Salam, Pembaca!
Ada jeda yang sangat panjang antara fanfiction part 10 dan 11, hal ini dikarenakan daya imajinasi saya berkurang sangat pesat (?). See, ini sudah bulan Agustus, tanggal 3, pula. Terakhir kali saya bikin part 10 itu tanggal 27 Juli.
Oh ya, dan saya juga ngepost fanfiction ini di note facebook saya. Baru sampe part 2 karena saya mau ngeliat gimana tanggapan temen-temen BL. Harap menunggu dengan sabar untuk part 3 dan 4 di note, ya... dan buat yang udah baca di blog, harap bersabar menunggu part 11 dan selanjutnya... saya mohon maaf sebesar-besarnya.
Happy reading! :))
>>
Tina membangunkan Sonya keesokan harinya. "Sonyaaa. Sonyaaa."
Sonya menggeliat sebentar, lalu membalikkan badan.
"Sonyaaaa."
Sonya tidak merespon.
Tina manyun, lalu pergi ke kamar mandi. Diambilnya segayung air dan dipercikkannya ke muka Sonya. It works. Sonya bangun.
"TINAAA! APAAN SIH!"
Tina tertawa terbahak-bahak. Sonya lompat dari tempat tidur dan mencoba menangkap Tina. Yang, gagal, karena Tina berlari menghindar. Alhasil mereka kejar-kejaran di kamar, berteriak-teriak. Tina meraih bantal dan menggebuk Sonya. Sonya mencari guling dan membalas Tina. Perang bantal pun dimulai.
"Sakit, tauk!" kata Tina, tapi dia tertawa.
"Biarin! Orang lagi enak-enak tidur!" balas Sonya.
"Cewek gak boleh bangun siang!"
"Teori darimana tuh?"
"Teori nyokap!"
Sonya tertawa. Kemudian dia, yang pendengarannya tajam, mendengar suara pintu diketuk. Dia lari ke pintu dan membukanya. Tina mengikuti sambil tetap menggebuki Sonya.
Tepat saat Sonya membuka pintu sambil menghindari gebukan bantal Tina, Sonya sadar tepat pada waktunya bahwa Tina akan melempar bantalnya. Sonya merunduk.
Sayang sekali lemparan Tina mengenai orang yang mengetuk pintu. Seketika lorong di depan kamar mereka penuh tawa.
"Strike," kata Pia tertawa.
Greys sampai terbungkuk-bungkuk dan harus memegangi perutnya sambil mencengkram bahu Maria saking hebohnya dia tertawa.
"Ya ampun, Kak, maaf..." Tina kaget melihat orang yang dilemparnya adalah Shendy.
"Lho, Kakak sudah datang," Sonya menahan tawanya. "Gimana liburannya, Kak?"
Shendy menurunkan bantal Tina, lalu ikut tertawa bersama teman-temannya. "Asik deh pokoknya..." (anggap saja Ci Shendy baru datang karena selama ini dia sedang pulang ke kampungnya, red)
"Ada Kak Nitya jugaaa," Sonya memeluk seniornya itu.
"Aduh Kak, maaf banget..." kata Tina takut.
"Santai aja kali. Kalian berisik banget," kata Shendy tertawa. "Mau ikut jalan nggak?"
Sonya memandang Pia, Greys, Maria, Febe, Shendy, dan Nitya di depannya. "Kemana, Kak?"
"Ke mall aja, refreshing. Kita kan libur hari ini. Sekalian menyambut kedatangan Shendy dan Nitya..." jelas Maria.
"Bersegini aja, Kak?" tanya Tina, menghitung jumlah mereka. "Berdelapan?"
"Yang ceweknya cuma kita aja. Butet ama Vita sibuk. Yang lainnya pada mau tidur," kata Pia.
"Cowoknya ada pacar kamu," Febe melirik Tina yang tersipu malu. "Terus Simon, Hayom, Bona, Ahsan, Kido..."
"Age, Alvent, Yunus..." tambah Maria.
"Ikut, Kak," kata Tina langsung.
Sonya terheran-heran. "Kak Frans gak ikut Kak?" tanyanya pada Greysia.
"Mau istirahat katanya..." Greys mengangkat bahu.
"Kamu ikut nggak? Sepi lho disini," kata Nitya.
"Boleh deh, Kak... tapi aku belum siap-siap..." jawab Sonya malu.
"Dia baru bangun, Kak. Tadi aku bangunin malah ngamuk-ngamuk. Tuh kamar sampe berantakan," kata Tina, yang langsung disikut Sonya. "Aduh," ringisnya.
