Tampilkan postingan dengan label kampus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kampus. Tampilkan semua postingan

Kamis, 31 Oktober 2013

, , , , , , , , ,

A-Must-Know: What We Learn in Dentistry (Part II-end)

Tulisan ini sebenarnya saya bikin untuk memuaskan kehausan orang-orang di luar sana yang bertanya-tanya: sebenernya di FKG tuh diajarin apa sih? Cuma ngurusin 32 gigi doang, kan?

Praktikum di KG sebenernya banyak tantangannya.

Orto: nyetak, ngebentuk kawat sendiri, ngebentuk malam sendiri, dan begitu jadi resin akrilik, harus pas di model, atau di rongga mulut pasienmu. Ngebentuk kawat sampe berdarah gara-gara ketusuk ujung kawat klamer yang tajam, dan belum tentu di-acc sama dosen pembimbing.

kumpulan tang pembentuk kawat klamer

hasil praktikum orto III
Prosto: preparasi gigi untuk gigi tiruan cekat, model malam sendiri, ngukir anatomisnya gigi, dan begitu sudah jadi logam, harus pas di modelnya, dan kerjaan belum tentu di-acc.

Konser: bikin lubang di asli yang udah ditanam di model, gak boleh kedaleman, langkah-langkahpenumpatan harus bener. Praktikum perawatan saluran akar, harus bisa nyari pintu masuk saluran akar, harus bersih saluran akarnya, harus padet gutta percha-nya (itu bahan yang digunakan untuk mengisi saluran akar, bahan penganti pulpa gigi), harus bagus rontgennya.

Continue reading A-Must-Know: What We Learn in Dentistry (Part II-end)

Senin, 28 Oktober 2013

, , , , , , , ,

A-Must-Know: What We Learn in Dentistry (Part I)

Tiga tahun yang lalu, begitu orang-orang mendengar bahwa saya masuk kedokteran gigi, biasanya pertanyaan atau kalimat basa-basi yang sering diucapkan adalah:

"Gigiku sakit nih, diapain ya?"

Dan tiga tahun yang lalu, saya akan jawab, "eh... nggak tau... ke dokter aja...?"

Pertanyaan semacam itu berkembang menjadi seperti ini:

"Gigiku sakit, ada yang lubang, trus ada yang goyang gitu... nyut-nyutan..."

Atau,

"Eh, tolong periksain gigi aku dong."

Damn, I didn't even know how to "periksain gigi" at that time. 

Continue reading A-Must-Know: What We Learn in Dentistry (Part I)

Senin, 07 Januari 2013

, ,

Galau Akademik (Edisi Pas Ujian)


Hari ini selagi mengerjakan ujian Ilmu Penyakit Mata yang menggalaukan, saya kepikiran hal-hal yang membuat galau waktu ngerjain soal ujian.

Galau pas ujian #1: soal pilihan ganda yang benar-benar ganda. Pilihan E: semua jawaban di atas benar. Atau pilihan C: jawaban A dan B benar. Dan semacamnya. Meragukan.

Galau pas ujian #2: habis baca soal. Lihat list jawaban. Ngerasa pernah baca, tapi lupa. Bener-bener lupa sampe pengawas bilang waktu tinggal 10 menit. Akhirnya jawab ngasal. Sebel sendiri.

Galau pas ujian #3: begitu balik lembar soal, baca soal pertama, nggak bisa, dilewat. Baca soal kedua, nggak bisa, dilewat. Baca soal ketiga, nggak bisa, dilewat. Membalik-balik soal nyari pertanyaan yang lebih layak untuk dikerjakan. Bingung duluan.

Galau pas ujian #4: soal benar/salah atau sebab/akibat. Sebenarnya menggalaukan kalau kalimatnya dibalik-balik. Lebih bikin galau adalah soal sebab/akibat, apalagi kalau nggak tau akibatnya bener atau salah.

Galau pas ujian #5: paling bikin galau adalah soal 1 2 3 4... nggak perlu dijelasin, kan?

Galau pas ujian #6: selesai ngerjain soal-soal yang bisa dikerjain. Ngelamun, mainin pulpen, mengamati pemandangan, goyang-goyang kaki, mainin rambut, nyanyi-nyanyi (dalam hati!). Tau-tau pengawas bilang “5 menit lagi” dan begitu balik soal ternyata sisa soal yang belum dikerjain masih 20 soal lagi.

Galau pas ujian #7: nggak bisa ngerjain soal sama sekali (dan memilih untuk tidak menyontek). Udah fix banget jawaban ngasal dan pasrah pada hasil. Tinggal berdoa.

Galau pas ujian #8: soal essay di kertas folio bergaris. Rasanya sudah menuliskan semuanya di halaman pertama folio, tapi masih berpikir apa yang kurang, ketika kemudian mata menangkap pemandangan teman sebelah menulis dengan cepat dan memenuhi satu halaman folio... di halaman sebaliknya. Intimidatif.

Galau pas ujian #9: lagi-lagi tentang soal essay di kertas folio bergaris. Teman-teman maju untuk meminta kertas tambahan. Ini juga intimidatif. Mereka nulis apa aja, sih???

Biasanya selepas ujian, saya tidak berminat mendiskusikan soal ujian dan pulang lebih awal daripada orang-orang lain.

Yah, intinya, untuk menghindari galau pas ujian ini, harusnya kita belajar banget-banget-banget ya. Biar nggak galau... dan berlanjut ke galau pas buka portal akademik. Huf.

Selamat UAS, semuanya (yang baru mulai UAS). Selamat liburan (yang sudah UAS dan libur).  
Continue reading Galau Akademik (Edisi Pas Ujian)

Senin, 03 Desember 2012

, , , , , , ,

This is Hard


Sekadar curhat saja. Sedang tidak berminat sama sekali meneruskan kegiatan tulis-menulis.
Terlalu banyak, terlalu banyak yang harus dipikirkan, yang harus dilakukan, yang harus diselesaikan.
Ya, saya tahu, harusnya saya berpikir, dan melakukan, dan menyelesaikan tulisan-tulisan saya yang tidak pernah selesai itu.

