling, tidak pernah mengenal Lucy Rothbelle dan dia tidak pernah mencari anak Ravenclaw berinisial L.R. dan bertanya pada Michael Corner. Ini hanyalah surat rekaan saya saja. :)) Kepada seluruh pecinta Harry Potter, maaf karena saya membuat Lucy terkesan seperti pengkhianat Hogwarts, padahal dia (ceritanya) anggota Laskar Dumbledore. Ini karena rasa cintanya yang dalam pada Draco.
R.A.
0 komentar:
Posting Komentar