Praktikum di KG sebenernya banyak tantangannya.
Orto: nyetak, ngebentuk kawat sendiri, ngebentuk malam sendiri, dan begitu jadi resin akrilik, harus pas di model, atau di rongga mulut pasienmu. Ngebentuk kawat sampe berdarah gara-gara ketusuk ujung kawat klamer yang tajam, dan belum tentu di-acc sama dosen pembimbing.
kumpulan tang pembentuk kawat klamer |
hasil praktikum orto III |
Konser: bikin lubang di asli yang udah ditanam di model, gak boleh kedaleman, langkah-langkahpenumpatan harus bener. Praktikum perawatan saluran akar, harus bisa nyari pintu masuk saluran akar, harus bersih saluran akarnya, harus padet gutta percha-nya (itu bahan yang digunakan untuk mengisi saluran akar, bahan penganti pulpa gigi), harus bagus rontgennya.
alat praktikum konservasi KG yang kecil-kecil tapi mahalll |
properti praktikum prostodonsia |
Yang lumayan bikin capek itu sebenernya kamu harus bolak-balik minta acc sama dokter gigi alias dosenmu sendiri yang membimbing kamu praktikum.
Selain praktkikum yang lumayan bikin capek dan nangis, kita juga diharuskan mengerti kuliah-kuliahnya yang super sulit. Ada Biologi Mulut, Periodontologi Dasar, Bedah Mulut, dan mata kuliah lain. Rata-rata mata kuliah mewajibkan ada tugas kelompok - makalah dan presentasi. Hal ini disusun guna memenuhi kurikulum SCL yang diterapkan...
properti praktikum Biologi Mulut |
ngecek golongan darah, dan rhesus |
Semester enam nih, sebenernya praktikumnya agak lebih santai... eh tidak juga sih. Yang agak santai itu semester 4.
Yang menarik di semester ini adalah praktikum menganestesi temenmu sendiri. Saya benar-benar menyuntuk teman saya - dan disuntik sama dia juga. Takut! Banget! Tapi setelah selesai, rasanya lega. Dan sebenernya, gak bisa ngerasain apa-apa di rahang sebelah kanan waktu itu. habis disuntik, dan mati rasa di rahang kanan, saya mencoba makan, tapi sulit sekali untuk mengunyah dan mengecap. Rasanya nggak kayak makan. Mati rasa sekitar 2-3 jam, saya makan lagi akhirnya.
Di semester ini masih ada praktikum ortho, antar-teman lagi. Ada praktikum IKGA II juga, yang lumayan sulit.
praktikum IKGA II, ada model gigi (punya pasien asli), ada jangka sorong |
radiografi panoramik punya pasien KGA |
Terus ada praktikum Prostodonsia III, bikin gigi tiruan lengkap.
ini kalau dibuka |
tampak samping |
Oh iya, sejak dapet kuliah Ilmu Bedah, rasanya saya jadi mati rasa kalo liat video operasi yang berdarah-darah. Iya, slide Bedah Mulut dari tahun ke tahun lebih horor dari film horor. Foto-foto opreasi yang berceceran darah, pengeluaran nanah dari abses, bahkan sampe foto pemotongan rahang. Saya rasanya jadi biasa aja. Rasanya, lho... dan cuma kalo pas lagi kuliah doang...
Ada lagi, tutorial OM yang super sulit juga. OM berarti Oral medicine, kalau diterjemahkan bebas artinya penyakit mulut. Ada ratusan lesi - ribuan mungkin - yang kemungkinan terjadi di mulut, yang kamu harus hapalkan, dan kebanyakan bentuk klinisnya sama. belum lagi ngebedain lesi karena penyakit sistemik sama lesi karena penyakit gigi. Hweee.
Eh jangan salah, kami juga belajar Filsafat Ilmu. Kemudian metodologi penelitian, tentang desain penelitian yang berguna buat skripsi. Kemaren di pertengahan semester 6, kami diminta menyerahkan outline skripsi di bagian yang kami minati.
Kami juga diajari Manajemen Kesehatan. Isu-isu terkini di dunia kesehatan, juga tentang program SJSN alias Sistem Jaminan Sosial Nasional. Sistem kapitasi, sistem baru pembayaran tenaga kesehatan, yang masih banyak di luar sana dokter dan calon dokter yang belum mengerti.
