Senin, 20 September 2010

, , , , ,

Rhapsody in Pelatnas (part XIII)

Salam, Pembaca!

Di H-4 sebelum keberangkatan ke Jogja ini saya masih sempat menulis lanjutan fanfiction. Barang-barang sudah dipak, semua sudah dipersiapkan. Oh, ya, dan hari ini tadi pagi saya ke salon bersama Ibu. Potong rambut. Ehm, rambut saya jadi pendek (ya iyalah) dan agak berantakan. Seandainya saja rambut saya agak lurus, pasti akan kelihatan lebih bagus. Haha. Tapi ya sudahlah. ^^
Happy reading! :))

>>
Keadaan di dalam mobil Kido juga tak kalah riuhnya. Sebelum masuk tadi Hayom dan Ahsan berseteru tentang siapa yang berhak duduk di bangku penumpang di bagian depan. Mereka sampai memutuskan untuk suit saja.

"Uda, Pia di belakang aja ya," kata Pia duluan.

"Terseraaaah."

Pia dengan senang masuk ke bangku di belakang bangku pengemudi. Tina duduk di sebelah kiri Pia. Mereka kini menunggu Hayom dan Ahsan.

"Suit lima," kata Hayom.

"Banyak amat," tukas Ahsan. "Tiga deh."

"Oke."

Rupanya Ahsan yang menang. Dengan senang ia masuk dan duduk di bangku penumpang di depan. Hayom mengangkat bahu.

"Yah, gue kan punya janji ngejagain loe, Tin," kata Hayom begitu dia masuk dan duduk di sebelah Tina. "Setidaknya gue bisa jagain loe dari dia."

Hayom mendorong kepala Ahsan.

"Aduh," kata Ahsan. "Emang kenapa?"

"Entar mentang-mentang gak ada Hendra, loe godain Tina..."

"Gue orangnya setia, tauk!"

"Cieeee..." sindir Pia.

Tina ikut tersenyum.

"Yang mesti loe waspadain, Tin, ya cowok yang duduk di sebelah loe ini," ujar Ahsan pada Tina.

Tina terkejut dan mendadak jantungnya berdebar kencang. "Lho, kenapa, Kak?"

"Jangan loe dengerin Tin, dia pasti mau fitnah gue," kata Hayom sebelum Ahsan sempat menjawab.

"Yeee, Hayom kan setia ama Bella..." kata Pia.

"Nah, betul tuh Pi," kata Hayom, lalu mengacak rambut Pia asal. "Thanks ya."

"Thanks sih thanks, tapi jangan ngacak rambut dong," kata Pia kesal.

Hayom nyengir.

Tina tersenyum simpul. Posisinya bagus. Dia bisa dengan bebas memandangi Ahsan dari tempatnya duduk. Coba bayangkan kalau Ahsan yang duduk disampingnya. Bisa-bisa Ahsan akan mendengar degup jantung Tina yang kencang selama perjalanan.

* * *

Ponsel Tina berdering keras.

"Cieeee," kata Pia.

"Hendra ya? Hendra ya?" tanya Hayom iseng.

Tina mengangguk pelan, malu. Tanpa sadar dirinya memandang Ahsan yang duduk di bangku depan. Tampaknya Ahsan malah sibuk dengan ponselnya. Mungkin dia mengirim pesan pada pacarnya. Tina menghela napas, lalu tersenyum.

Dibukanya pesan yang baru saja masuk itu.

Kak Hendra :)
10.45
Kamu nggak apa-apa?

Tina mengernyit heran. Lalu mengetik balasannya.

Tina
10.47
Nggak apa-apa, Kak...
Emang kenapa?:)


Kak Hendra :)
10.50
Nggak, cuma... mikirin perasaan kamu aja...

Tina baru tersadar. Hendra membicarakan Ahsan.

Tina
10.54
Saya udah biasa kok Kak :)
Nggak usah cemas, hehe ^^v

Kak Hendra :)
10.57
Oooh...
Ya baguslah... :)
Kamu duduk di sebelah Hayom kan?

Tina
11.01
Iya Kak, di sebelah Kak Hayom, dari tadi heboh banget ketawanya sama Kak Pia..
:D

Kak Hendra :)
11.03
Pasti Pia yang ngelawak ya... hehehe dia emang seneng banget bikin lelucon...

Tina
11.05
Kak Pia lucu Kak... leluconnya gak abis abis... :D jadi ketawa terus...

Kak Hendra :)
11.07
Kamu juga lucu kok... gak bosen bosen dipandang... ;)

Tina
11.10
Ah Kakak, jangan gombal deh! Hehehe *padahal seneng* :p

Kak Hendra :)
11.13
Kakak serius kok Dek... hahaha

Tina
11.15
Ah Kakak kok pake ketawa sih di endingnya >.< jadi kesannya bercanda kan...

Kak Hendra :)
11.17
Iya iya Kakak serius nih... kamu lucu, manis, cantik...

Tina
11.20
*blushing* makasih Kak :") hehehe
gak ngegombal kan Kak? :P

Kak Hendra :)
11.23
Nggak dooong Kakak kan serius ;) kapan sih Kakak bercanda sama kamu? Hehehe

Tina
11.25
Aaah bener juga ya Kak hehehe. ^^

Kak Hendra :)
11.28
Kalo Kakak nggak serius, Kakak nggak akan nembak kamu... :)

Tina
11.30
:)
Sama Kak... kalo aku nggak serius, aku nggak akan nerima Kakak... :)

Kak Hendra :)
11.32
Iya Dek...
Hehehe

(kok jadi garing gini ya, red)

Tina
11.35
Nanti kita mau nonton apa sih Kak?

