Tampilkan postingan dengan label letters. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label letters. Tampilkan semua postingan

Selasa, 12 Juli 2011

,

Lagu Perpisahan

Terima kasih :)
Untuk semua kenangan indah
Untuk semua lelucon konyol
Untuk semua canda tawa

Terima kasih :)
Karena kau bawakanku cerita bahagia
Yang bisa membuatku tertawa gembira

Terima kasih :')
Sebab kau telah buatku menangis
Atas alasan yang tak jelas

Kenapa aku harus menangis?
Kau bukanlah siapa-siapa bagiku
Aku bukanlah siapa-siapa bagimu

Mungkin aku menangis karena kau mencintai orang lain
Mungkin aku menangis karena kau pergi untuk orang lain

Mungkin

Aku menangis

Karena aku sangat mencintaimu.


Bojonegoro, 5 September 2010
Continue reading Lagu Perpisahan
,

Sonata Maaf

Maaf, bukannya aku tidak menyayangimu.
Maaf, bukannya aku tidak mencintaimu.


Tapi,
Maaf, aku mencintai orang lain.
Maaf, aku menyayangi orang lain.


Yang, maaf, bukanlah dirimu.


Aku menyayangimu.
Karena kau temanku.


Aku mencintaimu.
Karena kau sahabatku.


Aku senang karena kau adalah temanku.
Aku bahagia karena kau adalah sahabatku.


Tapi maaf, kita tidak bisa lebih dari itu.
Aku tidak bisa lebih dari itu.
Karena perasaanku juga tidak lebih dari itu.
Tidak bisa lebih dari itu.


Setidaknya untuk saat ini.


Karena perasaan bisa berubah dalam kurun waktu tertentu.


Kau percaya itu, kan? :')




Bojonegoro, 8 September 2010
Continue reading Sonata Maaf
, ,

Surat Cinta

Sayang,
Aku ingin terus memandangmu.
Melihatmu dari sudut mataku.
Memelukmu.
Mendekapmu.
Tak ingin melepaskanmu.

Sayang,
Aku ingin menatap matamu.
Dan melihatmu membalas tatapanku.
Aku ingin memelukmu.
Dan merasakan kau membalas pelukanku.

Sayang,
Aku ingin selamanya mendengar desah nafasmu.
Membelai lembut rambutmu.
Membisikkan sesuatu di telingamu.

Sayang,
Aku mencintai segala hal tentangmu.
Matamu, yang teduh menyejukkan.
Senyummu, yang manis menghanyutkan.
Suaramu, yang dalam menenangkan.

Sayang,
Izinkan aku berkata jujur.
Aku cinta padamu.

Bojonegoro, 10 September 2010
Continue reading Surat Cinta

Sabtu, 11 Juni 2011

, , ,

#dearCRUSH, I wish...

#dearCRUSH,
sometimes I wish you broke up with your girlfriend.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I could hug you in front of people.

#dearCRUSH,
sometimes I wish you could read my mind so I'm not afraid to say it loudly. 

#dearCRUSH,
sometimes I wish I could bring you home.

#dearCRUSH,
sometimes I wish you could sit with me in my sofa.

#dearCRUSH,
sometimes I wish you could sleep with me in my bed.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I could tell you that I want you to be here with me.

#dearCRUSH,
sometimes I wish if one day you wake up you find that you're missing me.

#dearCRUSH,
sometimes I wish you would hold my hands and said 'don't go' when I said I wanna go.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I'm brave enough to kiss you when you passed in front of me.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I'm brave enough to tell you that your gf is suck.

#dearCRUSH,
sometimes I wish when I say 'I want you' you would say the same.

#dearCRUSH, 
sometimes I wish you would think about me as hard as I think about you.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I'm brave enough to call you and shouted 'You're gorgeous.'

#dearCRUSH,
sometimes I wish I'm brave enough to sent a love letter to you.

#dearCRUSH,
sometimes I wish you know that I miss you when you're far away.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I'm strong enough to see you and her talking happily.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I could tell you what comes in my mind when someone shouted your name.

#dearCRUSH,
sometimes I wish you would sing some romantic songs for me.