Continue reading This is Hard

Senin, 24 September 2012

, , , , , , , ,

Masterchef in Dentistry!

Tanggal 23 September 2012 lalu, FKG UGM ngadain acara Masterchef in Dentistry... disini tiap angkatan, biro-biro yang ada di BEM, DPM, BSO, dan UKM ikut lomba masak yang bahannya udah ditentuin sebelumnya: makanan utama dengan kentang, dan makanan penutup dengan pisang. Serta satu minuman yang bebas-syarat. Angkatan gue, 2010, ikut lomba. UKM gue, Saman Incisa, juga ikut. Gue dukung dua-duanya sih, tapi gue lebih banyak bantu-bantu di Saman. Soalnya di 2010 udah banyak banget yang bantuin... mana gue didaulat jadi dokumentasi di booth Saman juga.
Continue reading Masterchef in Dentistry!

Jumat, 21 September 2012

, , , , , , , , ,

Praktikum Semester 5 (Prosto II version)

Hari Kamis kemarin gue dan temen-temen gue praktikum Prosto II untuk yang pertama kalinya di semester ini. Cukup menyenangkan sebenarnya. Kita disuruh mempreparasi gigi yang bakal dibikinin gigi tiruan cekat. Tentu saja giginya cuma model... 

kondisi lab. satu anak satu phantom. 

meja gue

tampilan model rahang yang dipasang di phantom

gigi yang udah gue preparasi, tapi kayaknya salah...

temen gue, Anggy

Buat praktikum kemarin kita masih preparasi bagian oklusal untuk full veneer crown...

Coba googling aja yah kalau nggak ngerti, hehehehe :p

Sampai jumpa di versi-versi praktikum berikutnya...
Continue reading Praktikum Semester 5 (Prosto II version)

Selasa, 18 September 2012

, , , , ,

Praktikum Semester 5

Mainannya ginian lagi...

alat diagnostik Konservasi yang ditaruh di bengkok (bukan lelucon, memang itu namanya).
kadang masih suka lupa alat yang ini namanya apa dan gunanya apa. hem (niat sekolah nggak sih???)

cetakan gigi dari gips yang ditanam di okludator (praktikum Orthodonsia)

okludator dan modelnya.
yang merah-merah itu malam, yang digunakan sebagai catatan gigitan untuk  oklusi. 

okludator kalau dibuka dan dilepas malam merahnya

namanya Adam's klamer. kalau bingung, silakan lihat di Google.
by the way, ini bukan bikinan saya, ini punya temen saya yang saya foto. 
Gue ngasih label postingan ini a-must-know... karena memang ini adalah postingan a-must-know buat orang-orang yang bingung kenapa anak-anak KG suka bawa-bawa box gede yang biasanya buat tempat bekal ke sekolah tapi untuk anak KG, isinya alat-alat yang nggak jelas, hahahaha.

Nanti gue posting lagi deh tentang permasalahan box-box ini. Bye!
Continue reading Praktikum Semester 5

Kamis, 06 September 2012

Senin, 03 September 2012

, , , , , ,

First Day


Hari yang melelahkan baru saja berlalu.

Tunggu sebentar, kalau gue nggak salah inget, ini hari pertama kuliah semester 5. Iya, ini baru hari pertama. Baru hari pertama dan gue sudah merasa lelah – semester macam apa lagi yang bakal gue jalanin enam bulan kedepan?

Masuk  jam tujuh, pulang habis maghrib. Sebenernya praktikum Orto II selesai jam empat, hanya saja gue memutuskan untuk meneruskan praktikum yang belum selesai biar nantinya gue nggak males-malesan doang di kosan. Mumpung masih rajin. Beberapa temen gue juga memutuskan hal yang sama, jadi, disanalah kami rame-rame, meneruskan praktikum.
Continue reading First Day

Kamis, 16 Agustus 2012

, , , , , , ,

Journalist: Journalism in Dentistry

Gue punya berita nih buat anak-anak SMA yang ada di Jogja: 

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada alias FKG UGM ngadain acara kece buat anak-anak SMA dan sederajat serta umum, buat nyalurin bakat-bakat terpendam yang berkaitan dengan jurnalistik! 

Lombanya ada lomba foto, film, mading, sama poster, tapi khusus lomba-lomba ini cuma buat anak-anak SMA. Kalau umum, bisa ikut seminar jurnalistiknya. Ntar bakal ada pembicara keren yang ngisi seminar :)

Ngaku masih SMA dan bisa dibuktiin dengan kartu pelajar? Dan ngerasa punya bakat dan minat ke jurnalistik, tapi bingung mau disalurin kemana? 

Lo mesti ikutan lomba ini! 

Kunjungi blog KM FKG UGM dan lo bakal dapetin semua yang lo mau tahu tentang acara ini :D ada syarat dan ketentuan, terus link untuk download formulirnya juga! 

Kalau mau tanya-tanya bisa ke twitter @journalist_2012 atau like fanpage Journalism in Dentistry ya...
Atau kalau pertanyaannya panjang, kirim email ke journalist_fkgugm@yahoo.co.id
Bisa juga hubungi CP kita:
085 640 64 55 64 (Isti)


Jadi, nunggu apa lagi? 

Salam Jurnalistik!



P.S.
Gue mau upload foto poster lomba dan seminarnya, tapi jaringan internet gue lagi ngadat dan memakan waktu cukup lama meng-upload foto itu ke blog ini -__-" 
Continue reading Journalist: Journalism in Dentistry

Kamis, 28 Juni 2012

, , , , , ,

UAS, Temen-Temen, dan Cappuccino


Seperti yang udah gue ramalkan sebelumnya, ujian Patologi Klinik tadi pagi emang studi kasus. Seorang wanita (umur disamarkan) datang ke RSGM, mengeluhkan sakit pada giginya... trombosit sekian, leukosit sekian... PPT dan TT normal... dan sebagainya. Lagi-lagi gue ternganga sebentar waktu buka lembaran soal. Untung soalnya cuma 60 menit dan dengan pilihan jawaban ABCDE atau 1234 (inget kan? 1,2,3 benar A; 1,3 benar B; dan seterusnya) tanpa essay. Kalo sampe ujian ini essay... gue beneran pasrah.