Kak Hendra :)
11.37
Nonton film 17 tahun keatas... hehehe

(ya ampun, Ko Hendraaaa?)

Tina
11.40
Heeee apaan coba Kak...==' seriuss doong baru tadi bilangnya serius terus sama aku... :p

Kak Hendra :)
11.43
Hahaha
Kakak nggak tahu juga Dek... nonton apa aja yang ada deh nanti di bioskopnya... hehehe
Kamu maunya nonton apa?

Tina
11.46
Jiaaah Kakak =='
Maunya nonton bareng Kakak :p

Kak Hendra :)
11.47
Tuh, malah kamu yang gombal... hehehe

Tina
11.50
Nggak apa-apa kan Kak? Hahaha
Sekali kali belajar...

Kak Hendra :)
11.55
Belajar gombal? Hehehe

Tina
11.57
:)))) <3

Kak Hendra :)
12.00
Kok cuma emoticon? :)

Tina
12.02
Nggak kenapa kenapa Kak :)

Kak Hendra :)
12.03
Hehehe
Mau tau sesuatu?

Tina
12.05
Apa Kak?

Kak Hendra :)
12.07
Saya cinta kamu... :)

Tina
12.10
Aku juga Kak... :)

Tina tersenyum kecil, lalu keluar dari mobil. Mereka sudah sampai di parkiran mall.

Dipandangnya kakak tersayangnya, yang mendatanginya dengan senyuman manis tersungging di bibirnya. Kemudian, Hendra mengulurkan tangannya.

Tina mengangkat alis.

Hendra melemparkan pandangan ayolah-sambut-saja-tanganku.

Tina tersenyum, lalu meraih tangan itu.

* * *

Sonya berjalan sendiri di belakang para senior. Di barisan depan, Hayom dan Yunus berunding seru tentang entah-apa, Kido-Bona-Pia seperti biasa memulai perdebatan antar-saudara, Nitya-Shendy-Febe mengobrol tentang liburan mereka, Hendra dan Tina berada dalam dunia mereka berdua, Greys dan Maria saling sindir tentang cowoknya masing-masing - Simon yang berjalan di sebelah Maria cuma geleng-geleng kepala mendengarnya.

Dan tinggallah Sonya sendirian di belakang, sibuk dengan pikirannya sendiri.

Simon melepaskan diri dari dua gadis - terutama Greys yang menyindir-nyindirnya tentang Maria - dan berjalan mundur ke belakang menjejeri Sonya.

"Kok melamun?" tanya Simon sambil tersenyum.

Sonya tersentak dan menoleh seketika ke arah suara. Dan betapa kagetnya ia melihat Simon memandangnya hangat. "Hah? Oh..." dia buru-buru menurunkan pandangannya. "Nggak kok, Kak..."

"Lhoo..." kata Simon. "Saya lihat sendiri kamu ngelamun kok."

Sonya menolak mempercayai fakta bahwa 'Simon melihatnya' - 'Simon mengamatinya' - 'Simon memperhatikannya'.

"Hahaha... bagaimana Kakak tahu kalau saya ngelamun?" balas Sonya.

"Ekspresi kamu," jawab Simon simpel. "Mata kamu memandang tanpa melihat."

Alis Sonya terangkat. "Begitu ya Kak?"

"Ya, pandangan kosong. Entah apa yang kamu pikirkan," tambah Simon.

Kemudian diam. Sonya menunggu. Dia yakin Simon belum selesai.

"Boleh saya tahu?" lanjut Simon kemudian.

Ini dia pertanyaan yang Sonya tunggu-tunggu.

Tapi Sonya tak mau terdengar terlalu terburu-buru.

"Tahu apa Kak?"

"Tahu Sumedang... heheheh."

(waduuuh, Kokoooo ==' bercanda deeeh)

Sonya manyun. "Serius Kak..."

"Iya, maksud saya tahu apa yang lagi kamu pikirkan..."

"Saya lagi mikirin tahu gejrot Kak... tahu kan Kak? Pake cabe yang banyak, pasti enak deh..."

"Yaaah giliran saya yang serius malah kamu yang bercanda..." Simon tertawa sembari menggelengkan kepalanya.

"Kan gantian Kak... barter, heheh."

"Dasar kamu..." Simon mengacak rambut Sonya.

Sonya dan Simon tertawa agak keras sehingga membuat Greys dan Maria yang berada di depannya menoleh penasaran ke belakang.

Waktunya sangat tidak tepat. Rasa senang Sonya bercampur dengan rasa gelisah karena ekspresi Maria tidak bisa ditebak melihat Simon mengacak - agak terlihat seperti mengelus - rambut Sonya.

* * *

to be continued...

Disclaimer: maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca, ini sekali lagi, hanya khayalan saya, tidak ada hubungannya dengan cerita, tempat, waktu, dan orang yang bersangkutan. :)) Murni untuk kepentingan hiburan saja.

P.S. maaf kelamaaan! >.< ini karena satu dan lain hal yang terjadi. Makasih banget buat temen-temen yang mau baca, dan mau ngewall saya buat nanyain kapan kelanjutan fanfiction ini. Saya bener-bener terharu :') makasih makasih makasih makasih makasih sejuta kali buat penghargaan kalian kepada fanfiction saya. :')

R.A.
17 September 2010

0 komentar:

Posting Komentar