Rabu, 21 September 2011

, ,

Hope

Harapan saya untuk malam ini: tidak ada lagi mimpi buruk, tidak ada lagi mimpi memerankan tokoh di film horor Indonesia, tidak ada lagi kisah Hippo diambil orang.
*peluk Hippo erat-erat*

Akhir-akhir ini saya jarang sekali bertemu dengan black prince saya. :(

Apa ya? Terakhir kali saya lihat dia, saya langsung lari sampai ke depan ruangan tempat dia masuk, tapi saya tidak bisa masuk. Dan saya menunggu, tetapi sia-sia, karena saya terpaksa harus pergi sebelum dia keluar. Jadi saya tidak melihatnya keluar.

Lalu bahkan setiap saya hendak melihat timeline-nya, tweete saya langsung error. Kenapa? Saya bahkan sekarang tidak lagi diizinkan mengecek timeline-nya?

Teringat kata-kata teman: “kalau aku jadi kau... aku tak akan melepaskannya.”

Saya hanya bisa menjawab: “sayang sekali saya bahkan tak punya hak untuk mengikatnya. Tak ada yang bisa mencegahnya untuk lepas dari saya, kecuali dia yang bertahan untuk tetap bersama saya, dan sampai sekarang toh saya masih berdoa agar dia tetap bertahan. Tapi kalau dia mau lepas dari saya, ya silakan. Mmm, tapi penggunaan kata ‘lepas’ disini agak kurang pas sih. Maksud saya, kita toh belum ada ikatan apa-apa. Belum ada status.”

Seorang teman lagi menyahut: “lalu kapan ada status?”

Dan saya tak bisa menjawab.

* * *

Yah, hanyalah percakapan biasa antara suara hati dan saya, (me, myself, and I) yang tidak penting sebenarnya untuk diutarakan disini. Maksud saya, ini hanyalah sebuah catatan pemikiran dari saya dan teman-teman di dalam diri saya.

Beberapa hari yang lalu saya akhirnya mengadakan obrolan singkat dengan salah seorang teman dari masa lalu saya.

Senangnya jika hubungan yang sudah lama renggang bisa agak hangat lagi.

Anggaplah silaturahmi. Saya dan dia saudara, kan?

Omong-omong tentang orang dari masa lalu...

Saya sedang tidak bisa berpikir, entah karena ini efek belum (sempat) makan nasi dari pagi (FYI, sekarang jam setengah 9 malam), atau karena besok praktikum Biomaterial II (yang mana saya baru baca pengantarnya), atau karena besok saya harus menyerahkan desain gigi untuk praktikum Dental Anatomi kepada asisten praktikum kelompok saya (yang mana belum sempat saya gambar), atau karena besok ada asistensi general Fisiologi II, atau karena besok ada pertemuan Tari Saman Incisa FKG UGM yang bentrok dengan pertemuan dengan asisten DA, atau karena saya bingung dan ngantuk sekali, saya pengen bikin kopi tapi saya belum makan, saya pun galau...

Sebentar. Saya istirahat dulu.

* * *

Tebak apa? Hari ini saya bangun pagi dan mengerjakan desain gambar gigi untuk praktikum DA :D

Meskipun stuck di awal-awal, karena saya sama sekali lupa bagaimana cara menggambar dengan skala – terakhir yang saya ingat adalah saya menggambar peta dengan mencontoh atlas – sudah beberapa tahun yang lalu.

Yah, sekarang saya sedang semangat-semangatnya, karena, yah, ada satu dan lain hal... J
Semoga sampai akhir semester nanti semuanya selancar ini... amiin.

Okelah, pagi ini cukup dulu, saya mau siap-siap ke kampus setelah ini – kuliah Anatomi II jam 8! – dan setelah itu ada asistensi general praktikum Faal dan setelah itu ada penilaian desain gigi untuk praktikum DA dan setelah itu ada praktikum Biomat. Wish me luck! (especially for the last one)

Gonna get back at about 5 PM J see ya!

P.S: PAGI INI SAYA HARUS MAKAN.

* * *
Ternyata saya baru pulang jam setengah 6 lewat seperempat tadi!

Gambar desain gigi saya dinilai cukup memuaskan – syukurlah – dan ada sedikit kesalahan disana-sini, tapi, yeah, I’ve made it!

FYI, malam ini saya nangis lagi, untuk alasan yang sama seperti malam-malam yang lalu.

