Tampilkan postingan dengan label hujan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hujan. Tampilkan semua postingan

Jumat, 21 Desember 2012

, , ,

Awan Mendung

Mendungnya gelap. Selalu gelap.
Merata di setiap langit yang bisa aku lihat.

Gelap, dingin, tapi tidak basah.
Berangin, sedikit menyejukkan. Sedikit!
Dan merinding.

Melihatnya bahagia, tapi tidak bersama saya.
Merinding.

Sakitnya mengawang-awang.

Pengen menangis, pengen memisahkan.
Tapi kenal bahkan tidak.
Jadi merasa tidak berhak.

Suka bertanya-tanya sendiri:
"Masih bolehkah menyimpan rasa ini?"
Kalau setiap hari cuma memunculkan mendung dan hujan yang tidak berhenti.
Sampai-sampai tidak ada waktu lagi untuk pelangi.

Tidak pernah sempat karena hujan turun setiap hari.
Continue reading Awan Mendung

Rabu, 02 November 2011

, , , , , ,

Something Stupid That Comes Out from My Mind

Annyeong,
 
So here's I got some things to think about...
I was think about enjoying me-time.
I'm so not into fashion so I'll talk about books.

Ew, yeah, I read, like, everything.
Semua yang menarik perhatian saya, tentu saja.
I love, to see some nice dress, nice blouse, nice shoes, but I don't think they will fit me well as seen as on the photographs
(when you browse some online shops) or on those mannequins in stores, so I'll just, like, yeah, whatever.
Maaf saya meracau.

Anyway,
I LLOOOVVEE BOOKS so much.
Novels. Comics. Poems. Whatever.
I need some me-time, going to the bookstore, or library, or some nice cafe where I can spend my extra money AND extra TIME...
But I know it's not gonna happen these days.
I'm like, I really love bookstores, those smell of new books... wow.
I really, really, really can't stand it!

Sometimes I really want to go travelling through this lovely city, alone... but the problem is...
I don't like travelling alone.
I already have some places-to-go IF ONLY I brave enough to go ALONE...
My lists are: BOOKSTORES, cafe to eat pancakes and drink latte, errr... Malioboro, perhaps... and also Keraton, some nice places to take pictures...
IF ONLY I have a camera.
Pasti asik mengelilingi kota Jogja dan berkunjung ke tempat-tempat yang bagus.

Yah, itu hanya semacam... apa ya... harapan? Impian? Mimpi? Hahaha.
Yang jelas, saya bukan tipe orang yang bisa berkeliling sendirian, naik bus atau apa, jalan kaki, bukannya saya manja atau apa, tapi
saya bengek, saudara-saudara. Saya cepat sekali sesak napas. Naik tangga tiga lantai saja saya langsung ngos-ngosan.
Gimana saya bisa bertahan menghabiskan seharian di luar, berkeliling kota?
Saya prefer pergi ke toko buku, membeli beberapa buku, kemudian pergi ke toko kaset, hanya untuk cuci mata, kemudian pergi ke cafe yang ada hotspotnya,
membeli cake atau cappuccino, atau latte, atau ke restoran Korea, mencicipi kimbab, atau ke angkringan, makan sebentar, lalu singgah ke perpustakaan,
tentu saja yang ada hotspotnya (lagi!), duduk, membaca buku, yeah this is what 'refreshing' means to me!

* * *

I was just thinking about them...
It's like, I wondered, if only they read my tweets, and they think about me...
Do they even care?
Dan waktu pikiran saya melayang, ke beberapa bulan lalu...
I wish I brave enough to say... "HE IS NOT VISITING ME AND YOU KNOW THAT!"
Not to say, but to scream. -.-
I was really really angry these days. This month.
Sorry. I was just...

Sini aku kasih tau.