Tapi gue emang pasrah di enam nomer terakhir. Kira-kira tiga puluh menit pertama lembar jawaban gue baru keisi nggak  nyampe separuh jumlah soal. Gue bengong, ngeliatin tiga semut yang merayap di kursi temen di depan gue, mikir kemana-mana.

Gue juga mikir-mikir reaksi temen-temen gue yang bakalan muncul pas UAS.

Pagi-pagi nih. Sejam sebelum UAS. “Aduh... gimana nih... aku nggak belajar, tadi malem ketiduran...” Dengan suara yang memelas, dan ekspresi lelah.

Ini bohong.

Kemudian, lima menit setelah keluar dari ruang ujian. ”Tadi bisa nggak? Aku nggak bisa nih, ngasal aja tadi jawabnya... pasrah lah...” Dengan wajah yang geli dan pasrah.

Ini juga bohong.

Karena, berdasarkan pengamatan gue, orang yang bener-bener nggak belajar di malem sebelum ujian, nggak akan koar-koar bilang ke semua orang kalo dia nggak belajar.

Dan juga, 50% lebih orang yang bilang nggak bisa pas ujian, dapet nilai A atau B nangkring di portal akademik.

Begitulah.

Temen-temen gue kalo mau UAS, UTS, atau responsi gitu, bakal belajar bareng di suatu tempat entah-dimana. Gue, kalo mau UAS, UTS, atau responsi, bakal belajar sendiri di kamar gue, dengerin Infinite, dan kalo bosen, berhenti belajar, terus nonton variety show. Kalo batre laptop gue abis, gue biarin sambil dicas, dan gue belajar lagi. Kali ini sambil dengerin radio.

Coba kalo gue belajar bareng-bareng. Mana bisa gue pas bosen nonton Running Man dulu? Yang ada gue melongo, terdiam, dan ngerasa bodoh banget sementara yang lain berdebat tentang bedanya anemia defisiensi besi sama anemia defisiensi B12.

Gue orangnya nggak bisa belajar sama-sama orang. Apalagi kalo orang yang belajar bareng gue adalah orang yang sudah tahu segalanya dan kemudian mengajari dengan sikap sok tahu ke orang lain. Gue bakal nyari orang yang bisa mengajari atau memberitahu dengan cara yang lebih layak. Layak, tidak terkesan sok tahu, tetapi memberi tahu.

Bukan berarti temen-temen gue kayak gitu semua, enggak. Temen-temen gue baik kok. Hanya saja gue nggak seneng sama cara belajar yang kayak gitu. Rame-rame dan bareng-bareng.

Gue adalah tipe orang yang membaca cepat. DSC yang penuh slide kotak-kotak dari dosen, gue baca sekadarnya. Kemudian gue beralih ke soal-soal. Gue balik-balik DSC lagi, nyari jawaban, dan ngisi soal. Besoknya, pas mau ujian, baru gue nanya temen gue yang baik hati tentang hal-hal yang nggak gue ngerti.
Emang nggak efektif sih, tapi mau gimana lagi. Gue sendiri udah nggak efektif dari awal kuliah, dengan cara tidak mendengarkan dosen ketika beliau bercerita di depan kelas.

Besok adalah ujian Prostodonsia. Just saying.

Tadi habis ujian PK, gue sama seorang temen gue yang cantik berjilbab makan di kantin fakultas sebelah, cerita-cerita. Cerita standar cewek. Tapi gue ngerasa udah lama banget nggak cerita-cerita bebas kayak gitu ke temen-temen gue. Gue terlalu lama sendirian sampe-sampe nggak punya cerita apapun buat diceritain ke temen-temen gue, yang rasanya mereka selalu punya cerita.

Gue jadi pendiem lagi. Irit banget kalo mau ngomong. Seperlunya aja. Kalo temen-temen gue yang bergeng-geng itu bakal rame-rame di kantin, gue yang ada diantara mereka cuma diem, ketawa, senyum, kalo ada sesuatu yang lucu tentunya. Temen-temen gue hampir semuanya geng-geng-an, tapi semuanya membaur kok. Kompak kayak anak SMA.

Gue hanya nggak mau terlalu terikat lagi sama orang-orang, dan membiarkan kebebasan gue sendiri seperti ini. Resikonya adalah gue nggak lagi punya orang-orang yang teramat sangat dekat, dan gue jadi jarang nge-mall. Bagus juga sih, gue bisa berhemat untuk kemudian dibelanjakan di Gramedia atau Togamas terdekat.
Dulu kalo gue galau pasti nyeduh cappuccino instan. Nggak tahu kenapa, seneng aja sama cappuccino. Busanya lucu.

Oke, gue bahkan nggak ngerti kenapa gue bisa bilang busanya cappuccino itu lucu.

Tapi rasanya tiap abis minum cappuccino anget itu gue bisa bahagia lagi. Mood gue langsung naik. Efek placebo mungkin ya. Sugesti. Nggak papalah.

Sekarang stok cappuccino gue ada sekotak isi 4, dan ini bener-bener kotak cappuccino pertama yang gue beli sejak awal semester 4. Gue nggak pernah beli cappuccino kalo gue nggak bener-bener galau. Otak gue sudah tersugesti dengan ‘lo-lagi-galau-kan-beli-cappuccino-sana’. Cuma kalo lagi galau baru gue minum cappuccino.

Kemarin gue nyeduh cappuccino pas Minggu malem mau ujian Farmako besok Seninnya. Gue langsung nggak bisa tidur semaleman, cuma bisa guling-guling dan frustasi. Sejak saat itu gue mikir, nggak mau minum cappuccino kalo malem dan besoknya ujian pagi. Sumpah.

Apapun itu, gue tetep suka cappuccino.

Oh iya, ngomong-ngomong, ini malem Jum’at ya? Biasanya suka ada cerita-cerita horor di twitter tiap malem Jum’at, dan gue bakal spamming twitter dengan ‘ADUHHH JANGAN CERITA HOROR DOONGG’ tapi nyatanya juga gue malah buka timeline akun yang ngetwit horor dan baca ceritanya, meski setelah itu gue nyesel sendiri karena kebayang-bayang pas mau tidur.