Kapan ya semua ini berhenti?

Ketika saya berhenti mencintai dia?

Saya tidak cinta...

Saya cuma takut kehilangan...

R.A.
Tepat pukul 0.00
Continue reading Hope
, ,

Nightmare

Firasat saya benar kemarin malam, tentang tidak ingin tidur terlalu cepat.

Saya mimpi buruk, lima belas menit pertama saya terbangun dari tidur-tidur ayam saya, karena memimpikan – atau “tidak sengaja” membayangkan? – beberapa makhluk khas film horor Indonesia – sumpah, saya merinding ketika menulis ini, padahal di GOM player saya menyetel lagu G.NA.

Kemudian saya memaksakan diri terbangun, dengan hati berdebar, tidak tahu apa yang harus saya lakukan, saya gemetaran sendiri, tidak bisa memikirkan apa-apa, saya peluk Hippo erat-erat. Lalu saya mulai menangis. Oh, betapa kesalnya.

Setelah itu saya memutuskan untuk mendengarkan musik hingga saya tertidur dan terbangun pada pagi harinya.

Lagi-lagi mimpi buruk.
Saya mimpi Hippo diambil dari saya.

Menyedihkan, ya? Tapi bagi saya dia lebih dari sekedar kuda nil berwarna ungu.

Tapi pada akhirnya Hippo kembali pada saya, setelah saya memohon-mohon pada orang tersebut.

Karena saya sudah lelah selalu kehilangan sesuatu yang teramat berharga buat saya.

Kadang saya berpikir, apa saya salah dengan melibatkan perasaan dalam setiap hubungan saya dengan orang lain? Karena itu membuat saya tidak ingin kehilangan mereka. Dalam hal apapun. Tapi, sudah memiliki berarti siap kehilangan, kan?

Mau tidak mau.

Rasa kehilangan itu nyesek. Serius. Rasanya ingin menangis terus-terusan. Meskipun sadar bahwa menangis tidak akan menyelesaikan masalah. Tidak akan mengembalikan apa yang sudah diambil dari kita.

Sedih ya. Saya tidak ingin mengalaminya lagi.

Sampai kapanpun.

Terutama untuk orang yang terlanjur disayangi, terlanjur dicintai. 

Dan tentang kehilangan.

Atau rasa mencintai orang yang mencintai orang lain.

Saya sampai bosan sama diri saya sendiri. Kenapa topiknya nggak pernah lepas dari cinta yang bertepuk sebelah tangan? Kesal.

Salahnya adalah, kenapa saya selalu suka sama seseorang semacam itu? Apa seseorang yang jatuh cinta terlihat begitu memesona mata saya, sehingga tanpa sengaja sinyal hati saya tertarik pada ekspresinya ketika jatuh cinta? Sehingga tanpa sadar saya sudah terjatuh begitu dalam, dan ketika saya sadar, tidak ada yang bisa membantu saya memanjat lubang – jurang – yang curam itu.

Kecuali diri saya sendiri.

* * *
Saya baru tahu kalau Cornetto Disc rasa Strawberry Cheesecake rasanya enak banget. Uuh, rasa strawberry! *ya iyalah* Dan efektif menghilangkan galau :)) Langsung suka!

Namanya juga es krim.

Tapi soal makanan kesukaan...

Saya suka sekali omelette yang dicampur keju dan sosis. Apalagi kalau kejunya meleleh. Oh ya ampun, rasanya seperti surga dunia. Pada dasarnya saya memang penyuka keju.

Tempo hari ketika saya sedang di Gramedia bersama salah seorang sahabat saya, saya melihat sejenis buku diet untuk golongan darah O – yeah, golongan darah saya O, FYI – dan saya tanpa berpikir panjang langsung menghampiri dan membacanya.

Dan keju termasuk daftar makanan yang harus dihindari oleh orang bergolongan darah O.

Mimpi apa saya semalam.

Nggak makan keju selama sebulan? Saya bisa mati.

Oke, saya bercanda.

Selain keju saya juga suka sekali cokelat. Dalam bentuk apa saja. Tapi terutama saya suka biskuit cokelat dengan lelehan cokelat di dalamnya – cokelatnya lumer di mulutmu, dengan renyahan biskuit cokelat juga – seolah-olah tak ada lagi hal yang paling membahagiakan di dunia ini.

Oke, saya berlebihan.