Kemudian ada IBJP alias Instrumentasi dan Biopatologi jaringan Periodontal. Kami ngubek-ngubek rongga mulut temen sendiri dengan sonde, melakukan pemeriksaan klinis ekstra oral, dan melihat proses scaling di klinik Perio.
Pas semester ini, kalo saya ditanya tentang gigi dan gusi, saya sudah lebih percaya diri untuk menjawabnya. Tapi, ternyata makin kesini pertanyaan orang-orang tentang kondisi gigi dan mulutnya juga semakin berkembang...
Di akhir semester 6 kami KKN selama 2 bulan, untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat selama 6 semester ini. Saya juga dapet kesempatan untuk screening karies anak SD, program kerja sama dengan Puskesmas setempat. Akan tetapi, tetap saja saya merasa belum punya cukup ilmu untuk melakukan tindakan apapun pada anak-anak, apalagi orang dewasa.
Kemudian semester 7 dimulai - semester dimana anak-anak semester 7 sibuk skripsi.
Berhubung saya baru menjalani setengah semester di semester 7 ini, saya akan ceritakan hal-hal yang terjadi selama 2 bulan terakhir saja, ya.
Pertama kalinya membuat obat, di praktikum Farmasi KG. Lumayan seru. rasanya seperti berada di kelas Ramuan (minus Profesor Snape, ya). Menggerus obat. Mencampur. Membungkus puyer. Dan tidak lupa, menulis resep! Akhirnya saya tahu kode-kode yang biasa tertulis di resep dokter. Itu kode, bukan sekedar tulisan jelek, lho.
Masih ada mata kuliah Oral Medicine, II, pelajaran tentang diagnosis penyakit mulut. Di semester ini, konfliknya bertambah, nggak cuma diagnosis penyakit mulut, tapi juga kaitannya dengan penyakit sistemik, lalu treatment planning mana yang paling penting. Kemudian ada Gerodontologi, yaitu ilmu tentang lansia dan penyakit-penyakit oral serta sistemiknya.
Saya juga praktikum konservasi lagi. Kali ini saya membuat lubang di gigi teman saya sendiri, lalu merestorasinya. Cukup sulit dan melelahkan, tapi bisa jadi pelajaran yang sangat baik. Praktikum lain yang melibatkan pemeriksaan antar teman adalah PPJP - Penatalaksanaan Penyakit Jaringan Periodontal. Kami smelakukan pewarnaan gigi dengan disclosing solution untuk mengecek plak.
Satu lagi yang menarik dan penting untuk dibahas adalah mata kuliah Etika/Hukum KG. Bahwa sebagai dokter gigi harus menaati kode etik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bahwa dokter gigi adalah profesi yang mempunyai value tinggi, punya tugas mulia, dan punya identitas. Bahwa kepercayaan adalah kunci paling penting hubngan dokter dan pasien.
Nah, semester ini, saya sudah lumayan tahu hal-hal mendasar (udah agak khusus juga, sih...) sehingga bisa lebih percaya diri menjawab pertanyaan gigi dan gusi, meski belum yakin dengan diagnosisnya sebelum saya benar-benar mencari di buku aatau internet tentang penyakit tertentu.
(yang saya sebutkan di atas, belum semua, lho, sebenarnya. hahaha)
Kira-kira hal-hal seperti itu yang kami pelajari selama kurang lebih 7-8 semester di Kedokteran Gigi, bagaimana? Sekarang tidak bisa bilang "cuma ngurusin 32 gigi doang 8 semester", kan?
Waktu pembekalan KKN, ada salah satu pemateri yang bilang gini, "tuh, FKG, 8 semester ngurusin 32 gigi doang." And I was like, you don't know anything about us, dan berani komentar begitu? Lebih sebelnya lagi, waktu itu seruangan ketawa mendengar beliau.
Because I spent the last 7 semesters with tears, sweat, and money, just to learn 32 teeth seperti yang Anda bilang. But unfortunately, this is not just 32-teeth we're talking about. Kami ngublek-ngublek 32 gigi, tapi satu gigi satu nyawa. If you want to know.
That's it. That's all I need to learn in dentistry. To be a dentist.
Sama, ternyata, susah lho, dan mahal, sekolah di KG biar jadi dokter gigi.
Saya cuma mau ngomong itu aja kok.
Silakan masuk FKG, kuliah dulu 8 semester, co-ass dulu 1,5 tahun, baru komentar.
Makasih.
0 komentar:
Posting Komentar