Gue masih males nyentuh DSC Prosto.

13:05
Kamis, 28 Juni 2012
Continue reading UAS, Temen-Temen, dan Cappuccino

Selasa, 20 Desember 2011

, , , ,

20 Desember 2011

7:20 (jam di ruang I, kuliah ilmu bedah)

Halo?
Seseorang?
Siapa saja... (kecuali orang-orang tertentu)
Dosen ilmu bedah saya barusan bertanya: ‘enak nggak kalo nggak punya reseptor nyeri?’
Selintas muncul di pikiran saya: ‘enak juga kadang, jadi nggak perlu ngerasain sakit kayak gini.’
Terus saya ketawa-ketawa sendiri dalam hati.
Tapi waktu dosen saya mengajukan pertanyaan itu, saya otomatis menjawab ‘tidak’. Otomatis lho. Percaya deh, nggak punya reseptor nyeri itu nggak enak. Bukannya saya tahu rasanya. Tapi, coba saja bayangkan.
Ah, betapa saya ingin pulang sekarang dan menangis sekencang-kencangnya di pelukan Ibu.
Being heartless is hurt. Trust me.
Tapi saya nggak akan menyerah – satu-satunya cara untuk tidak merasa ditinggalkan adalah dengan tidak pernah sama sekali meninggalkan seseorang. Tidak punya seseorang. Jadi tidak ada resiko ditinggalkan. Tidak ada resiko kehilangan. Tidak ada resiko sakit lagi.
A feeling like this.
An ending like this.
What should I say?
What should I do?
I was told to leave them all alone. That makes me all alone.
It’s hurt.
But it’s the best for everyone.
It’s the best.

Jadi dosen saya barusan bercerita tentang proses inflamasi dan analoginya dengan rumah yang ditabrak mobil. Misalnya Anda punya rumah yang tusuk sate – tepat di ujung jalan dari pertigaan. Kemudian ada mobil yang melaju kencang dari jalan di depan dan langsung menabrak dinding rumah Anda. Apa yang akan Anda lakukan pertama kali?
Panik, marah, ya.
Kemudian?
Minta ganti rugi, ya.
Dosen bedah saya menganalogikan kemarahan dan kepanikan itu sebagai proses inflamasi ketika ada luka. Bengkak, kemudian merah.
Kemudian?
Tentu Anda akan membersihkan runtuhan-runtuhan yang terjadi. Lalu, Anda memanggil tukang. Kemudian Anda akan membeli barang-barang untuk memperbaiki dinding yang rusak. Semen, batu bata, dan lain-lain. Anggaplah barang-barang ini adalah sel-sel yang akan berperan menutup luka.
Kemudian?
Setelah dinding kembali seperti semula – atau bahkan lebih bagus dari yang semula – masih ada semen, batu-bata, dan yang lain yang tersisa kan? Kemana itu akan pergi? Ya, disimpan lagi, di tempat yang baik.
Sama dengan proses wound healing.
Bedanya tembok dengan kulit kita adalah: tembok yang rusak jika diperbaiki akan kembali seperti dulu, atau bahkan lebih baik, lebih bagus. Tetapi, kalau kulit kita luka, akan timbul bekas, yaitu jaringan parut. Tidak akan seperti semula.
Kalau luka di kulit saja akan meninggalkan bekas, ada satu luka yang akan menimbulkan bekas yang dalam, yaitu... di hati. Makanya, jangan bikin luka di hati.
“Pelajaran moral hari ini,” tutup Dosen Ilmu Bedah saya.
Ini serius lho, beliau memang benar-benar mengatakan itu.

Aigooo~~
Kadang kuliah ilmu bedah ini menampilkan gambar-gambar yang menyeramkan di slide-nya. Jenis-jenis disturbing picture, semacam itu. Tapi kadang – tidak, selalu – ada ilmu-ilmu baru yang penting. Misalnya tentang cara menjahit luka.
Meski saya tidak pernah sama sekali kepikiran untuk mengambil spesialis Bedah Mulut nantinya. Ah, saya takut darah, sebenarnya.

Kenapa ya saya selalu menulis tentang kelemahan-kelemahan saya?
Tentang saya yang sok rapuh, sok lemah, dan sok suci? Sok bertingkah seolah-olah orang paling malang sedunia.
I wanna keep this as my own problem.
I don’t mean to spread this **** things to anybody.
But I just~
I just can’t help it.
My hands keep forcing me to type something on my notebook. And the next thing I know, a new posting is published on my blog.
Sometimes I wonder.
Bagaimana ya dulu di SMA saya bisa bertahan? Tiga tahun. Yah, tiga tahun kurang.
Entah bagaimana. Saya sering sekali memikirkan ini. Sungguh, saya ingin kembali ke SMA.
Apa karena di SMA saya tinggal bersama keluarga, sementara di Jogja saya tinggal sendiri?
Jadi saya merasa tidak punya siapa-siapa. Dan itu membuat semua beban terasa lebih berat dua kali lipat.
Tuh kan, saya tidak sadar sudah menulis seperti ini.