#dearCRUSH,
sometimes when you come through me I feel my heart stops beating.

#dearCRUSH, 
sometimes when I see you and her together I really want to cry.

#dearCRUSH,
sometimes I wish when I cry you will come and say 'this is my shoulder to cry on'

#dearCRUSH,
sometimes I wish I could waking up next to you every morning.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I could have you for the whole life of mine.

#dearCRUSH,
sometimes I wish when I'm down I could have you to help me up.

#dearCRUSH,
sometimes I wish you could get your guitar and sing 'Shadow of The Day' for me.

#dearCRUSH,
sometimes I wish when I come back home I could see your face smiling happily.

#dearCRUSH,
sometimes I wish you could call me 'Honey' everytime you want it.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I'm brave enough to even just smile at you.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I'm brave enough to tweet your name on twitter.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I'm brave enough to mention your twitter account.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I'm brave enough to tag you on my status update on Facebook.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I'm brave enough to update my status on FB with 'Love you @_____'

#dearCRUSH,
sometimes I wish I'm brave enough to tell your gf that I'm her enemy.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I'm brave enough to write 'can't stop thinking about you' on your FB wall.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I'm brave enough to mentioning your Twitter account, followed by 'loving you as always'

#dearCRUSH,
sometimes I wish there was an earthquake in our campus and you take my hand and say 'I'm with you.'

#dearCRUSH,
sometimes I wish you could sing 'Take My Hand' for me.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I could see deep through your eyes, and see you looking back at me.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I could see your gorgeous smile, and see you smiling back at me.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I could hug you tightly, and feel you hug me back.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I could kiss you smoothly, and feel you kiss me gently.

#dearCRUSH,
sometimes I wish I could smell your perfume every single day.

#dearCRUSH,


....


I LOVE YOU! :*
Continue reading #dearCRUSH, I wish...

Rabu, 08 Juni 2011

, , ,

Uncomplete

Sayang, aku tahu aku tak berhak mendapatkan cintamu.
Tapi setidaknya izinkanlah aku sedikit menyayangimu.


Sayang, aku tahu aku tak berhak menyuruhmu putus dengan kekasihmu.
Tapi setidaknya izinkanlah aku sedikit berharap begitu.


Sayang, tahukah kau aku begitu mencintaimu.
Sayang, tahukah kau aku begitu ingin memilikimu.
Sayang, tahukah kau aku begitu ingin memelukmu. 

Aku ingin memandang wajahmu sesaat, bahkan dari kejauhan.
Aku ingin melihat senyummu sesaat, yang memikat dari dekat.
Aku ingin menyelam kedalam lautan tak berbatas di dalam matamu.


Sayang, tahukah kau setiap kau lewat, aku harus menahan keinginan untuk memelukmu?
Bahkan untuk memanggilmu!


Sayang, tahukah kau setiap kau lewat, aku justru teringat kekasihmu?
Kekasih yang mencintaimu!


Sayang, tahukah kau? Aku lelah mencintai orang yang mencintai orang lain!
Sayang, tahukah kau? Aku bahkan tak bisa memanggilmu 'sayang'...
Continue reading Uncomplete

Jumat, 28 Januari 2011

, , ,

Rain's Symphony

Oh, Sayang. Belum cukupkah aku meneteskan gerimis di pangkuanmu. Di bahumu. Di dadamu. Dan saat kau rengkuh aku, kau hanya berkata ‘semua akan baik-baik saja’.


Oh, Sayang. Tak sadarkah aku mengharapkan belaianmu. Tak pedulikah kau pada inginku mendapat pelukanmu. Dan saat kau menatapku, aku ingin kau berkata, ‘karena aku akan selalu ada di sampingmu’.


Haruskah aku meneteskan hujan air mata agar membasahi dunia? Agar dunia tahu bahwa perjalanan ini terlalu berat untuk kutempuh sendiri?


Mestikah aku meneriakkan derita pada dunia? Agar dunia tahu bahwa kau telah meninggalkanku sendirian?


Dan apa kau masih bisa mengingat janjimu beberapa menit yang lalu?


Ini, jika kau melupakannya, ini, dengan senang hati kuulang, karena dia memang selalu kuulang berkali-kali dalam memoriku.