Akan tetapi akan lebih membahagiakan jika kau bisa makan cokelat ditemani orang yang kau cintai. Rasanya cokelat itu ratusan kali lebih manis; atau lebih pahit? Karena kau terlalu gugup berdekatan dengannya.

Ah, sudahlah.

Pembicaraan dengan teman saya yang di Bandung beberapa malam yang lalu harusnya menyadarkan saya... bahwa saya masih punya banyak hal, banyak banyak hal yang lebih penting untuk dipikirkan...

Contohnya saja, kuliah saya.

Dan ngomong-ngomong tentang kuliah...

Berarti membicarakan mimpi buruk yang lain.

Hahaha, saya hanya bercanda. Saya kadang menyikapi fakta-fakta tentang kuliah saya dengan skeptis dan sinis.

Kenapa ya?

*MASIH JUGA TANYA KENAPA, TIQ?*

Oke, maaf, maaf...

Saya hanya tidak biasanya seperti ini.

*KAU MEMANG BIASANYA SEPERTI INI*

Baiklah, baiklah...

Ya, saya memang biasa mengadakan percakapan dadakan dengan diri saya sendiri, misalnya ‘kamu benar-benar menyukainya, ya?’ atau, yang akhir-akhir ini sering didengungkan ‘he doesn’t deserve you, at all!’ atau umpatan seperti ‘dia BRENGSEK!’ masing-masing untuk objek percakapan yang berbeda.  

Fwah, seandainya saya bisa setegar cewek-cewek anggota 2NE1 yang bisa menyanyikan Hate You dengan lega.

“Hate you~~ I’m fine living without you~
I hate you~~ I’m fine living without you~”

Dan hidup akan terasa ribuan kali lebih baik.

* * *
Saya bukannya tidak ingin belajar, atau apa, tapi saya benar-benar tidak bisa melepaskan pikiran saya dari orang itu. Setiap saya membaca buku praktikum anatomi II. Setiap saya membaca buku praktikum anatomi gigi. Setiap saya mendengar lagu-lagu mellow – termasuk My Love, My Kiss, My Heart yang dinyanyikan Super Junior.

Dan pikiran-pikiran tentang dia membuat saya geram.


Maksud saya, apa yang dia lakukan di luar sana?


Okelah saya memang bukan siapa-siapa baginya.


Tapi bukankah...


Saya tidak sanggup meneruskan :| maksud saya, ya sudahlah.


Meskipun setitik kecil perasaan gila di hati saya mendesak saya berpikir tentang rumah, keluarga, dan anak-anak – oh ini seperti sebuah lagu, izinkan saya mengingat lagu apa ini – ketika saya memikirkan dia. Ingin serumah dengannya dan berstatus ‘istrinya’. Sehingga ketika dia memperkenalkan saya pada teman-temannya: ‘ini lho, mantan pacarku!’ sambil tertawa dan menunjukkan cincin kawin di jari manisnya... cincin kawin yang saya pakaikan ketika pernikahan.


Sebuah mimpi yang, mungkinkah terjadi?


“my love, my kiss, my heart~~”
“one love, one kiss, to my heart~~”
“last love, last kiss, last sing~~”
“good bye, my love, my kiss~~”


Hanya sepenggal lirik itulah yang bisa saya nyanyikan dengan jelas dalam lagu yang sedang saya dengarkan ini.


* * *
Seperti LDR. Ketika tak ada kabar darinya, mendadak tubuh panas dingin. Hati gelisah. Padahal benar-benar bukan siapa-siapa. Bukan juga HTS-an. Tidak dalam proses pendekatan. Apalagi proses penggantungan. Hanya seorang teman yang menuntut lebih.


Hanya seorang teman yang sudah berjanji:


‘just promise me baby, you’ll be here through it all’


Yeah, itu dari lagu.


Tetapi itulah janji seorang teman. Atau malah lebih dari teman?


Dia tidak mau tahu. Dia hanya tahu dia sudah terlalu nyaman dengan hubungan ini. Meski dia tahu bahwa hatinya menginginkan status ‘berpacaran’. Tetapi bagaimanapun juga dia memaksa memungkirinya. Tidak mau merusak hubungan yang sudah ada. Yang sudah terjalin begitu lama – bahkan sejak mereka belum bertemu satu sama lain.


