Firasat saya benar kemarin malam, tentang tidak ingin tidur
terlalu cepat.
Saya mimpi buruk, lima belas menit pertama saya terbangun
dari tidur-tidur ayam saya, karena memimpikan – atau “tidak sengaja”
membayangkan? – beberapa makhluk khas film horor Indonesia – sumpah, saya
merinding ketika menulis ini, padahal di GOM player saya menyetel lagu G.NA.
Kemudian saya memaksakan diri terbangun, dengan hati
berdebar, tidak tahu apa yang harus saya lakukan, saya gemetaran sendiri, tidak
bisa memikirkan apa-apa, saya peluk Hippo erat-erat. Lalu saya mulai menangis.
Oh, betapa kesalnya.
Setelah itu saya memutuskan untuk mendengarkan musik hingga
saya tertidur dan terbangun pada pagi harinya.
Lagi-lagi mimpi buruk.
Saya mimpi Hippo diambil dari saya.
Menyedihkan, ya? Tapi bagi saya dia lebih dari sekedar kuda
nil berwarna ungu.
Tapi pada akhirnya Hippo kembali pada saya, setelah saya
memohon-mohon pada orang tersebut.
Karena saya sudah lelah selalu kehilangan sesuatu yang
teramat berharga buat saya.
Kadang saya berpikir, apa saya salah dengan melibatkan
perasaan dalam setiap hubungan saya dengan orang lain? Karena itu membuat saya
tidak ingin kehilangan mereka. Dalam hal apapun. Tapi, sudah memiliki berarti
siap kehilangan, kan?
Mau tidak mau.
Rasa kehilangan itu nyesek. Serius. Rasanya ingin menangis
terus-terusan. Meskipun sadar bahwa menangis tidak akan menyelesaikan masalah.
Tidak akan mengembalikan apa yang sudah diambil dari kita.
Sedih ya. Saya tidak ingin mengalaminya lagi.
Sampai kapanpun.
Terutama untuk orang yang terlanjur disayangi, terlanjur
dicintai.
Dan tentang kehilangan.
Atau rasa mencintai orang yang mencintai orang lain.
Saya sampai bosan sama diri saya sendiri. Kenapa topiknya
nggak pernah lepas dari cinta yang bertepuk sebelah tangan? Kesal.
Salahnya adalah, kenapa saya selalu suka sama seseorang
semacam itu? Apa seseorang yang jatuh cinta terlihat begitu memesona mata saya,
sehingga tanpa sengaja sinyal hati saya tertarik pada ekspresinya ketika jatuh
cinta? Sehingga tanpa sadar saya sudah terjatuh begitu dalam, dan ketika saya
sadar, tidak ada yang bisa membantu saya memanjat lubang – jurang – yang curam
itu.
Kecuali diri saya sendiri.
* * *
Saya baru tahu kalau Cornetto Disc rasa Strawberry
Cheesecake rasanya enak banget. Uuh, rasa strawberry! *ya iyalah* Dan efektif
menghilangkan galau :))
Langsung suka!
Namanya juga es krim.
Tapi soal makanan kesukaan...
Saya suka sekali omelette yang dicampur keju dan sosis.
Apalagi kalau kejunya meleleh. Oh ya ampun, rasanya seperti surga dunia. Pada
dasarnya saya memang penyuka keju.
Tempo hari ketika saya sedang di Gramedia bersama salah
seorang sahabat saya, saya melihat sejenis buku diet untuk golongan darah O –
yeah, golongan darah saya O, FYI – dan saya tanpa berpikir panjang langsung
menghampiri dan membacanya.
Dan keju termasuk
daftar makanan yang harus dihindari oleh orang bergolongan darah O.
Mimpi apa saya semalam.
Nggak makan keju selama sebulan? Saya bisa mati.
Oke, saya bercanda.
Selain keju saya juga suka sekali cokelat. Dalam bentuk apa
saja. Tapi terutama saya suka biskuit cokelat dengan lelehan cokelat di
dalamnya – cokelatnya lumer di mulutmu, dengan renyahan biskuit cokelat juga –
seolah-olah tak ada lagi hal yang paling membahagiakan di dunia ini.
Oke, saya berlebihan.
Akan tetapi akan lebih membahagiakan jika kau bisa makan
cokelat ditemani orang yang kau cintai. Rasanya cokelat itu ratusan kali lebih
manis; atau lebih pahit? Karena kau terlalu gugup berdekatan dengannya.
Ah, sudahlah.
Pembicaraan dengan teman saya yang di Bandung beberapa malam
yang lalu harusnya menyadarkan saya... bahwa saya masih punya banyak hal,
banyak banyak hal yang lebih penting untuk dipikirkan...
Contohnya saja, kuliah saya.
Dan ngomong-ngomong tentang kuliah...
Berarti membicarakan mimpi buruk yang lain.
Hahaha, saya hanya bercanda. Saya kadang menyikapi
fakta-fakta tentang kuliah saya dengan skeptis dan sinis.
Kenapa ya?