Jogja, 20 Desember 2011 
Continue reading 20 Desember 2011
, , , ,

Don't Read This

Annyeong...
Saya ada praktikum anatomi II jam satu nanti, dan saya masih kesal. Jadinya saya tidak bisa belajar sama sekali. Saya kesal, kesal, kesal, jengkel.
Saya ketemu sama orang-orang itu lagi, orang-orang yang bikin saya jengkel setengah mati.
Tidak bisakah saya mendapatkan sedikit ketenangan disini?
Sumpah, saya kesal setengah mati. Kalau bisa malah saya mati aja.
Sudah saya bilang, kan, kalau saya sedang kesal akhir-akhir ini. Saya benci.
Saya kesal!
Saya membenci semua orang.
Tapi saya sangat mencintai diri saya sendiri hingga saya terlalu sibuk memikirkannya tanpa memikirkan perasaan orang lain.
Salah, saya yang seperti ini?
Kan saya sudah katakan kalau hati saya sudah hancur berkeping-keping dan saya tidak akan melakukan apapun untuk membuatnya seperti semula.
Saya tidak punya hati lagi.
Saya sudah tidak bisa merasakan.
Kecuali rasa kecewa, mungkin.
Kecewa, kemarahan, jengkel, dan kesal sampai ubun-ubun.
Satu-satunya cara keluar dari semua ini adalah mengenakan earphone dengan menyetel volume sekencang-kencangnya. Bebas. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Toh memang tidak ada yang mengkhawatirkan, kan?
Karena diri sendiri adalah satu-satunya orang yang tidak akan pernah mengkhianati kita sampai kapanpun.
Diri sendiri adalah satu-satunya orang yang bisa kita percaya sampai kapanpun.
Diri sendiri adalah satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan kita ketika tidak ada orang yang bisa menyelamatkanmu.
Bagaimanapun kau berharap, berdoa, ada hal-hal yang tidak akan terkabul.
Kau hanya bisa percaya dirimu sendiri. 
Kau hanya bisa menikmati hidup dengan dirimu sendiri. Tak ada gunanya mencoba menerima dengan tenang apa yang sudah terjadi di luar harapanmu. Kau hanya akan kecewa, kecewa, dan kecewa. Kecewa bertumpuk-tumpuk. Maka lupakanlah semuanya dan nikmati semua sendiri.
Terdengar kejam, ya?
Tapi siapa yang peduli, huh?
Toh, dewasa ini orang-orang hanya memedulikan perasaannya sendiri. Jadi, apa salahnya kalau kita juga memedulikan perasaan kita sendiri saja?
Apa salahnya kita belajar mencintai diri sendiri lebih dari mencintai orang lain.
Apa salahnya kita belajar menutup hati untuk orang lain.
Apa salahnya kita belajar untuk tidak tergantung dengan orang lain.
Apa salahnya kita belajar untuk tidak terikat dengan orang lain.
Orang lain berisik, selalu memaksakan keinginan.
Orang lain tidak akan memedulikan perasaan kita.
Orang lain tidak akan menghiraukan kita.
Orang lain tidak akan peduli masalah kita.
Orang lain yang kita sukai tetapi menyukai orang lain, juga tidak akan memedulikan kita.
Jadi, apa gunanya menyukai orang yang seperti itu.
Apa gunanya?
Oh, dan tentang butuh tempat untuk bersandar, sepertinya saya tidak membutuhkannya.
Sekarang saya cuma percaya diri saya sendiri, dan Tuhan.


Jogja, 13 Desember 2011
12:45
Continue reading Don't Read This

Selasa, 06 Desember 2011

, , , , ,

Hard Life

Jadi ketika saya mengetik postingan ini, saya lagi ada di ruang internet RSGM Prof. Dr. Soedomo.
Jam satu nanti saya ada praktikum Biomaterial, uji deformasi malam.

Terus kenapa?

Ah, saya lagi jutek hari ini. Bawaannya bad mood, bawaannya pengen sendirian, bawaannya nggak pengen liat hal-hal yang bikin saya tambah bad mood.
Bener, hari-hari ini sepertinya semua hal tidak berpihak pada saya. Banyak yang terjadi di luar harapan saya; bukannya saya berharap berlebihan, saya merasa saya berharap biasa saja, hanya saja tampaknya memang tidak sesuai harapan, semuanya.
Ada seseorang yang meninggikan sekali orang-orang yang dia sukai, tapi menyudutkan sekali orang-orang lain yang tidak sesuai dengan ekspektasinya.
Saya benci sekali orang semacam itu, tetapi saya berusaha mengendalikan perasaan saya, ini kaitannya dengan keberlangsungan hidup saya di kampus.

Laporan-laporan saya juga tidak berlangsung dengan begitu bagus... nilai-nilai menurut saya 'hanya cukup makan'.
Begitupun review, saya jujur, tidak mengalami kegampangan ketika melaksanakannya, semuanya blank, semuanya gagal total.
Kenapa?
Apa saya, jauh di dalam hati saya, masih memikirkan itu?

Tapi saya menekan diri saya untuk tidak lagi berpikir masalah itu, maksud saya ya sudahlah, jalani saja apa yang ada di depan, meskipun saya mendengarnya dari orang yang saya tidak bisa bilang saya suka dia atau tidak (lagi).
Bingung?

Saya juga bingung.
Ini benar-benar di luar kendali saya.
Saya barusan selesai praktikum Faal, lalu saya pergi ke kantin, sendirian, untuk makan siang. Yeah, sendirian. Dan saya lumayan suka.
Saya sedang tidak ingin terikat, tidak ingin terlanjur sayang, tidak ingin terlalu sayang, kemudian kehilangan, kemudian dirasuki cemburu, saya sungguh, sungguh, tidak ingin mengalaminya lagi.
Saya tidak mau terikat. Setidaknya itu yang bisa saya katakan sekarang.

Sebentar lagi UAS, saya masih mencari-cari proyek cerpen yang kira-kira bisa saya kerjakan sebelum itu.
Saya baru pertama kali mengerjakan sebuah proyek (dan ini semacam kompetisi) dan rasanya... menyenangkan! Sungguh! Ketika menulis dengan deadline tengah malam, kemudian menekan tombol attach pada email, kemudian menekan tombol sent, selalu ada debaran menyenangkan yang muncul di dalam dada. Seperti toksik, dan bahan-bahan adiktif. Bikin ketagihan.

Satu yang lagi saya pengenin, saya pengen ngisi blog saya yang baru dengan essay photo (atau photo essay?) tapi saya nggak punya kamera bagus. Apa saya mau ngandelin kamera ponsel yang saya yang keypadnya udah bocel-bocel dan bahkan ada yang udah nggak fungsional lagi?
Saya jelas pengen hape baru.
Tapi itu hanya sebuah wacana.

Oke, sudah jam 12 lewat 6 menit, saya harus belajar untuk praktikum jam 1 nanti. FYI, temanya sekarang deformasi malam.
Nggak kerasa, praktikum-praktikum ini udah mulai berakhir, dan muncullah minggu-minggu pra-responsi, responsi, pra-tentamen, dan tentamen... dan UAS...
Saya hanya berharap, semuanya lancar.
Setelah hari-hari ini apapun yang saya lakukan tidak maksimal sama sekali.

