Salam, Pembaca!
Sudah baca posting saya yang berjudul Pelangi Abu-Abu (I)?
Ini adalah kelanjutan dari posting itu; penjelasannya.
Deskripsinya adalah cuplikan dari cerpen yang saya buat. Prosanya saya format ulang dari puisi saya yang lama – prosa ini adalah karya yang paling baru saja saya buat.
Happy reading! :))
>>
-prosa yang ditemukan Akbar di dalam laci Radel-
Pelangi Abu-Abu
Kau tidak tahu bagaimana aku menyayangimu.
Aku bukanlah penyair yang baik, tapi izinkan aku mengatakan ini: kau adalah temanku melukis pelangi saat rintik gerimis membasahi bumi.
Kau tak tahu betapa bersyukurnya aku menemukanmu.
Menemukanmu adalah sebuah keindahan.
Aku mencoba membingkaimu dalam kenangan dan menyusunmu dalam memoriku.
Namun ketika aku masih mencoba, kau pergi.
Seolah angin membawamu tanpa izinku.
Dan aku tersadar: siapa sebenarnya aku?
Aku bukanlah seseorang yang terikat denganmu.
Kau bisa pergi sesuka hatimu; kau seperti ikan yang bebas berenang di lautan.
Kau bisa terbang dibawa angin; kau seperti burung yang bebas terbang sesuka hati.
Setelah burung itu pergi, kandangnya pun kosong.
Angin yang berhembus melalui jelujur-jelujurnya menghembuskan semerbak kesepian.
Dan setelah ikan itu pergi, badai pun datang.
Badai yang mengalir membawa serta kenangan.
Badai yang meniupkan seberkas kepalsuan.
Demi cinta dan persahabatan.
Alam bertindak tak adil; dia tak menyisakan pelangi untukku.
Untuk kita lukis bersama lagi.
Hingga sekejap perih ujian kehidupan tak bisa kuusaikan.
Mataku membuat pelangi abu-abu.
Pelangi yang tak dihiasi setitik warna pun.
Sebab kaulah yang membuat hidupku berwarna.
Kau tak tahu betapa aku menyayangimu.
-deskripsi lukisan yang dibuat Akbar dan dipajang di galeri seni-
Lukisan aneh itu terpasang di kanvas, nampak sekali masih baru, sebab terlihat catnya masih ada yang basah. Seluruh warnanya adalah gradasi warna abu-abu.
Ada sesosok pemuda, dengan tetes-tetes gerimis hujan membasahi tubuhnya, memandang sendu ke arah seorang gadis yang memakai payung berwarna pink tua, yang melangkah menjauhi sang pemuda, menembus hujan yang turun rintik-rintik. Dalam lukisan itu tampaknya hujan baru saja berhenti turun, dan matahari baru muncul malu-malu dari balik awan.
Dan ada pelangi.
Pelangi itu dilukis dengan menggunakan warna abu-abu yang berbeda kekentalannya, sehingga membentuk gradasi warna abu-abu gelap ke terang.
Pelukisnya patut diacungi jempol, sebab kesedihan yang terpancar dari wajah pemuda yang sepertinya tak ingin gadis berpayung pink itu pergi, sangat membuat hati siapa saja yang melihatnya menjadi miris.
-deskripsi desain grafis yang dibuat Radel dan dipajang di kelasnya-
Hasil desain grafis yang indah itu dicetak di kertas foto dan diletakkan dalam bingkai hitam dengan pinggiran garis emas.
Grafis itu menggambarkan sebuah siluet sosok belakang seorang pemuda yang duduk di bangku taman, menghadap matahari yang mulai tenggelam. Siluet sosok yang kesepian. Beberapa langkah ke kanan dari bangku itu berdirilah seorang gadis dengan rambut bergelombang dan rok yang melambai tertiup angin, menghadap ke arah si pemuda, seolah bingung memutuskan hendak meninggalkan pemuda itu atau tidak.
Sedangkan di sisi kiri grafis itu terdapat sebuah pohon rindang dan dibawahnya, bersandar sosok pemuda yang lain, memandang ke atas seolah pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya dengan ikatan ketiga manusia di grafis itu. Terserahlah, mungkin itu isi hati pemuda yang bersandar itu.
Meskipun itu hanyalah sebuah siluet, namun efek yang dihasilkannya nampak seperti lukisan karya Akbar tadi.
Hem... sekian dan terima kasih. :))
R.A.
bagus :)
BalasHapuskunjungi blog aku juga yah :)
punyakecil.blogspot.com