Minggu, 11 Juli 2010

,

Pelangi Abu-Abu (I)

Salam, Pembaca!
"Pelangi Abu-Abu" pada awalnya adalah sebuah puisi panjang yang saya buat sebagai pemenuhan tugas Bahasa Indonesia. Ide tentang pengembangan puisi ini menjadi cerita sempat terlintas di benak saya, dan ketika ada lomba cerpen, saya membuat sebuah cerpen yang berjudul sama.
Tidak ada rencana untuk membuat rincian surat seperti ini; semuanya mengalir begitu saja. Alur ceritanya dengan di cerpen pun berbeda; tapi nama tokohnya sama. Inti ceritanya juga mirip.
Dan satu lagi, saya berencana membuat novel – ini dia ide yang benar-benar dari awal ingin saya buat! – tapi saya kehabisan ide. -____-'
Happy reading! :))


>>
Meira kepada Akbar

Pertama-tama aku ingin mengucapkan selamat karena lukisanmu – Pelangi Abu-Abu, begitu yang tertulis di deskripsinya, kan? – telah berhasil memenangkan kategori lukisan terbaik di festival sekolah. Sebenarnya aku berharap kau memberitahuku sebelumnya, sehingga aku tak akan terlalu terkejut ketika melihat lukisannya di aula – galeri lukisan – lukisanmu bagus, tapi ada sesuatu yang sedih saat aku melihatnya. Siapa gadis berpayung pink itu?
Apa kau tahu apa yang terjadi dengan Radel? Sudah seminggu ini aku melihatnya sedih terus. Tapi dia selalu menghilang ketika aku hendak menghampirinya – sebenarnya, kau juga menghilang dariku. Kalian kenapa sih? Kalian bertingkah aneh sejak aku jadian dengan Ryan. Bukankah kau sangat mendukungku jadian dengan Ryan?
Kuharap kau cepat membalasnya, sebab aku ingin sekali kita bertiga rukun lagi seperti dulu.

-M-
(ditemukan Akbar di loker nomor 25 – lokernya)


Meira kepada Radel

Aku melihat hasil desain grafismu di wahana kelasmu, Radel, dan itu sangatlah bagus! Sayang kau tidak ada di kelasmu saat aku berkunjung – mereka bilang kau sedang di galeri lukisan melihat lukisan Akbar. Akbar memberitahumu, ya? Aku tak habis pikir kenapa tak terlintas sedikitpun dalam pikiran kalian untuk memberitahuku! Tapi kukira kalian sibuk dengan kegiatan festival sekolah ini, jadi ya, wajar deh kalian lupa padaku.
Aku cuma ingin tanya tentang sikapmu akhir-akhir ini. Kau selalu menghilang di ujung koridor ketika melihatku. Kau nyaris tak pernah menyapaku lagi kalau kita berpapasan – momen kita berpapasan memang jarang sekali terjadi selama seminggu ini. Kulihat kau juga agak sedih.
Hei, kalau ada masalah, kau masih bisa cerita padaku juga. Jangan kaupikir dengan adanya Ryan lalu kau tidak boleh dekat-dekat denganku. Ryan mengerti kok. Oke?

-M-
(diterima Radel dari salah seorang teman sekelasnya)


Radel kepada Akbar

Kenapa kau tidak beritahu kalau kau ikut festival sekolah! Sekali lagi selamat atas kemenanganmu – aku masih mengharapkan traktiranmu lho, kudengar seharusnya kau dapat hadiah paling tidak dua ratus ribu, apalagi dengan adanya seorang kaya yang berminat membeli lukisanmu. Aku tidak mengerti kenapa kau masih ragu-ragu untuk menerima penawaran beliau! Kau kan bisa dapat uang banyak untuk kuliah.
Hei, Meira mengirimiku surat – sebenarnya bukan surat sih. Isi amplopnya selembar foto. Kau tahu, foto waktu kita bertiga masih SD. Sedikit banyak aku mengerti apa maksudnya mengirimiku foto itu. Kau dikirimi juga tidak?
Aku masih bingung dengan perasaanku padanya.
Menurutmu apa sebaiknya kita – tidak, AKU menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi?