Sekian lama dipisahkan waktu, ketika bertemu, mereka saling merangkul, memeluk, mencium. Menghirup wangi rambutnya, mencium aroma tubuhnya, menyentuh setiap jengkal kulitnya. Tanpa peduli pandangan orang-orang yang menatap aneh dan berbisik-bisik keras.


Dia melepas ikatan rambut sahabatnya. Rambut cokelat itu tergerai panjang, bergelombang, lembut, indah. Dan wangi cokelat.


Ia berbisik lirih, “Sayang, kau cantik sekali hari ini. Apa ini karena kau akan bertemu aku? Kau dandan ya?”


Sahabatnya membalas tepat di telinganya. “Kau juga. Sejak kapan kau memakai lipgloss rasa jeruk?”


* * *
Well, yah...


Yang di atas itu salah satu bentuk ‘nightmare’ bagi saya.


Tenang saja, saya masih sangat normal. Maksud saya, melihat Siwon dan Taecyeon topless, mata saya tak bisa berhenti memandangi mereka, tuh.


Apalagi melihat dia. Kalau bisa saya terus memandanginya sampai punggungnya tidak kelihatan – ketika ia berbelok di ujung lorong.


Kenapa semakin kesini rasanya tulisan ini jadi tidak bermakna sama sekali?

RA. Jogja. Masih di Jogja.

Tambahan:
*Quote of the day*
“How to read?
Dari kiri ke kanan,
dari atas ke bawah.
Jangan lupa berdoa.”
(tulisan di cover buku praktikum anatomi II)
Continue reading Nightmare
, ,

Comeback Stage


So long time not posting here.

Saya masih di FKG, alhamdulillah, meski berkali-kali hati saya mengutarakan keinginan untuk pindah jurusan, tapi, saya sedang belajar menghargai dan mensyukuri hal-hal yang sudah saya dapat.


Kosan saya masih berantakan, ketambahan tikar lucu  bergambar binatang dengan namanya dalam bahasa Inggris – setidaknya saya jadi bisa belajar menghapal nama-nama hewan – kemudian ada meja kecil bergambar Shaun the Sheep – kartun favorit saya selama pulang kampung dan bisa nonton tivi! – lalu ada boneka-boneka saya, Hippo-Piggy-Minnie. Ketiganya itu berbeda jenis, lho. Hippo – kalian pasti sudah bisa menebak dari namanya! – adalah kuda nil berwarna ungu dan punya tiga helai rambut di puncak kepalanya. Piggy – semacam babi warna pink yang nggak punya mulut. Minnie – tentu saja dengan pita pink di atas kepala dan mengenakan yukata warna pink. Minnie Mouse versi Jepang. 

Oh, betapa dulu saya sangat tergila-gila pada Minnie Mouse.

Maksud saya, dia kan hanya seekor tikus yang diberi pakaian?

Di kosan saya juga ada satu rak baru untuk tempat makanan... yang mana selama ini saya taruh di atas meja belajar, mengusik ketenteraman belajar dan membuat nilai saya jadi turun... tidak ada hubungannya. Pokoknya, rak baru yang berwarna biru ini penuh cemilan yang saya bingung bagaimana cara menghabiskannya.

Kemudian ada cermin.

Yah, akhirnya saya punya cermin, saudara-saudara.

Warnanya biru, cermin kamar mandi sebenarnya, tetapi saya bisa meletakkan alat make-up saya (ehem! Begini-begini saya juga wanita) di cermin itu. Efektivitas tempat, kalau saya bilang mah.


Ketika saya melirik jam dinding saya, sudah pukul 23:21. Kelebihan 10 menit. Berarti 23:11.

Semester tiga baru saja dimulai.

Dan saya? Masih belum punya gambaran.

Sejujurnya saya bimbang setiap malam.

*ada sesuatu yang salah pada papilla lidah saya, tampaknya membengkak*

Tapi saya berusaha menikmati hari-hari saya di Jogja. Kehidupan saya di FKG, yang bisa dibilang... jauh dari rasa nyaman.

Kenapa ya? Saya sudah setahun disini tetapi rasanya biasa saja.

Kalau boleh jujur, ya... hanya saja kita tak boleh terlalu jujur. Ini publik, kawan, semua orang bisa terhubung satu sama lain. Dunia semakin sempit. Mungkin saja tanpa disadari tulisan saya sedang dibaca oleh teman TK saya dulu.

Whatever that means.

Mendadak saya teringat sesuatu...