R.A.
(sayangnya masih di) Jogja, 7 Desember 2011
Continue reading Hard Life

Rabu, 02 November 2011

, , , , , ,

Something Stupid That Comes Out from My Mind

Annyeong,
 
So here's I got some things to think about...
I was think about enjoying me-time.
I'm so not into fashion so I'll talk about books.

Ew, yeah, I read, like, everything.
Semua yang menarik perhatian saya, tentu saja.
I love, to see some nice dress, nice blouse, nice shoes, but I don't think they will fit me well as seen as on the photographs
(when you browse some online shops) or on those mannequins in stores, so I'll just, like, yeah, whatever.
Maaf saya meracau.

Anyway,
I LLOOOVVEE BOOKS so much.
Novels. Comics. Poems. Whatever.
I need some me-time, going to the bookstore, or library, or some nice cafe where I can spend my extra money AND extra TIME...
But I know it's not gonna happen these days.
I'm like, I really love bookstores, those smell of new books... wow.
I really, really, really can't stand it!

Sometimes I really want to go travelling through this lovely city, alone... but the problem is...
I don't like travelling alone.
I already have some places-to-go IF ONLY I brave enough to go ALONE...
My lists are: BOOKSTORES, cafe to eat pancakes and drink latte, errr... Malioboro, perhaps... and also Keraton, some nice places to take pictures...
IF ONLY I have a camera.
Pasti asik mengelilingi kota Jogja dan berkunjung ke tempat-tempat yang bagus.

Yah, itu hanya semacam... apa ya... harapan? Impian? Mimpi? Hahaha.
Yang jelas, saya bukan tipe orang yang bisa berkeliling sendirian, naik bus atau apa, jalan kaki, bukannya saya manja atau apa, tapi
saya bengek, saudara-saudara. Saya cepat sekali sesak napas. Naik tangga tiga lantai saja saya langsung ngos-ngosan.
Gimana saya bisa bertahan menghabiskan seharian di luar, berkeliling kota?
Saya prefer pergi ke toko buku, membeli beberapa buku, kemudian pergi ke toko kaset, hanya untuk cuci mata, kemudian pergi ke cafe yang ada hotspotnya,
membeli cake atau cappuccino, atau latte, atau ke restoran Korea, mencicipi kimbab, atau ke angkringan, makan sebentar, lalu singgah ke perpustakaan,
tentu saja yang ada hotspotnya (lagi!), duduk, membaca buku, yeah this is what 'refreshing' means to me!

* * *

I was just thinking about them...
It's like, I wondered, if only they read my tweets, and they think about me...
Do they even care?
Dan waktu pikiran saya melayang, ke beberapa bulan lalu...
I wish I brave enough to say... "HE IS NOT VISITING ME AND YOU KNOW THAT!"
Not to say, but to scream. -.-
I was really really angry these days. This month.
Sorry. I was just...

Sini aku kasih tau.

When I was home, I mean, in MY HOUSE...
There was a problem...
About continuing my study HERE or not.
But then I decided to stay.
Why?
I stay because of them.
I stay because of him.
HE IS ONE OF THE REASON WHY I'M STILL HERE.
But now?
Someone took my reason away.
Someone I loved.
Ironic.

So now I have no reason.
Technically.

Honestly. I thought about him at that time.

Tapi sekarang, ini semua nggak berarti lagi.
It doesn't mean ANYTHING!

I HAVE TO CREATE MY OWN REASON.

Yeah.
That's what I'm supposed to do.

I'm sorry, if, someone out there, read this, and think, 'oh, is this story about me?' I'm really, really sorry...
I just don't know what to do.
I don't even know myself.
I mean, who AM I?
I lost myself.

Teman saya bilang saya nggak seceria dulu lagi, but who to blame?
No one but myself.
Saya yang membuat diri saya seperti ini.
Jadi, buat seseorang, atau orang-orang, di luar sana, tenanglah, saya tidak menggalaukan anda, kalian, kamu, atau mereka.
Saya menggalaukan diri saya sendiri, saya memarahi diri saya sendiri, saya menyalahkan diri saya sendiri.
And this has nothing to do with you... guys.

I just need time.
Just it.
Oh, do you even STILL CARE ABOUT IT?

Okay I'm so sorry for acting like this.
Really sorry.

Because this is about my heart. About my feelings.
So... what to do?

* * *

Well anyway, I got a great afternoon today, emm...
Okay I tweeted with my ex, so, what's so great about that?
Nothing but...
Ini seperti... kembali ke masa lalu.
Saya tidak bisa memungkiri, bahwa, saya senang, senang sekali bisa kembali kontak dengannya, bisa bicara seperti biasa.

Modern Minds and Pastimes.
I don't know, it's just come out from my mind.

Yeah, well, I'm happy :)

* * *

I stalked someone's profile this afternoon and found out that...
Oh GOD, why is HE soooo daammnn handsome after I left him? or... should I say... after he left me?
I just... felt... regretful -_____-"
Wajar. Cewek.
Hahahahaha.

Tapi seriusan loh, DIA, makin ganteng aja ><
I won't mention some names here, ever, hahahahahahaha!
Emang ya, yang namanya MANTAN, setelah putus hubungan, pasti jadi lebih menarik.
MANTAN APAPUN LOH.
Mantan pacar, mantan HTS-an, mantan sahabat...
Whatever.
Oh dan hari ini saya ketemu - ngeliat - si dongsaeng ganteng lewat. Yah, cuma lewat *nangis* bukan ketemu dan melihat matanya seperti biasa #halah 
Ya, saya akhir-akhir ini jaraaaanng banget ketemu sama beliau, yeah, BELIAU.


Anyway, hari ini hujan cukup lama dan cukup deras.
I LOVE IT!

I think... that's all that I can say tonight.
Have some slides to read (and learn).
Tomorrow will be a mid-term exam...
Dan UTS ini Ilmu THT :o
Dan bahannya banyak banget.