"Hahaha kalo gitu kita tunggu aja di dalem sambil bantuin beresin kamar kalian sementara Sonya siap-siap..." saran Maria. (duh, Mbak Sel, baik banget deh!) Semuanya setuju.
"Emang seberantakan apa sih?" Nitya melongok kedalam kamar dan matanya memandang ke sekeliling ruangan. "Ya, ampuuun..."
Selimut mereka berserakan di lantai, bantal-bantal tak beraturan dimana-mana, seprei tersingkap lebar. Sonya dan Tina nyengir malu.
Maria tertawa. "Ya sudah, kamu siap-siap sana..."
Sonya berlari ke kamar mandi.
* * *
Saat Sonya selesai dan kamar mereka sudah dirapikan dengan usaha gabungan Tina, Maria, Greys, Pia, Febe, Shendy, dan Nitya, handphone Maria berbunyi dengan ringtone Ne-Yo - Because of You. (ehm, mengarang bebas, red)
Incoming call -->
SimonMon (lagi-lagi mengarang bebas, red)
"Halooo?" jawab Maria.
"Mar? Kamu dimana?" tanya Simon.
"Aku di kamar Sonya sama Tina nih... kamu?"
Simon agak tertegun. Tapi dia langsung melanjutkan pembicaraan. "Kita udah di halaman depan... buruan dong! Kalau sempet kita masih bisa nonton sebelum makan siang."
"Oh, iya iya. Semuanya udah disana?" tanya Maria memastikan.
"Kecuali kalian yang cewek-cewek," ujar Simon.
"Oke, kami kesana secepatnya."
"Sip."
Simon memutuskan hubungan teleponnya.
Call ended
Marsel
00.30
"Dimana mereka?" tanya Kido, mengecek arlojinya setiap lima detik.
"Eh... di kamar Sonya dan Tina," jawab Simon tanpa memperhatikan Kido, masih sibuk dengan ponselnya, mengecek sisa pulsa. "Wah, beneran pulsa gue tinggal seribu. Bang, ntar gue mampir dulu di konter pulsa, ya..." kali itu Simon baru melihat Kido dan dia menyadari bahwa Kido sedang memandangnya aneh.
Kido mengangguk singkat, lalu mondar-mandir. Bona seperti biasa sedang mengobrol seru dengan Ahsan, Hendra sedang mendengarkan iPod-nya sambil bersandar di mobilnya, Alvent memainkan entah-apa di iPhone-nya, Age membaca majalah sport, Yunus dan Hayom mengerjakan teka-teki silang di koran yang digelar di atas kap mobil Kido.
Simon agak salah tingkah. Dia paham betul arti pandangan Kido padanya tadi.
Sementara itu di kamar Sonya dan Tina, suasana malah semakin riuh rendah karena Pia dan Greys sudah mulai menyindir-nyindir Maria yang ditelepon Simon.
"Cieeeee... kok pake aku-kamu, Sel?" tanya Febe. "Ada angin apa nih..."
"Biasanya pake loe-gue deh..." tambah Greys iseng.
"Mbak Sel," Shendy menjawil rambut Maria. "Nggak bilang-bilang ya."
"Apaan?" bantah Maria. "Wajar dong dia telepon, kan nanya kita lagi ada dimana, kita ditungguin tuh sama mereka..."
"Yang nggak wajar itu dia nelepon Mbak Sel..." sindir Nitya.
Pia tertawa. Tina memandang Sonya yang terlihat bengong. Tapi, Sonya lalu ikut tertawa.
"Hayoo Mbak..." Sonya ikutan.
Tina mengangkat alisnya. "Kalau gitu... eh... kita kesana sekarang aja yuk, Kak... emm... Kak Hendra barusan sms aku... katanya suruh cepetan..."
Sontak kamar itu penuh dengan gurauan lagi.
"Tuh, kan, Sel... Tina di-sms Hendra, mereka kan memang pacaran, makanya Hendra ngirim pesan ke Tina..." kata Greys.
"Tandanya dia cemas..." sambung Pia.
"Karena pacarnya nggak muncul-muncul..." tambah Nitya.
"Berarti itu juga yang terjadi sama Simon..." kata Shendy.
"Cemas karena calon pacarnya nggak muncul-muncul..." sambung Febe.
Mereka tertawa lagi. Maria hanya manyun. (Mbak Sel mau manyun pun tetep cantik, red)
"Sudahlah... ayo kita turun," ajak Maria.
