Jumat, 07 Oktober 2011

, , , , ,

Jealousy ft. Sensitivity

Ini tentang kisah iri pada seseorang. Yang sebenarnya tidak etis untuk diceritakan.


Saya sendirian. Memegangi ujung gaun hitam saya sembari duduk di kursi taman. Memandangi pangeran saya berciuman dengan putri yang mirip barbie.
Ibu peri muncul membawa kabar buruk: "Hujan akan segera turun, Sayang."
Saya mengangguk, tetapi tidak beranjak.
Saya cuma berharap hujannya segera turun dan membasuh muka saya, sehingga saya tidak terlihat sedang menangis. Karena tangisan saya setelah hujan turun justru bertambah deras.
Saya melihat pangeran dan putri mirip barbie itu lari ke istana warna putih gading dengan gorden warna emas.
Istana yang dulu dijanjikan pangeran saya.
Tongkat sihir saya tergeletak jatuh di rerumputan basah.
Saya tidak berniat mengambilnya.
Saya ingin pensiun jadi penyihir, ingin jadi manusia biasa.
Manusia biasa yang tidak akan sebegini cemburu melihat kekasihnya ternyata menyukai orang lain. Yang tidak begini sakit hati ketika ternyata kekasihnya lebih memilih putri yang mirip barbie.
Karena putri itu sempurna.
Gadis paling sempurna di seluruh dunia.
Saya lalu berpikir, apalah saya dibandingkan putri yang mirip barbie itu.
Saya tidak cantik.
Saya tidak pintar.
Saya tidak kaya.
Saya cuma bisa menyihir.
Akan tetapi, pantang bagi saya untuk menyihir pangeran untuk lebih mencintai saya.
Saya tidak lebih dicintai olehnya, itu saja masalahnya.
Gaun hitam saya pun basah lagi, oleh air mata langit.
Saya tidak berharap akan muncul pelangi.
Saya sudah terlalu lelah berharap. Karena harapan saya jarang terkabul.
Saya hanya akan membiarkannya mengalir apa adanya.
Jika memang ada yang bisa mengalir.


* * *


Sakit, ya?
Ketika orang yang kau pikir mencintaimu dengan tulus, malah mengkhianatimu dan mencintai orang lain.
Memilih orang lain menjadi kekasihnya.
Ketika kita mengira ia benar-benar menyukai kita.
Kita tak pernah tahu perasaan orang lain.
Tidak akan pernah tahu.
Hanya saja, kita punya indera perasa.
Untuk beberapa orang,
yang perasaannya kuat,
yang sensitif sekali,
yang peka akan hal-hal
yang sedang, akan, maupun telah terjadi,
perasaan semacam itu akan membuat mereka semakin sakit hati.
Tidak nyaman rasanya mengetahui apa-apa yang terjadi.
Sebab terkadang apa yang terjadi itu bukanlah hal yang baik menurut kita.


* * *


Sebuah quote dari seorang teman:
"Kadang mereka mendapatkan apa yang kita benar-benar inginkan, padahal mereka tidak benar-benar  menginginkannya. Padahal jika 'sesuatu' itu berada di tangan kita, kita pasti akan lebih bisa menghargainya. Karena kita benar-benar menginginkannya."
-Inten Pratiwi-


Jogja,
6 Oktober 2011

1 komentar:

  1. "kenyataan terkadang berbeda dengan apa yang kita inginkan ,terkadang apa yang kita inginkan bisa sesungguhnya kita butuhkan dan sebenarnya yang dibutuhkan hanyalah merelakan"
    raditya dika-marmut merah jambu

    BalasHapus