*MASIH JUGA TANYA KENAPA, TIQ?*
Oke, maaf, maaf...
Saya hanya tidak biasanya seperti ini.
*KAU MEMANG BIASANYA SEPERTI INI*
Baiklah, baiklah...
Ya, saya memang biasa mengadakan percakapan dadakan dengan
diri saya sendiri, misalnya ‘kamu benar-benar menyukainya, ya?’ atau, yang
akhir-akhir ini sering didengungkan ‘he doesn’t deserve you, at all!’ atau
umpatan seperti ‘dia BRENGSEK!’ masing-masing untuk objek percakapan yang
berbeda.
Fwah, seandainya saya bisa setegar cewek-cewek anggota 2NE1
yang bisa menyanyikan Hate You dengan lega.
“Hate you~~ I’m fine
living without you~
I hate you~~ I’m fine
living without you~”
Dan hidup akan terasa ribuan kali lebih baik.
* * *
Saya bukannya tidak ingin belajar, atau apa, tapi saya
benar-benar tidak bisa melepaskan pikiran saya dari orang itu. Setiap saya
membaca buku praktikum anatomi II. Setiap saya membaca buku praktikum anatomi
gigi. Setiap saya mendengar lagu-lagu mellow – termasuk My Love, My Kiss, My
Heart yang dinyanyikan Super Junior.
Dan pikiran-pikiran tentang dia membuat saya geram.
Maksud saya, apa yang dia lakukan di luar sana?
Okelah saya memang bukan siapa-siapa baginya.
Tapi bukankah...
Saya tidak sanggup meneruskan :| maksud saya, ya sudahlah.
Meskipun setitik kecil perasaan gila di hati saya mendesak saya berpikir tentang rumah, keluarga, dan anak-anak – oh ini seperti sebuah lagu, izinkan saya mengingat lagu apa ini – ketika saya memikirkan dia. Ingin serumah dengannya dan berstatus ‘istrinya’. Sehingga ketika dia memperkenalkan saya pada teman-temannya: ‘ini lho, mantan pacarku!’ sambil tertawa dan menunjukkan cincin kawin di jari manisnya... cincin kawin yang saya pakaikan ketika pernikahan.
Sebuah mimpi yang, mungkinkah terjadi?
“my love, my kiss, my heart~~”
“one love, one kiss,
to my heart~~”
“last love, last kiss,
last sing~~”
“good bye, my love, my
kiss~~”
Hanya sepenggal lirik itulah yang bisa saya nyanyikan dengan jelas dalam lagu yang sedang saya dengarkan ini.
* * *
Seperti LDR. Ketika tak ada kabar darinya, mendadak tubuh
panas dingin. Hati gelisah. Padahal benar-benar bukan siapa-siapa. Bukan juga
HTS-an. Tidak dalam proses pendekatan. Apalagi proses penggantungan. Hanya
seorang teman yang menuntut lebih.
Hanya seorang teman yang sudah berjanji:
‘just promise me baby, you’ll be here through it all’
Yeah, itu dari lagu.
Tetapi itulah janji seorang teman. Atau malah lebih dari teman?
Dia tidak mau tahu. Dia hanya tahu dia sudah terlalu nyaman dengan hubungan ini. Meski dia tahu bahwa hatinya menginginkan status ‘berpacaran’. Tetapi bagaimanapun juga dia memaksa memungkirinya. Tidak mau merusak hubungan yang sudah ada. Yang sudah terjalin begitu lama – bahkan sejak mereka belum bertemu satu sama lain.
Sekian lama dipisahkan waktu, ketika bertemu, mereka saling merangkul, memeluk, mencium. Menghirup wangi rambutnya, mencium aroma tubuhnya, menyentuh setiap jengkal kulitnya. Tanpa peduli pandangan orang-orang yang menatap aneh dan berbisik-bisik keras.
Dia melepas ikatan rambut sahabatnya. Rambut cokelat itu tergerai panjang, bergelombang, lembut, indah. Dan wangi cokelat.
Ia berbisik lirih, “Sayang, kau cantik sekali hari ini. Apa ini karena kau akan bertemu aku? Kau dandan ya?”
Sahabatnya membalas tepat di telinganya. “Kau juga. Sejak kapan kau memakai lipgloss rasa jeruk?”
* * *
Well, yah...
Yang di atas itu salah satu bentuk ‘nightmare’ bagi saya.
Tenang saja, saya masih sangat normal. Maksud saya, melihat Siwon dan Taecyeon topless, mata saya tak bisa berhenti memandangi mereka, tuh.
Apalagi melihat dia. Kalau bisa saya terus memandanginya sampai punggungnya tidak kelihatan – ketika ia berbelok di ujung lorong.
Kenapa semakin kesini rasanya tulisan ini jadi tidak bermakna sama sekali?
RA. Jogja. Masih di Jogja.
Tambahan:
*Quote of the day*
“How to read?
Dari kiri ke kanan,
dari atas ke bawah.
Jangan lupa berdoa.”
(tulisan di cover buku praktikum anatomi II)
0 komentar:
Posting Komentar