Mereka beriringan keluar kamar Sonya dan Tina. Tina sengaja membiarkan keenam seniornya berjalan duluan di depan agar dia bisa leluasa mengobrol dengan Sonya.
"Kamu yakin mau ikut?" tanya Tina ketika ia mengunci pintu, dan Sonya menunggunya.
"Tentu saja. Aku butuh refreshing," jawab Sonya pasti.
"Berani nanggung resikonya?" tanya Tina.
"Apa?"
"Sakit hati."
"Ah, basi," katanya Sonya, melambaikan tangannya seolah meremehkan.
"Kamu mulai bisa terima, ya?" tanya Tina sementara mereka berjalan di lorong.
Sonya mengangkat bahu. "Begitulah."
Tina manggut-manggut.
"Baguslah kalau begitu."
* * *
Kido cemberut melihat rombongan putri datang dengan santai sambil mengobrol.
"Pia," panggilnya pada adiknya.
"Ya, Uda?" jawab Pia tersenyum.
"Jam sepuluh! Kami menunggu setengah jam!" katanya kesal.
Pia nyengir. "Maaf, Da..."
Bona tertawa. "Udahlah Da. Mending kita putuskan siapa yang mau naik mobil Uda, yang mau naik mobil Simon, yang naik mobil Shendy..."
"Kami yang cewek semua ikut Shendy," kata Febe langsung. "Pas berdelapan! Dua di depan, tiga di tengah, tiga di belakang..." (ceritanya mobil Shendy model kapsul gitu, red)
"Ah! Nggak seru!" kata Alvent. "Garing kalo cowok semua dalam satu mobil."
"Kita hompimpah aja," usul Yunus. "Tapi nggak ada yang boleh nolak."
Mereka langsung setuju.
"Oke, hompimpah pertama, yang telapak tangan menghadap ke atas naik ke mobil Shendy," atur Kido. "Berapa muatnya Shend? Delapan orang?"
Shendy mengangguk. "Delapan orang sama gue."
"Sisanya masuk mobil gue sama Simon," kata Kido. "Dibagi dua."
Semuanya manggut-manggut. Mobil Kido dan Simon (ceritanya, red) adalah mobil sejenis sedan.
"HOM PIM PAH ALAIHUM GAMBRENG!!" (oh, kenapa saya tertawa waktu menulis kalimat ini?)
*karena akan sangat panjang sekali kalau dirinci satu persatu, maka kita langsung saja ke hasil pembagian*
Akhirnya yang masuk mobil Shendy adalah Maria, Alvent, Bona, Greys, Yunus, Age, dan Nitya. Sementara yang masuk mobil Kido adalah adiknya sendiri, Pia, Ahsan, lalu Tina, dan kemudian Hayom. Sonya mendapat jackpot dengan menumpang mobil Simon bersama Hendra dan Febe.
"Yaah," ujar Tina sendu, memandang Hendra.
"Tenang saja," kata Hendra, menepuk bahu Tina.
"Gue jagain," canda Hayom. Lalu mereka menumbukkan tinju mereka.
"Pssst," bisik Sonya sebelum Tina masuk mobil. "Agak gelisah ya?"
Tina mengangguk. Dia harus semobil dengan orang yang pernah ditaksirnya, Ahsan.
"Rileks. Santai," saran Sonya.
"Kamu juga," kata Tina, nyengir memandang Simon, yang sedang disindir-sindir Greys dan Febe karena tidak bisa semobil dengan Maria.
Sonya menghela napas. "Asal nggak duduk di sebelahnya aja..."
Tetapi rupanya jackpot Sonya tidak berakhir disitu saja. Hendra dan Febe ternyata sudah menduduki bangku belakang selagi Sonya bicara dengan Tina. Tinggallah bangku kosong di depan untuk - siapa lagi? - Sonya.
"Sonya?" panggil Simon yang sudah duduk di kursi pengemudi. "Kok nggak masuk?"
Sonya benar-benar tidak bisa percaya ini.
* * *
to be continued...
Disclaimer: maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca, ini sekali lagi, hanya khayalan saya, tidak ada hubungannya dengan cerita, tempat, waktu, dan orang yang bersangkutan. :)) Murni untuk kepentingan hiburan saja.
P.S. Rupanya cerita ini panjang juga ==' dan banyak sekali khayalan disini... silakan tunggu part 12-nya, ya... terima kasih...
R.A.
3 Agustus 2010
0 komentar:
Posting Komentar