‘biarpun seluruh dunia meninggalkanmu, biarpun dunia berbohong padamu, biarpun langit menangis untukmu, biarpun pelangi tak pernah bersinar untukmu, biarpun malam selalu datang untukmu, ingatlah, bahwa kau selalu punya satu bintang. Bintang yang memberi harapan. Ingatlah, bahwa bintang itu adalah aku.’


Dan kata-kata itu berpendar-pendar muram sekarang. Dan sinar bintang itu redup sekarang. Dan harapan itu hilang sekarang.


Bahkan belum lima menit berlalu. Tetapi janjimu telah menguap. Seseorang tak bisa menepati janji suci itu lagi. Dan aku tak bisa menyalahkan siapapun.


Sama sekali tak bisa mengeluh bahwa malaikat telah merenggut sesuatu yang berharga bagimu. Bagiku.


Yang membuatmu hidup. Bernafas. Bicara padaku. 


Oh, Sayang, seandainya kau tahu begitu banyak waktu yang kubuang hanya untuk memikirkanmu. Membayangkanmu. 


Oh, Sayang, semestinya kau tahu bahwa aku tak pernah menyesali semua waktu yang kuhabiskan bersamamu. Menjagamu.


Oh, Sayang, seharusnya kau tahu mengapa aku rela menghabiskan malam-malam panjang berada disampingmu. Memandangmu.


Kita memang tidak sempat membagi kasih sayang, yeah. Dan kepedihan atas cintaku yang terlalu dalam itu sudah datang. Datang dan membabi buta.


Dan tak ada yang benar-benar bisa aku lakukan, Sayang.


* * *


Ketika Yang Kuasa memisahkan dua manusia yang nyaris terikat oleh tali tak kasat mata, seolah mengiringi kepergian satu manusia dan menemani tangis satu manusia, Dia menurunkan tetes-tetes air berharga.


Nyanyian itu masih terdengar. Menetes. Dan terus menetes. Deras. Meski tak ada yang mendengarkan. Karena semua terlalu sibuk dengan dirinya sendiri.


Nyanyian yang lebih keras juga masih terdengar. Menetes. Dan tetap menetes. Lebat. Tetapi semua mendengarkan. Karena semua terlalu sibuk terpesona.






Yogyakarta, 8 Januari 2011
R.A.
Continue reading Rain's Symphony

Jumat, 03 Desember 2010

, , , , ,

The Last Night's Muse

Tentang cinta yang gagal, harapan, dan egoisme.


Aku tahu, ada yang sedang mengalir lembut di dalam dirinya dan kekasihnya. Aku juga tahu, ada yang sedang mengalir pelan dalam diriku sendiri. Pelan, tapi pasti. Pasti menyakitkan.

Karena, cintanya padanya adalah cinta yang telah berlangsung lama. Sementara cintaku padanya adalah cinta yang gagal. Gagal sejak pertama kali bertemu. Kesalahan karena membiarkan cinta itu berkembang. Berkembang terlalu dalam, tapi indah. Sangat indah.

Meskipun berduri. Yang pada akhirnya akan menyakiti diri sendiri.

BERBALIK ARAH.

Yang menjadikan cinta itu salah.

sesungguhnya jatuh cinta bukanlah sesuatu yang salah.
mungkin waktunya belum tepat.


Mungkin aku memang terlambat bertemu dengannya.
Mungkin aku memang terlambat mengenalnya.
Mungkin aku memang terlambat mencintainya.


Mungkin saat ini dialah yang duluan bertemu dengannya.
Mungkin saat ini dialah yang duluan mengenalnya.
Mungkin saat ini dialah yang duluan mencintainya.

Atau, dicintai olehnya.


Tapi, mungkin saja nanti,
suatu saat!

Keadaan akan berbalik.


Oke. Mungkin aku EGOIS dengan mendoakan, meminta, dan mengharapkan hal ini.


Tapi, salahkah BERHARAP, MEMINTA, dan BERDOA?


