Senin, 24 November 2014

, ,

Sebuah Kisah Klasik Tentang Cinta

Saya tak pernah merasa ingin jatuh cinta lagi. Rasanya saya nyaman-nyaman saja dengan keadaan seperti ini, tanpa perlu menghabiskan waktu berlama-lama menangis di depan laptop, atau di dalam bantal.
Karena, setelah mendapat teguran dari teman-teman saya, saya jadi sadar bahwa hidup saya tak melulu tentang cinta. Mungkin buat perempuan lain, iya, tapi, saya punya kehidupan normal di luar sana, atau bahkan, kehidupan virtual di imajinasi saya.
Yang, sebenarnya, tidak ada cinta pun, tak apa-apa.
Cinta yang saya maksud adalah tentang pasangan hidup. Tidak, bukan pacar. Tetapi pasangan hidup. Yang telah berkomitmen untuk hidup bersama.
Pemikiran mengenai cinta yang satu ini mulai merajalela di otak saya sejak saya tersadar dari jatuh cinta saya yang menyakitkan, dan teman-teman di kehidupan sosial saya yang sudah menemukan teman hidupnya untuk selamanya. Menikah, maksud saya.
Yang saya tahu setelah itu, cinta tidak sekedar sayang-sayangan atau papah-mamah-an sebelum menikah. Cinta itu tidak sekedar mengumbar perasaan di depan umum. Cinta itu tidak sekedar galau berkepanjangan setelah diputusin pacar. Cinta itu tidak sekedar duduk berdua dan merasa dunia milik berdua.
Cinta tidak sedangkal itu sampai dua orang yang sedang dipisahkan jarak dan waktu menjadi bosan satu sama lain. Cinta tidak sedangkal itu sampai dua orang yang belum menikah melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan.
Tidak sedangkal itu.
Jauh, jauh lebih dalam.
Kalau saja banyak yang mau menyelaminya.

* * *

Saya ini sebetulnya orang yang gampang jatuh cinta, apalagi kalau tampang orangnya mumpuni. Tanya saja teman-teman dekat saya, mereka pasti menyebutkan lebih dari satu orang kalau ditanya siapa orang yang sedang saya taksir. Naksir loh, ya, bukan jatuh cinta...
Orang yang saya taksir sih, banyak! Sebagian tersebar di kampus saya (hahaha).
Tapi saya yakin betul bahwa saya memang cuma naksir. Cuma “suka” dan “penasaran”. Tidak sampai nangis-nangis dan galau-galauan.
Karena saya tahu definisi cinta bagi saya adalah: mendoakan orang yang dicintai agar selalu bahagia dan diberi keselamatan. Mau caranya bagaimana kek, yang penting dia senang. Gitu aja. Hehehe.
Ada banyak cara yang dikasih Tuhan biar bahagia (salah satunya dengan mematuhi perintah-Nya, tentu saja), dan salah satu yang saya pilih adalah dengan melihat orang yang saya cintai bahagia. Bahagia dengan cara apa saja. Termasuk, bahagia dengan orang yang dikasihinya.
Realistis saja, saya sih capek memikirkan orang yang sudah punya pacar. Apalagi istri. Untungnya sih, saya tidak pernah jatuh cinta sama orang yang sudah punya istri.
Masa sih mau mendoakan mereka putus? Enggak kan. Rasa kemanusiaan saya masih ada.
Jadi, atas nama cinta, berbahagialah!

* * *

Cerita-cerita mengenai orang yang saya taksir, kalau diingat-ingat, rasanya kekanakan sekali. Cuma gara-gara melihat penampakannya dari kejauhan, hati ini rasanya langsung berhenti berdetak. Apalagi kalau sampai berpapasan.
Yang lebih parah lagi kalau dua pasang mata saling menangkap.
Duh, saya rasanya nggak bisa berhenti senyum sampai besoknya. Mood yang seharian berantakan bisa langsung naik cuma gara-gara hal sepele seperti ini.
Tapi justru hal-hal sepele seperti inilah yang saya rindukan waktu hati saya lagi kosong. Benar-benar, deh, kalau hati ini nggak ada yang ngisi, rasanya bete terus sepanjang hari. Fase kosong yang sudah saya lewati beberapa bulan yang lalu itu nggak pengen saya ulang lagi.
Saya memang bukan tipe orang penyuka pacaran, sebenarnya. Toh saya bisa hidup tanpa didampingi cowok sampai sekarang (kalo Bapak saya sih, pria, bukan cowok). Sampai sekarang saya juga belum merasakan rasanya “ingin didapatkan” atau “disukai”. Sampai sekarang saya hanya ingin merasakan rasanya “diperlakukan sebagai wanita” dan “dihormati sebagai wanita”.
Apakah untuk mendapatkan itu semua saya harus punya pacar dulu? Alangkah senangnya kalau tidak.
Orang-orang yang saya taksir, sayangnya, bukanlah teman saya. Benar, orang-orang ini bikin penasaran karena bagaimana caranya orang yang lahir 1-2 tahun setelah saya bisa se-gorgeous itu?
Please notice me, kouhai! 

Continue reading Sebuah Kisah Klasik Tentang Cinta