Selasa, 31 Mei 2011

, ,

Aku Pengen Pulang

Kata Annis malam ini: "Besok tentamen anatomi tiq."

Paginya saya butuh lima hal: buku anatomi, sarapan, air minum, Ibu saya, dan SEMANGAT.

Jam 8:27 saya belum bergerak dari kamar saya, belum keluar kamar, belum menyentuh buku anatomi sama sekali, padahal hasil pretentamen saya juga tampaknya tidak bisa diharapkan.

Twitter tampak lebih menarik.

Bukan salah mereka, tapi salah saya.

Dan teruntuk sahabat-sahabat saya disana, terima kasih atas rasa sayangnya.

Rasa sayang yang membuat saya tetap menyayangi kalian.

Setia.

Saya cuma ingin bilang ini karena kita tak akan tahu apa yang terjadi besok.

Bisa jadi besok sudah tidak ada waktu lagi.

Jadi terima kasih untuk bertahan sampai sejauh ini.

Semoga kita masih tetap bisa mempertahankannya.

Semoga tidak akan ada yang berubah di antara kita.

Sampai kapanpun.
Continue reading Aku Pengen Pulang

Rabu, 18 Mei 2011

Untitled

Beneran deh, saya nggak suka sama saya yang sekarang. Saya yang sekarang childish banget. Entahlah. Cemburuan? Nggak tau juga.


Saya benci sendirian. Oke?


Saya cuma pengen kalian tahu itu.
Continue reading Untitled
, , ,

Jurnal Leysa II

Kemarin Leysa menangis lagi. Bukan maksudnya untuk menangis, tapi.


Leysa juga enggan menjadi cengeng. Leysa berusaha tegar sejak kepergian Mama.


Leysa menulis di jurnalnya:


Things are never going well when I'm alone


Dan lalu Leysa menangis sekencang-kencangnya, melempar jurnalnya sekeras-kerasnya, membanting dirinya di kasur, mencabik bantal-bantal, menggigit selimut. Leysa tak peduli apapun, Leysa tak peduli dirinya belum makan sejak sore kemarin, dan Leysa tak mempedulikan orang-orang yang mempedulikannya. Leysa bingung kenapa orang mempedulikannya, padahal dirinya juga tak peduli dengan dirinya sendiri.


Toh Leysa pergi pun tak akan ada yang menyadari. Toh Leysa hilang pun tak akan ada yang mencari. Toh Leysa menunggu pun tak akan ada yang menghampiri.


Oleh karena itu Leysa tak peduli. Atau Leysa tak mau peduli.


Biar saja Leysa mati sendiri. Asal Leysa bahagia sendiri. Leysa sudah terlalu lelah mencoba membagi kebahagiaannya dengan orang lain, tapi orang lain tak pernah peduli. Orang lain tak pernah berusaha mencoba membagi kebahagiaannya dengan Leysa.


Makanya Leysa mulai tak peduli.


Hidup Leysa berantakan. Dan Leysa tak pernah mencoba memperbaikinya.


Karena tak pernah ada yang membantunya dan memintanya untuk bertahan.
Continue reading Jurnal Leysa II

Jumat, 06 Mei 2011

, , ,

Jurnal Leysa

Leysa punya sebuah jurnal. Warnanya kecoklatan. Leysa menyukainya karena warnanya yang sewarna matanya.


Leysa suka sekali menulis di jurnal itu. Leysa menulis apa saja di jurnal itu. Leysa menulis hal-hal yang dia sukai. Leysa menulis hal-hal yang membuat ia sakit hati. Leysa menulis hal-hal yang dia benci.


Tentang air mata. Tentang anak-anak kecil yang terpaksa tinggal di jalan. Tentang supir taksi yang seenaknya mencipratkan genangan air pada pemuda-pemuda yang berjalan menuju masjid. Tentang wanita-wanita berperut rata yang keluar-masuk butik ternama. Tentang buku-buku bagus yang sayangnya menguras air mata.


Atau tentang Mama yang meninggal suatu hari di Bandung. Leysa menambahkan beberapa tetes air mata ketika menulis tentang Mama.


Atau tentang hujan. Leysa suka sekali hujan. Sampai Leysa ingin meminum hujan, membiarkannya mengalir di kerongkongannya, merasakan kelegaan yang luar biasa.


Tapi Leysa benci orang-orang yang menatapnya dengan aneh. Leysa benci dikucilkan. Leysa benci sendirian. Leysa benci kegelapan. Leysa benci sahabat-sahabat Leysa karena Leysa sering merasa sendirian ketika Leysa bersama mereka. Leysa benci kesesakan dalam dadanya ketika melihat sahabat-sahabatnya tertawa tanpa mengajaknya tertawa. Leysa benci ketika pesan singkatnya tak dibalas oleh orang yang benar-benar ia sayang. Leysa benci ketika tahu orang yang benar-benar ia sayang, menyayangi orang lain. Leysa benci ketika tahu orang yang ia sayangi tidak menyayanginya lagi. Leysa benci mereka yang membuatnya merasa sendiri.


Leysa sendiri berarti Leysa menangis. Leysa menangis berarti Leysa sedih. Leysa sedih berarti Leysa marah!


Leysa benci mereka sampai-sampai Leysa ingin membunuh mereka.


Karena Leysa benci ditinggalkan.


Kenapa sampai sekarang tidak ada yang mengerti akan hal itu?
Continue reading Jurnal Leysa

Senin, 02 Mei 2011

, , ,

I'm Being So Damn Immature

This is Saturday, and I'm stuck here with my tasks.

Well what I mean is not an ordinary tasks.

Saya pengen banget posting, pengen banget cerita apa-apa, tapi bakal terdengar childish kalau saya curhat di blog.
Pertanyaan saya adalah: apa bakal ada yang baca tulisan saya?

Semester II di FKG sudah hampir berakhir dan saya masih merasa belum mendapatkan apa-apa.
Saya nggak tau harus mulai darimana.
Bukannya saya mau jadi childish or immature, tapi saya udah ngerasa nggak kuat. Kerjaan saya terbengkalai.
Saya pengen nangis tiap saat. Saya nyesek tiap saat. Saya pengen pulang tiap saat.
Saya udah nggak tahan.
Nginget orang tua malah rasanya makin nyesek karena malah ngerasa nggak bisa ngelakuin apa yang bisa bikin mereka bangga. Nyesek karena nggak bisa ngebahagiain mereka.
Dan saya nggak tau saya harus apa lagi.
Makin kesini rasanya makin berat.

Somebody please help me :(
Continue reading I'm Being So Damn Immature