-R-
(ditemukan Akbar di lokernya juga)


Akbar kepada Meira

Aku sudah menerima suratmu, Mei. Maaf karena aku tidak memberitahumu kalau aku berniat mengajukan lukisanku ke festival sekolah – kita jarang sekali ketemu akhir-akhir ini, dan kulihat kau sibuk mengurus kegiatan kelasmu untuk festival sekolah. Kau ketua panitia kelasmu kan? Aku juga butuh beberapa saat yang tenang untuk menyelesaikan lukisan itu.
Kau bertanya siapa gadis berpayung pink itu. Aku juga tidak bisa memberitahumu siapa dia.
Maafkan kami karena bertingkah aneh semenjak kau jadian dengan Ryan. Ya, aku memang mendukungmu untuk jadian dengan Ryan. Tapi kau tak tahu bagaimana perasaan Radel – dia merasa kehilanganmu. Dia pikir kau sudah terlarang – jadi kami berdua tak boleh masuk lagi dalam kehidupanmu. Kami berdua juga egois karena kami tak ingin kau direbut orang lain. Kami berdua tak ingin orang lain memilikimu. Dan, aku juga salah pada Radel karena aku hanya bisa pasrah tanpa usaha.
Kau tahu, beberapa hari yang lalu aku menemukan prosa berjudul Pelangi Abu-Abu dalam gumpalan kertas yang berada di dalam laci meja Radel. Aku benar-benar terkejut ketika menemukannya – itu beberapa hari setelah aku memulai lukisanku yang berjudul sama. Ini benar-benar bukan rekayasa – perasaan kami sama, ternyata!
Aku juga ingin kita rukun lagi.

-A-
(ditemukan Meira dalam buket bunga mawar merah dan kuning yang dikirimkan ke rumahnya)


Akbar kepada Radel

Kau kan sudah pernah lihat lukisanku dua hari sebelum festival sekolah! Yah, memang sih aku tidak bilang kalau aku akan mengikutsertakannya dalam festival. Dan tentang orang kaya yang berniat membelinya, kau tahu pasti aku tidak akan pernah menjualnya! Ini satu-satunya karyaku yang kubuat dengan penuh perhatian – bukannya yang lain tidak dengan penuh perhatian, tapi yang ini kubuat sepenuh hati.
Dengar, kau mungkin tak tahu kalau aku telah menemukan prosamu yang telah kau remas-remas di laci. Kupikir perasaan kita sama. Kita kehilangan Meira. Tapi realistis saja deh – dia tetaplah sahabat kita! Teman kita! Kita seharusnya mendukungnya. Aku juga salah karena aku cuma bisa pasrah melihatnya.
Dan, tentang desain grafismu? Apa judulnya? Itu tentang kita, kan?
Tentu saja kau harus mengatakannya. Setidaknya supaya kau lega dan tak perlu memendamnya sekian lama. Dia pasti akan menerimanya dengan lapang dada dan akan lebih menyayangimu. Meira mengirimiku foto juga. Aku mengerti apa maksudnya.
Ayo kita temui dia, dan bicara dengannya langsung.

-A-
(ditemukan Radel terjatuh tepat di kakinya setelah Akbar melipatnya menjadi pesawat kertas dan melayangkannya di depan pintu kelas Radel)


Radel kepada Meira

Wahana kelasmu benar-benar keren! Aku hanya lewat sekilas – yah, percaya atau tidak, aku memang menghindarimu. Desain grafis itu? Itu tentang kita. Kami merindukanmu. Aku merindukanmu. Dan aku benar-benar kaget ketika Akbar memberitahuku tentang lukisannya – judulnya Pelangi Abu-Abu, sama dengan judul prosa yang kubuat sebelum lukisan Akbar selesai kubuat. Apalagi setelah kudengar penjelasan Akbar tentang lukisan itu.
Mei, aku menyayangimu lebih dari apapun. Sebelum kau kenal Ryan, dan sejak kita masih sering bersama-sama. Hanya saja aku tak pernah berani mengatakannya – silakan sebut aku pengecut. Aku hanya tak ingin kehilanganmu.
Maafkan aku karena menghindarimu. Aku tak pernah benar-benar bermaksud begitu. Kupikir kau akan lebih bahagia bersama Ryan. Dan melihatmu bahagia, sudah cukup untukku.

-R-
(ditemukan Akbar dalam gumpalan kertas di tong sampah di depan rumah Meira setelah sebelumnya Akbar melihat Radel melemparnya kesana sebelum masuk ke halaman rumah Meira)



Nah, setelah baca postingan ini, silakan baca postingan yang berjudul Pelangi Abu-Abu (II), ya. :))

R.A.

0 komentar:

Posting Komentar