When I was home, I mean, in MY HOUSE...
There was a problem...
About continuing my study HERE or not.
But then I decided to stay.
Why?
I stay because of them.
I stay because of him.
HE IS ONE OF THE REASON WHY I'M STILL HERE.
But now?
Someone took my reason away.
Someone I loved.
Ironic.

So now I have no reason.
Technically.

Honestly. I thought about him at that time.

Tapi sekarang, ini semua nggak berarti lagi.
It doesn't mean ANYTHING!

I HAVE TO CREATE MY OWN REASON.

Yeah.
That's what I'm supposed to do.

I'm sorry, if, someone out there, read this, and think, 'oh, is this story about me?' I'm really, really sorry...
I just don't know what to do.
I don't even know myself.
I mean, who AM I?
I lost myself.

Teman saya bilang saya nggak seceria dulu lagi, but who to blame?
No one but myself.
Saya yang membuat diri saya seperti ini.
Jadi, buat seseorang, atau orang-orang, di luar sana, tenanglah, saya tidak menggalaukan anda, kalian, kamu, atau mereka.
Saya menggalaukan diri saya sendiri, saya memarahi diri saya sendiri, saya menyalahkan diri saya sendiri.
And this has nothing to do with you... guys.

I just need time.
Just it.
Oh, do you even STILL CARE ABOUT IT?

Okay I'm so sorry for acting like this.
Really sorry.

Because this is about my heart. About my feelings.
So... what to do?

* * *

Well anyway, I got a great afternoon today, emm...
Okay I tweeted with my ex, so, what's so great about that?
Nothing but...
Ini seperti... kembali ke masa lalu.
Saya tidak bisa memungkiri, bahwa, saya senang, senang sekali bisa kembali kontak dengannya, bisa bicara seperti biasa.

Modern Minds and Pastimes.
I don't know, it's just come out from my mind.

Yeah, well, I'm happy :)

* * *

I stalked someone's profile this afternoon and found out that...
Oh GOD, why is HE soooo daammnn handsome after I left him? or... should I say... after he left me?
I just... felt... regretful -_____-"
Wajar. Cewek.
Hahahahaha.

Tapi seriusan loh, DIA, makin ganteng aja ><
I won't mention some names here, ever, hahahahahahaha!
Emang ya, yang namanya MANTAN, setelah putus hubungan, pasti jadi lebih menarik.
MANTAN APAPUN LOH.
Mantan pacar, mantan HTS-an, mantan sahabat...
Whatever.
Oh dan hari ini saya ketemu - ngeliat - si dongsaeng ganteng lewat. Yah, cuma lewat *nangis* bukan ketemu dan melihat matanya seperti biasa #halah 
Ya, saya akhir-akhir ini jaraaaanng banget ketemu sama beliau, yeah, BELIAU.


Anyway, hari ini hujan cukup lama dan cukup deras.
I LOVE IT!

I think... that's all that I can say tonight.
Have some slides to read (and learn).
Tomorrow will be a mid-term exam...
Dan UTS ini Ilmu THT :o
Dan bahannya banyak banget.


Gotta go, maybe make a cup of coffee, and make a chocolate-cheese sandwich for a midnight-snack-while-studying... kinda pathetic, you know, but, well... what else can I do? :)

So... see ya! :)

R.A.
Jogja, 2 November 2011
Continue reading Something Stupid That Comes Out from My Mind

Senin, 24 Oktober 2011

, , , ,

22:22

Halo.

Disini masih Antik.

Disini habis hujan. Kayaknya sih. Soalnya mood saya agak rusak. Jadi bingung, sebenarnya saya suka hujan atau benci hujan?

Jadi tadi siang review praktikum Patologi Anatomi untuk mid-responsi. Ada latihan soal semacam... yah, kita diberi beberapa kasus dan kemudian ditunjukkan gambar preparatnya.

Dan... bagaimana kalau kita tidak membicarakan itu?

Tujuan saya menulis juga bukan membicarakan review tadi siang.
Juga bukan untuk membicarakan praktikum Anatomi II yang akan saya jalani besok siang.