R.A.
13 Desember 2010
18:58
Continue reading The Last Night's Muse

Kamis, 07 Oktober 2010

, , , ,

Ginny's Love Story

Ginny mulai suka pada Harry bahkan sejak Ginny belum masuk Hogwarts. Di tahun kedua Harry, Ginny yang baru masuk Hogwarts digambarkan sebagai seorang gadis kecil yang sangat suka pada Harry dan selalu salah tingkah setiap bertemu Harry. Dia tak pernah bicara di depan Harry karena malu.
Akan tetapi berkat saran Hermione 'bagaimana kalau kau mencoba menjadi dirimu sendiri? Dengan begitu mungkin Harry akan sedikit lebih perhatian padamu...' Ginny pun menyadari bahwa menjadi diri sendiri adalah pilihan yang terbaik. Ginny jadian dengan Michael Corner di tahun keempatnya, yaitu tahun kelima Harry sekolah di Hogwarts. Di tahun kelima Ginny, Harry mulai menyadari bahwa Ginny cukup menarik. Dia dan Ron menyebut Ginny 'agak populer'. Setelah Ginny putus dari Dean Thomas di tahun kelimanya, Harry agak galau karena harus memilih antara Ron dan Ginny - sahabat dan adik sahabatnya. Tetapi pada akhirnya, Harry jadian dengan Ginny.

Dari yang sikapnya biasa saja sampai yang jatuh cinta begitu dalam. Kisah cinta Harry dan Ginny begitu indah, menurut saya. Kenapa bisa tumbuh cinta di hati Harry, padahal sebelumnya Harry mencintai Cho Chang?

Mungkin karena Ginny adalah Ginny. Ginny bukanlah orang yang tahan berdiam saja. Kata Ron 'biasanya mulutnya tak pernah berhenti mengoceh'. Ginny bukan Ginny ketika ia pertama kali sangat menyukai Harry. Ginny mencoba menjadi dirinya sendiri.

Benar kata Hermione. Menjadi diri sendiri dan membiarkan orang yang kau sukai memperhatikanmu.

Situasiku sedikit banyak agak mirip dengan situasi Ginny pada awal dia menyukai Harry. Lidahku yang mendadak kelu ketika melihatnya. Jantungku yang mendadak berdebar kencang ketika memandangnya. Bahkan membaca namanya. Mendengar seseorang menyebut namanya. Hatiku yang mencelos ketika mendekati dirinya.

Tetapi, aku sadar aku tak bisa begini terus. Mungkin aku harus mengikuti saran Hermione pada Ginny. Menampilkan sosok 'aku' yang sebenarnya. Be yourself. Even if you are nobody.

Aku mungkin bukanlah seorang mahasiswi yang akan aktif di berbagai organisasi fakultas atau bahkan universitas. Aku juga bukanlah seorang mahasiswi yang eksis di kalangan senior dan junior (di masa mendatang). Aku bukanlah seorang mahasiswi yang juga aktivis.

Aku cuma mahasiswi biasa yang sedang belajar menjadi seorang dokter gigi. Aku cuma mahasiswi biasa yang masih harus belajar dan berusaha mendapat nilai A di setiap mata kuliah. Aku cuma mahasiswi biasa yang ingin memperoleh IP tinggi di setiap mata kuliah. Aku cuma mahasiswi biasa yang ingin menjalani hidup yang bebas, tapi bertanggung jawab.

Aku cuma mahasiswi biasa yang ingin membahagiakan kedua orangtuaku dan keluarga besarku. Aku cuma mahasiswi biasa yang ingin membuat bangga kedua orangtuaku. Aku cuma mahasiswi biasa yang sayang pada adikku, sahabat-sahabatku, saudara-saudaraku, teman-temanku.

This is Me.

Dan aku sedang berusaha menjadi 'aku' yang sesungguh-sungguhnya.

Bukan untuk diperhatikan olehnya.

I'll try to be me.

Mungkin aku memang bukan siapa-siapa untukmu. Aku tidak seperti Ginny yang adalah adik sahabat Harry. Aku bukan adik sahabatmu. Aku hanya adik angkatanmu. Aku hanya juniormu.

Intinya: I AM NOBODY.

BUT I TRY TO BE SOMEBODY.

HOW?