*saya memeluk Hippo – si kuda nil yang bulunya halus sekali*

“you are~ the only exception~~
you are~ the only exception~~
you are~ the only exception~~”

Saya sedang mendengarkan lagu itu...

Hmm, Selasa depan saya sudah mulai praktikum Anatomi II.

*Bagaimana kalau kita tidak membicarakannya?* Suara hati saya datang lagi.

Baiklah... kalau begitu kita mau bicara apa?

Tentang kau yang satu lagi.”

Dia lagi? Ada apa dengannya?

Dia mengeluhkan kau yang setiap malam merasa galau.”

Aku tidak bermaksud untuk itu. Salahkan dia.

Tapi kau menangis mendengar semua itu.”

Aku tidak menangis.

Yah, kau membohongi dirimu lagi, lagi, dan lagi. Mau sampai kapan kau begini?”

Aku tidak menangis! Hanya saja air mataku mendadak turun dan aku tak bisa mengendalikannya.

Kadang, kau tahu, kau terlalu ingin tahu.”

Aku tidak ingin tahu. Aku tidak mau tahu. Aku tidak peduli. Aku hanya kebetulan tahu dan itu langsung membuatku memikirkan segalanya. Maksudku segalanya. Aku mengetahuinya satu-satu, kemudian menyusunnya, dan memikirkannya, membuatku kesal, gamang, dan marah.

Dan merasa dikhianati.”

Aku tidak merasa seperti itu.

“Damn, damn, damn, what I do to have you here, here, here~~
I wish you were here~~
Damn, damn, damn, what I do to have you near, near, near~~
I wish you were here~~”

Aku hanya tidak ingin berpikiran seperti itu.

Kadang perasaanmu terlalu sensitif.”

I do. Salah?

Tidak, hanya saja itu membuatmu bisa mengetahui apa yang sedang terjadi, dengan intuisi tajammu.

Dan itu membuatku merasa kesal. Bisakah sesekali aku menjadi orang yang tidak peduli dengan hal-hal yang terjadi?

Bisa saja. Kau hanya perlu belajar.”

....

Halo?”

Maaf. Aku menangis lagi. Aku teringat lagi.

Simpan air matamu! Dia terlalu brengsek untuk kau tangisi.”

I just can’t help it.

Oh, Sayang, berhentilah seperti ini. Kau harus menjadi perempuan yang kuat. Bukankah itu pelajaran yang kau dapat dari salah seorang temanmu?”

I wish I could.


Mendadak terdengar lagu Since I Found You dari Christian Bautista, dan saya tak sanggup meneruskan pembicaraan imajiner dengan suara hati ini.

Kadang saya heran dengan kamar saya sendiri... kok bisa-bisanya barang-barang saya menghilang satu demi satu? Pita ungu saya juga tak bisa saya temukan L

Saya senang sekali pakai pita!

Christian selesai, dan saya menyanyikan dengan senang lagu Everybody Knew.

Ketika kulihat kau bersama dia
Tak ada penyesalan dalam hidupku
Dan apa yang kurasakan saat ini
Seperti dahulu ku tak mengenalmu

Ketika kulihat kau bersama dia
Tak ada lagi hasrat dalam hidupku
Kepada dirimu yang dulu tercinta
Tak ada lagi kenangan
Tak kan lagi harapan

Everybody knew you’re a liar
Everybody knew you’re player
Everybody knew you were never serious with your love again
And I tell you once again, baby

Ketika kulihat kau bersama dia
Tak ada penyesalan dalam hidupku
Dan apa yang kurasakan saat ini
Seperti dahulu ku tak mengenalmu

Everybody knew you’re a liar
Everybody knew you’re player
Everybody knew you were never serious with your love again
And I tell you once again, baby

How I love this song <3
Tak ada alasan khusus kenapa saya menyukai lagu ini. Hanya suka saja.

Rasanya saya pengen nonjok orang sekarang...
Something has just happened.
Saya mau peluk Hippo sampai pagi. Sampai Hippo basah.
Kadang saya benci harus bangun pagi.
Kenapa?

Saya tidak berniat memberitahu kalian.
Sampai jumpa lagi... hanya jika saya cukup kuat untuk membuka blog ini lagi.

R.A.
Jogjaku berhati nyaman.
Saya sedang berusaha untuk me-“nyaman”-kan hati.
Continue reading Comeback Stage