Apa ya? Saya hanya sedang ingin menulis.
Menulis tanpa ada alasan.
Boleh, kan?

Meskipun pada akhirnya ternyata tulisan ini tidak berarti apa-apa, hanya sekedar curahan pikiran saya. Yang sebenarnya saya juga tidak sedang memikirkan apa-apa – bukan, bukan karena saya cuek, bukan, tetapi karena lelah memikirkan semuanya. Lebih baik tidak memikirkannya.

Oke barusan saya tidak berpikir ketika menulis itu.
Orang bilang draft pertama sebuah tulisan adalah draft paling kasar yang harus di-edit ulang.
Siapa ya yang mengatakannya. Saya lupa. Pokoknya semacam itu.

Dan... saya pun agak mengantuk.
Yah, dan tentang hari ini... nothing. Nothing special. As usual. Monoton.

R.A.
Jogja, 24 Oktober 2011

P.S.
Saya salah mengidentifikasi gigi, ternyata gigi yang saya punya adalah premolar kedua rahang bawah kanan.
Dan itu mengurangi nilai identifikasi gigi saya.
Tidak apa-apa. SEMANGAT!

P.S.S.
Jangan tanya kenapa saya menulis judul yang tidak sesuai dengan isi tulisan saya.
Continue reading 22:22
, , ,

Me vs. Heart

Hallo.

Disini Antik.

Apa kabar?

Saya sedang mengadakan pembicaraan dengan suara hati.
Suara hati bilang saya besok ada review praktikum Patologi Anatomi. Dia juga bertanya apakah saya sudah belajar atau belum.
Saya mengabaikannya.

Suara hati juga bilang saya besok ada identifikasi premolar untuk praktikum Anatomi Gigi. Dia bertanya apa saya sudah bisa mengidentifikasi premolar yang saya punya.
Saya bilang saya sudah tahu, ini premolar kiri bawah.

Suara hati bertanya bagaimana saya bisa yakin.
Saya bilang, karena gigi ini punya kronenflucht. Gigi ini juga punya sulcus yang jelas di radix bagian mesialnya.

Suara hati bilang saya besok kemungkinan ada diskusi dengan dosen untuk praktikum Biomaterial II yang dilakukan dengan kelompok saya. Dia bertanya apa mental saya cukup untuk menghadapi dosen besok.
Saya bilang, cukuplah. Saya sudah terbiasa. Saya juga sudah dapat email dari ketua kelompok yang berisi laporan praktikum kemarin.

Suara hati bilang hari Selasa besok saya ada praktikum Anatomi II Bab Cavum Oris Cadaver. Dia bertanya apa gunanya belajar Cavum Oris Cadaver.
Saya bilang, banyak.

Intinya saya belum belajar cukup banyak.

Tapi kalau dipikir-pikir, saya sudah cukup belajar banyak kok.
Misalnya, tentang belajar bersyukur. Dan belajar menghadapi kenyataan.

Maksud saya, halo, saya masih harus menjalani kuliah selama kurang lebih 3-4 tahun lagi disini, di FKG, di Jogja, dan tak ada alasan untuk menoleh ke belakang dan menolak menjalani hidup yang sekarang. 

Apa yang sudah terjadi tidak bisa dikembalikan seperti dulu.
Termasuk tentang hati.

Saya pernah bilang kan sesuatu yang patah bisa diperbaiki, tapi tidak sesempurna ia sebelum patah. Apalagi setelah patah berkali-kali. Okelah kamu memperbaiki patahnya, tapi bagaimanapun akan ada bekasnya.

Yeah whatever.
I’m kinda bored of this thing, you know.
On and on.
Always end up like this.
It’s like a million times.
......

I keep replaying Lee Sun Hee’s song Fox Rain.
Seperti ada magnetnya.
Benar lho, saya tidak bohong. Coba saja kamu dengarkan.
Maksud saya, coba saja kamu tonton dramanya. One of my favorite!