Gotta go, maybe make a cup of coffee, and make a chocolate-cheese sandwich for a midnight-snack-while-studying... kinda pathetic, you know, but, well... what else can I do? :)

So... see ya! :)

R.A.
Jogja, 2 November 2011
Continue reading Something Stupid That Comes Out from My Mind

Jumat, 28 Oktober 2011

, , , ,

Praktikum DA

So this is what I did for the last 2 months. I designed a teeth!

Well, maksud saya, saya membuat desain gigi untuk mengukir gigi sesuai anatominya.
Untuk praktikum ini kita membutuhkan gigi-gigi asli. Serius lho.

Terus... kita ngukur panjang giginya, panjang mahkota, panjang akar, panjang dari mesial ke distal, panjang dari labial/buccal ke palatal/lingual... bayangin deh gigi sekecil itu kita ukur pake penggaris. 
Mata mendadak jadi sipit, ahahaha. Bisa sih pake jangka sorong. Tapi get real aja deh. Saya nggak punya jangka sorong. Selama masih ada penggaris, yah... 

Habis diukur panjangnya, dibikin skala, terus digambar sesuai skala... jadinya kayak gini deh:

Incisivus Centralis Kanan Rahang Atas (Elemen Gigi: 11)

Caninus Kanan Rahang Atas (Elemen Gigi: 13)

Premolar Kedua Kanan Rahang Bawah (Elemen Gigi: 45)

Oh, dan ini nggak cuma liat gigi, ukur, skala, terus gambar loh. Harus ada sesi pengidentifikasian gigi dulu. Sebelumnya, gigi yang kita pake harus di acc dulu sama asisten kelompok, maksudnya giginya bisa dipake buat praktikum atau enggak. Kalau giginya atrisi - terkikis di bagian emailnya - nggak bisa dipake, soalnya kan tujuannya buat tau anatomi giginya...
Habis di acc, masuklah sesi identifikasi gigi. Disini, kita harus bisa identifikasi gigi yang kita punya. 
Misalnya kamu punya gigi incisivus (gigi seri). Nah, mengacu pada buku praktikum, cari tahu deh itu gigi incisivus apa, entah itu centralis atau lateralis. Kanan atau kiri. Atas atau bawah. 
Kalau kamu punya gigi caninus (gigi taring). Diidentifikasi, caninus kanan atau kiri, atas atau bawah. 
Gitu juga kayak premolar. 
Tiap gigi punya cirinya sendiri-sendiri. Misalnya akar premolar 1 atas itu ada dua, dan akar premolar 2 atas itu ada satu. Bentuk akarnya juga beda-beda, ada yang ramping, pipih, atau bulat.
Dan tiap gigi punya: waktu komplitnya enamel, waktu erupsi, waktu komplitnya akar, dan waktu kalsifikasi yang beda-beda!

Dan... kita nggak boleh sampe salah identifikasi. Kalo salah, resikonya nilai iden-mu dikurangi.

Yeah, saya salah identifikasi gigi dua kali, waktu caninus sama premolar. -.-

Selesai identifikasi, baru deh kamu boleh gambar desain gigimu. 

Dan gambar ini harus benar-benar detail! Kamu menggambar di kertas milimeter block. Asistenmu pasti akan mengecek satu-persatu hitungan skalamu. Dan kesesuaian desainmu dengan gigi aslimu. 

Kelar deh sesi gambar-menggambar, sekarang masuk sesi pengukiran. 

Gambar yang sudah kamu gambar dengan susah payah, sekarang harus digunting dan ditempel di sebongkah wax (malam) berbentuk balok berwarna cokelat. Saya dengar malam ini hanya diproduksi di FKG UGM (CMIIW!) :">

Nah, untuk sesi pengukiran ini, dilakukan pada hari dimana saya melakukan praktikum DA yakni hari Jumat pukul 14:00 - 16:30. 

Wondering kenapa jam praktikumnya begitu lama?
Hmm...
Bayangin aja deh. Kamu nempel gambar di wax. Kamu motong sisa wax sesuai pola. Kamu ngukir fossa. Kamu ngukir radix. Kamu polish waxnya sampe mengilat. Butuh waktu berapa lama?

Biasanya, hari pertama praktikum, saya paling banter hanya bisa melakukan pengukiran, itu pun dengan kecepatan maksimum! Hari kedua praktikum (minggu depannya) baru deh saya bisa polishing.

Sebelum praktikum... biasanya setiap praktikum punya pretest.. dan yak, sama dengan DA, punya pretest juga di setiap Bab. Misalnya waktu hari ini praktikum mengukir Incisivus, berarti saya pretest dengan materi Incisivus. 
Kalau kamu nggak lulus pretest, alias inhal, berarti kamu diijinkan pulang dan tidak mengikuti praktikum... which is rugi banget -___-"

Soalnya praktikum ini butuh waktu lamaaaaaa banget kan. 

Done with pretest, sekarang (akhirnya) masuk sesi pengukiran. 
Alat yang harus disiapkan: 

1. Gunting
untuk menggunting desain, tapi disarankan desain sudah digunting sebelum praktikum.

2. Lem


yah, kamu tahu kan ini untuk apa, menempelkan desain ke balok wax.

 3. Waxmess dan crownmess




semacam pisau, tapi tidak terlalu tajam, untuk pengukiran.


4. Bunsen dan spiritus

ini untuk finishing.


5. Lighter

tentu saja ini untuk menyalakan sumbu bunsen... --"


 6. Name tag


hahaha, ini sebagai tanda pengenal saya di lab :D itu nama saya, NIM, dan kelompok


7. Potongan desain

ini desain yang sudah dipotong sesuai pola


Merasa ada yang kurang? Iya, saya tidak punya foto balok wax cokelat yang digunakan untuk membuat gigi. Hahaha.
Nah, kalau sudah diukir, hasilnya seperti ini:



caninus dan sisa-sisa pengukiran

giginya harus mengilat!





yang kiri itu caninus. yang kanan incisivus. beda skala, makanya besarnya nggak sama :D


Yang premolar belum jadi, kemarin baru pengukiran.
Yah, itu lah salah satu praktikum yang saya jalani (?) di FKG UGM.