Mmm, barusan hati saya berdarah lagi. Errmm maksudnya bibir! Saya merobek lapisan eleidin saya.
Yah, sudahlah.

R.A.
Jogja, 23 Oktober 2011

P.S.
Disini baru saja hujan. 
Mungkin itu yang membuat saya agak mellow. 
Continue reading Me vs. Heart

Sabtu, 22 Oktober 2011

, , ,

Sketch

Found these from Andrea Joseph's blog



















this is my favorite - she had the word 'rain' on it


SHE'S AWESOME. 
My friend Tita tell me about her and I Googled her. 
And that's the story I can found her blog and her awesome sketches. 
Even though I know nothing about sketches.... BUT YOU HAVE TO SEE HER CREATION. 
Such a beautiful art! :)

R.A.
Jogja, 22 Oct 2011
Continue reading Sketch

Senin, 25 April 2011

, , ,

Dan Hujan Turun Lagi

Lagi, dan lagi. 
Hari ini, tepat jam 17:00, dan aku masih mendengarkan tetesan hujan yang jatuh di atap.


Tetapi siapa yang peduli.  


Kadang, aku ingin sekali punya orang yang benar-benar mengerti aku. 

Meskipun sahabatku pernah berkata, 'zaman sekarang yang namanya kontak batin itu jarang, malah nggak ada'. 
Jadi kita harus bicara, biar orang ngerti perasaan kita. 
Hanya saja, aku tak pernah diajari bagaimana harus jujur dan menolak sesuatu yang kita suka tanpa menyakiti perasaan orang lain. Paling tidak cukup untuk menyadarkan dia bahwa kita tak suka akan suatu hal, dan akan berpikir dua kali jika ingin melibatkan kita.


Entahlah, malam kemarin aku benar-benar sakit, mentalku sakit, hatiku sakit, dan aku menangis semalaman. 


Rasanya ingin kupeluk sahabat-sahabatku. 


Dear friends, I need you these days. Truly. This life is getting worse and worse, at least for me. 


Satu lagi, aku nggak mau menyayangi orang yang salah untuk ke sekian kalinya.
Continue reading Dan Hujan Turun Lagi

Jumat, 28 Januari 2011

, ,

Black Dress and Red Rose - The Symphony of Death

Gaun hitam itu membungkus tubuhnya, indah. Kontras dengan wajahnya yang pucat tak berwarna. Matanya sembab, dan dirinya terlihat lelah. Digenggamnya setangkai bunga mawar merah, merekah. Tetapi ironis.


Gadis yang baru saja kehilangan seseorang yang sangat berharga baginya. Seseorang yang nyaris saja menjadi kekasihnya. Seseorang yang sudah berjanji untuk selalu menjaganya. Seseorang yang selama ini menemani dalam setiap kesendiriannya.


Sedetik, gadis itu pun berpikir. Untuk menyusul dirinya yang telah pergi. Agar bisa bersama, membagi cinta, di akhirat nanti.


Sebab hidup di dunia pun sudah tidak berarti lagi.


Apalah artinya hidup kalau bahkan mentari enggan bersinar untukmu. Pelangi enggan muncul untukmu. Seluruh dunia berbohong padamu. Seluruh dunia meninggalkanmu.


Dan satu-satunya orang yang pernah, dan mau, memberikan harapan untukmu, telah diambil darimu selamanya.


Dan meninggalkanmu sendirian di dunia.


Hidup memang kadang tidak adil.


Gadis itu menatap kosong ke arah peti mati. Memandang, tanpa melihat. Memandang, tetapi membayangkan wajahnya di benaknya. Memandang, dengan mata yang kering. Seakan air matanya sudah terkuras habis. Ada lingkaran hitam di sekitar matanya. Menambah efek dramatis - meski tanpa dibuat-buat - dalam keseluruhan penampilannya.


Ia mendapat kehormatan menjadi orang pertama yang meletakkan bunga. Diletakkannya mawar merah itu di depan foto orang yang dicintainya setengah mati. Sesaat gadis itu mengira dirinya akan pingsan ketika melihat wajahnya lagi, meski hanya dalam foto, tetapi ternyata dia bisa menahannya.


Kemudian ia mundur perlahan. Pelan. Meniti langkah ke belakang sembari tetap memandang wajah orang terkasihnya. Tak ingin melepaskannya meski hanya sedetik saja. Matanya berair karena ia menolak berkedip - dia juga salah karena mengira air matanya sudah habis, ternyata tidak. Setitik air jatuh di pipinya. Bukan dirinya yang menangis. Tetapi langit yang menangis.


Sungguh sebuah ironi. Bahkan langit pun menangis untuk orang yang dicintainya - atau menangis untuknya? Ia tak bisa menafsirkan mana yang sesungguhnya sedang terjadi. Entah dirinya tak pernah terlalu berharga untuk dikasihani, atau alam terlalu lelah untuk menangisinya, ia tak tahu.


Tetapi kemudian seseorang berteriak.


"Lihat! Bahkan langit menangisi kepergiannya."


Kemudian dia menangis.


Seketika gadis itu sadar. Atas tangisan langit yang mendadak lebat. Makna hujan yang tiba-tiba itu. Itu menjelaskan segalanya - orang yang dicintainya, juga dicintai oleh semua orang. Bahkan alam.


Ia berharap bisa menghilang saat itu juga dan berada di tempat yang sama dengan orang tercintanya. Ia menghindari tatapan semua orang, bersembunyi di antara barisan orang-orang berbaju hitam. Menyamarkan dirinya. Dan bahkan tak berniat sedikitpun melindungi dirinya dari hujan yang semakin lebat, sementara puluhan orang di sekitarnya mulai membuka payung mereka.


Dan ia membiarkan dirinya terhanyut semakin dalam, mengikuti irama prosesi pemakaman itu. Mendengarkan dirinya membisu, membiarkan tenggorokannya rileks sejenak setelah tangisannya yang berlarut-larut selama dua hari. Dia tak yakin apakah dia masih bisa bersuara atau tidak. Membiarkan orang-orang pengganggu itu menyingkir dari sisinya. Membiarkan dirinya berdua dengan calon kekasihnya yang ada di dalam tanah. Membiarkan hujan membasahinya, gaun hitamnya, dan mawar merahnya.


Gadis itu berlutut. Dielusnya nisan calon kekasihnya.


"Sayang, biarkan aku menemanimu di dalam sana."


Gadis itu tersenyum dengan berat. Masih dielus-elusnya nisan calon kekasihnya.


"Sayang, kau bisa mendengarku? Jawablah jika kau mendengar."


Tidak ada jawaban. Gadis itu tersenyum lagi.


"Sayang, aku mencintaimu."


Sunyi senyap. Gadis itu sudah tidak tersenyum.


"Sayang, aku mencintaimu."


Suara gadis itu bergetar.


"Sayang, ayo pulang."


Hati gadis itu mencelos. Suara yang sama dengan yang didengarnya di rumah sakit sebelum ia melihat sendiri garis lurus pada alat aneh yang terpasang di tubuh calon kekasihnya. Dipalingkannya wajahnya ke arah suara itu.


Seseorang dengan wajah yang benar-benar mirip dengan orang itu.


"Kau tidak mau pulang?"


Gadis itu tidak menjawab.


"Kau tidak ingin pulang?"


"Aku tidak punya tempat untuk pulang."


"Kau bisa pulang ke tempatku."


"Aku bahkan tidak bisa mengingat siapa kau."


"Kau memang tidak mengenalku secara dalam."


"Kau mirip dengannya."