Entah angin apa yang membuat saya menulis ini dengan senang, ahahahaha :))
Semoga kedepannya praktikum-praktikum berjalan dengan lancar, amiin!
Happy UTS, FKG UGM~!


R.A.
Jogja, 28 Oktober 2011

Continue reading Praktikum DA

Rabu, 26 Oktober 2011

, , , ,

TGIR

Thank God it's rain!

Akhirnya hujan juga, saya baru saja sampai kosan setelah selesai desain gigi premolar saya.
Not a good day.
But not a really bad day, though.

Bisa dibilang saya benci hari ini. Tapi banyak hal yang membuat saya puas hari ini.
Toh kita juga tetap harus bersyukur akan apa yang terjadi, kan?
TENTANG APAPUN YANG TERJADI HARI INI.
Meski membuat kesal, jengkel, dan marah, tetapi tetap harus disyukuri.
Karena pasti ada hikmahnya.

Saya pun begitu.

I just learned something.

The only one who can save you is yourself.

Oke ubah itu jadi "The ONLY one who can save ME is MYSELF."

Saya bener-bener pengen menghilang dari dunia ini.
Saya pengen tidur, terus amnesia, atau apalah.
Saya nggak inget apa-apa, saya bisa ngilangin perasaan jenuh ini, saya bisa ngilangin perasaan cemburu ini.
Silakan sebut saya sang pelari dari kenyataan, silakan! Saya memang begitu!

Barusan kakak angkatan saya yang sudah drg, meng-update status di twitternya.
"Hidup di KG itu..."

Saya ingin menambahkan versi saya:

Hidup di KG itu:
1. harus tahan banting
2. harus tahan perasaan
3. harus kuat mental
4. harus kenal watak dosen
5. harus punya keberuntungan tinggi
6. harus punya skill yang bagus
7. harus hati-hati dengan hati
8. jangan sampe suka sama cowok KG juga (kalo nggak mau sakit hati) - ini teman saya yang bilang!
9. kenallah dengan banyak kakak angkatan
10. hormatlah pada semua civitas akademika
11. nggak usah meni-pedi - cukup potong pendek aja kukunya

Dan lain-lain.

Yah, begitulah hidup di KG.
Continue reading TGIR

Senin, 02 Mei 2011

, , ,

I'm Being So Damn Immature

This is Saturday, and I'm stuck here with my tasks.

Well what I mean is not an ordinary tasks.

Saya pengen banget posting, pengen banget cerita apa-apa, tapi bakal terdengar childish kalau saya curhat di blog.
Pertanyaan saya adalah: apa bakal ada yang baca tulisan saya?

Semester II di FKG sudah hampir berakhir dan saya masih merasa belum mendapatkan apa-apa.
Saya nggak tau harus mulai darimana.
Bukannya saya mau jadi childish or immature, tapi saya udah ngerasa nggak kuat. Kerjaan saya terbengkalai.
Saya pengen nangis tiap saat. Saya nyesek tiap saat. Saya pengen pulang tiap saat.
Saya udah nggak tahan.
Nginget orang tua malah rasanya makin nyesek karena malah ngerasa nggak bisa ngelakuin apa yang bisa bikin mereka bangga. Nyesek karena nggak bisa ngebahagiain mereka.
Dan saya nggak tau saya harus apa lagi.
Makin kesini rasanya makin berat.

Somebody please help me :(
Continue reading I'm Being So Damn Immature

Sabtu, 02 April 2011

, , ,

Back to High School

Salam, Pembaca!

It was yesterday. 
Saya lagi nggak ngapa-ngapain di kampus, gambar Histologi udah selesai dan lagi nunggu dikumpulin ke asisten praktikum, dan nggak tau mau ngapain. Sementara itu saya nunggu di ruang internet di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Soedomo, bareng temen-temen saya yang galau juga :p
Akhirnya Cindy mengeluarkan BBnya dan dalam sekejap pun kita berfoto-foto ria bareng Kiki :D

Emak, saya, Cindy :)


























Sekalian perkenalan, ini di ruang internet mahasiswa di RSGM Prof. Soedomo lhoo :D



ini saya dan emak :)























Oke, saya merasa lengan saya agak terlalu gendut -__-"

saya dan emak. emak blur :( itu karena dia mau jatuh pas pose kayak gitu~



saya sayang emaaakkk :3



































Dan yang membuat saya menulis judul kontroversial di atas adalah pakaian yang saya kenakan :p
Saya jadi berasa anak SMA pake batik dan rok dan sneakers. 

anak SMA usia 19 tahun -___-v























Saya emang seneng banget pake batik! Sayangnya saya cuma punya dua batik yang layak pakai (BACA: untuk dipake kemana-mana, bukan batik buat tidur) warna hijau ini dan warna cokelat. 
Saya lagi kepengen banget beli batik pink... 
Apalagi di kampus saya tiap Jumat ada Batik Day :D yah biasa sih, tiap Jumat pake batik, tapi masa saya mau pake batik ijo ini terus setiap Jumat selama saya kuliah? o_o
Dan ngomong-ngomong soal kampus, saya jadi inget masa-masa waktu Merapi masih rawan, dimana kampus saya dihujani abu...

Taman Canina FKG UGM yang berselimut abu.












gedung itu RSGM Prof. Soedomo~ see the paving block over there? ABUAN.












ini taman di depan mushola cowok -____-" penuh abuuuu












saya zoom in dedaunan di taman -______-"



























 
 
untung Merapi udah tenang :') seneng banget liat kampus kalo ujan-ujan gini :') sejuk gimana gitu












kelompok 8 TKG II :) para calon dokter gigi muda. Amin YA ALLAH :')



















 










Yak, itu kelompok TKG II saya di kampus, waktu lagi packing resin di ruang internet :) Lagi-lagi ruang internet memberikan kenangan indah bagi saya :))
Dan seseorang dengan jas laboratorium putih dan masker mengalihkan dunia saya seketika :")
Sayang beliau sudah terikat, dan saya tak berharap apa-apa lagi lah :D

Terima kasih sudah baca sampai sini, dan maaf kalau judulnya tidak sesuai dengan isi postingannya. 
Saya memang cuma ingin posting -____-"

R.A. 
2 April 2011

Continue reading Back to High School