"Aku memang mirip dengannya."


"Kau bukan dirinya."


"Aku memang bukan dirinya."


Gadis itu memalingkan mukanya, kembali menatap batu nisan.


"Tinggalkan aku sendiri."


"Tidak bisa. Aku sudah berjanji padanya."


"Pada siapa? Tuhan? Alam? Dewa? Yang sedang marah padaku?"


"Padanya. Pada calon kekasihmu."


Gadis itu terdiam. Membisu. Mengutak-atik memorinya.


Kemudian ia ingat. Siapa orang ini sebenarnya.


"Mungkinkah... kau...?"


"Syukurlah kau masih bisa ingat."


Laki-laki berkemeja putih itu tersenyum, membantu gadis bergaun hitam itu berdiri, kemudian memeluknya di tengah hujan yang agak reda.


Kali itu, pelangi muncul malu-malu di balik awan.


* * *




Yogyakarta, 10 Januari 2011
R.A.
Continue reading Black Dress and Red Rose - The Symphony of Death
, , ,

Rain's Symphony

Oh, Sayang. Belum cukupkah aku meneteskan gerimis di pangkuanmu. Di bahumu. Di dadamu. Dan saat kau rengkuh aku, kau hanya berkata ‘semua akan baik-baik saja’.


Oh, Sayang. Tak sadarkah aku mengharapkan belaianmu. Tak pedulikah kau pada inginku mendapat pelukanmu. Dan saat kau menatapku, aku ingin kau berkata, ‘karena aku akan selalu ada di sampingmu’.


Haruskah aku meneteskan hujan air mata agar membasahi dunia? Agar dunia tahu bahwa perjalanan ini terlalu berat untuk kutempuh sendiri?


Mestikah aku meneriakkan derita pada dunia? Agar dunia tahu bahwa kau telah meninggalkanku sendirian?


Dan apa kau masih bisa mengingat janjimu beberapa menit yang lalu?


Ini, jika kau melupakannya, ini, dengan senang hati kuulang, karena dia memang selalu kuulang berkali-kali dalam memoriku.


‘biarpun seluruh dunia meninggalkanmu, biarpun dunia berbohong padamu, biarpun langit menangis untukmu, biarpun pelangi tak pernah bersinar untukmu, biarpun malam selalu datang untukmu, ingatlah, bahwa kau selalu punya satu bintang. Bintang yang memberi harapan. Ingatlah, bahwa bintang itu adalah aku.’


Dan kata-kata itu berpendar-pendar muram sekarang. Dan sinar bintang itu redup sekarang. Dan harapan itu hilang sekarang.


Bahkan belum lima menit berlalu. Tetapi janjimu telah menguap. Seseorang tak bisa menepati janji suci itu lagi. Dan aku tak bisa menyalahkan siapapun.


Sama sekali tak bisa mengeluh bahwa malaikat telah merenggut sesuatu yang berharga bagimu. Bagiku.


Yang membuatmu hidup. Bernafas. Bicara padaku. 


Oh, Sayang, seandainya kau tahu begitu banyak waktu yang kubuang hanya untuk memikirkanmu. Membayangkanmu. 


Oh, Sayang, semestinya kau tahu bahwa aku tak pernah menyesali semua waktu yang kuhabiskan bersamamu. Menjagamu.


Oh, Sayang, seharusnya kau tahu mengapa aku rela menghabiskan malam-malam panjang berada disampingmu. Memandangmu.


Kita memang tidak sempat membagi kasih sayang, yeah. Dan kepedihan atas cintaku yang terlalu dalam itu sudah datang. Datang dan membabi buta.


Dan tak ada yang benar-benar bisa aku lakukan, Sayang.


* * *


Ketika Yang Kuasa memisahkan dua manusia yang nyaris terikat oleh tali tak kasat mata, seolah mengiringi kepergian satu manusia dan menemani tangis satu manusia, Dia menurunkan tetes-tetes air berharga.


Nyanyian itu masih terdengar. Menetes. Dan terus menetes. Deras. Meski tak ada yang mendengarkan. Karena semua terlalu sibuk dengan dirinya sendiri.


Nyanyian yang lebih keras juga masih terdengar. Menetes. Dan tetap menetes. Lebat. Tetapi semua mendengarkan. Karena semua terlalu sibuk terpesona.






Yogyakarta, 8 Januari 2011
R.A.
Continue reading Rain's Symphony

Senin, 06 Desember 2010

, ,

Come Back to Me - Utada Hikaru



The rain falls on my windows
and a coldness runs through my soul
and the rain falls, and the rain falls,
I don't want to be alone

I wish that I could photoshop all our bad memories
cause the flashback, oh the flashback, won't leave me alone 
Let me make up for what happened in the past

Don't know why I did it
But I do regret it
Nothing I can do or say can change the past

Baby, come back to me
I'll be everything you need
Boy, you're one in a million
Continue reading Come Back to Me - Utada Hikaru

Minggu, 05 Desember 2010

, , , ,

Love and Rain















Aku punya kenangan.

Kenangan tentang hujan, cinta, dan persahabatan.
Oh, dan tentang kejutan itu. 

Bukan kenangan yang indah, sebenarnya. 
Tetapi kenangan yang sulit untuk dilupakan.

Karena, ini tentang cinta. Cinta dirinya, cintaku, dan cintanya pada orang lain. 

That's why I hate rain. At first. 


R.A.
5 Desember 2010
18:15
*kebetulan hujan
Continue reading Love and Rain
,

Nyanyian Hujan - Kahlil Gibran

Aku ini percikan benang-benang perak yang dihamburkan dari syurga oleh dewa-dewa.
Alam raya kemudian meraupku, bagi menyirami ladang dan lembahnya.

Aku ini taburan mutiara, yang dipetik dari mahkota Raja Ishtar, oleh puteri Fajar,
untuk menghiasi taman-taman mayapada.

Pabila kuurai air mata, bukit-bukit tertawa;
Pabila aku meniup rendah, bunga-bunga gembira,
Dan bila aku menunduk, segalanya cerah-ceria.

Ladang dan awan mega berkasih-mesra,
Di antara mereka aku pembawa amanat setia,
Yang satu kulepas dari dahaga,
Yang lain kuubati dari luka.

Suara guruh mengkhabarkan kedatanganku
Pelangi di langit menghantar pemergianku,
Bagai kehidupan duniawi, diriku,
Dimulakan pada kaki kekuatan alam,
Dan diakhiri di bawah sayap kematian.

Aku muncul dari dalam jantung samudera,
Melayang tinggi bersama pawana,
Pabila kulihat ladang memerlukanku,
Aku turun, kubelai mesra bunga-bunga dan pepohonan
Dalam berjuta cara.

Jemariku lembut bermain pada jendela-jendela kaca
Dan berita yang kubawa membawa bahagia,
Semua orang dapat mendengarnya, namun hanya yang peka,
Dapat memahami maknanya.

Panas udara melahirkan aku,
Namun sebagai balasannya aku membunuhnya,
Laksana wanita yang mengungguli jejaka,
Dengan kekuatan yang dihisap daripadanya.

Diriku helaan nafas samudera
Gelak tertawa padang ladang,
Dan cucuran air mata dari syurga.

Maka, disertai cinta kasih -
dihela dari kedalaman laut kasih-sayang;
tertawa ria dari rona padang jiwa,
air mata dari kenangan syurga abadi. 
 
P.S. 
Iseng-iseng googling, saya dapet puisi ini. :) 
Saya selalu cinta Kahlil Gibran, eh maksud saya karya-karyanya, hahaha :D

R.A.
5 Desember 2010
17:46
Continue reading Nyanyian Hujan - Kahlil Gibran