Menjadi diri sendiri.

Memberanikan diri. Membiasakan diri.

Begitukah?

Ya, kurasa begitu.

Seperti Ginny. Yang jadian dengan beberapa orang sebelum akhirnya Harry menciumnya dan kencan dengannya. Dan pada akhirnya mereka menikah.

Karena seperti Ginny, aku tak bisa benar-benar berhenti mengharapkannya. Tak akan pernah bisa.

Dan sekarang aku benar-benar menyadari bahwa situasiku persis dengan situasi Ginny.

Tetapi, mungkinkah kisahku nanti akan berakhir seperti kisah indah Ginny dan Harry?

Belum tentu.

Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Dan, siapa yang mengaturnya?

TUHAN.

R.A.
7 Oktober 2010
22.18
(sebelas hari lagi menjelang UTS :D)
Continue reading Ginny's Love Story

Senin, 20 September 2010

, ,

Surat Untuk Kak Simon Santoso :3

Tulisan ini saya dedikasikan untuk Kak Simon yang berulangtahun ke-25 pada tanggal 29 Juli ini ^^
Happy birthday, Kak!


>>
Aku masih disini, duduk bersandar di jendela kamar, sesekali memandang keluar jendela. Menatap derasnya hujan yang menghujam tanah. Hujan, yang berikan kesegaran pada dunia, yang berikan kehidupan pada semua. Sebuah proses menuju keindahan - pelangi, salah satu mahakarya Sang Pencipta.

Dan aku masih disini, menulis surat ini, menulis prosa tanpa makna, yang kuharap bisa kuserahkan pada Kakak. Entah sampai kapan aku menunggu, aku sudah tak tahan lagi, jadi aku harus berbuat sesuatu.

Bagiku, Kakak adalah inspirasi. Bagiku, Kakak adalah motivasi.

Bagiku, Kakak adalah segalanya.

Apakah aku terlalu berlebihan? Menurutku tidak. Karena perasaan yang kurasakan ini berharga. Aku ingin menjaganya sampai rumput berhenti bergoyang. Hingga planet-planet bertabrakan. Hingga hujan tak pernah turun lagi. Hingga mentari enggan bersinar lagi. Untuk selamanya.

Aku ingin menjadi yang pertama yang mengucapkan Selamat Ulang Tahun. Tetapi aku sadar aku tak punya kesempatan. Aku hanyalah satu dari sekian banyak orang yang menyayangi Kakak. Tak ada yang bisa kuberikan selain surat ini - yang, kuharap, sekali lagi, bisa kuserahkan pada Kakak. Aku pun tak punya maksud tertentu menulis ini. Aku cuma ingin Kakak tahu bahwa ada yang selalu mendoakan, memperhatikan, dan menyayangi Kakak.

Aku mencoba menikmati tetes-tetes hujan yang turun deras. Deras, tapi teratur. Seperti nafas. Jantung yang menakjubkan. Berdebar seiring perasaan manusia. Dan jantungku sendiri ikut berdebar tanpa sebab ketika melihat Kakak, menyebut nama Kakak, membaca nama Kakak. Semua tentang Kakak.

Kalau begitu, cintakah aku pada Kakak?

Kurasa jawabannya tidak.

Karena aku sadar. Bahwa perasaan ini, semua, hanyalah rasa kagum. Rasa kagum seseorang pada idolanya. Rasa kagum seseorang pada seseorang yang hebat. Seseorang yang berjuang tanpa henti membawa nama Indonesia. Demi tujuan mengibarkan Sang Dwi Warna di negara tetangga. Demi tujuan menggaungkan Indonesia Raya di negara nun jauh disana.

Saatnya kuakhiri surat pendek ini.

Selamat Ulang Tahun ke-25, Kak.
Semua yang terbaik untukmu.
Tetaplah menjadi Kakak yang tidak sombong dan ramah. Tetaplah berjuang demi semua tujuan itu. Tetaplah berjuang demi seluruh rakyat Indonesia. Demi teman-teman Kakak. Demi keluarga Kakak. Dan aku yakin Kakak sadar akan hal itu.


Salam,
Sonya
<<

P.S. Ada yang kaget melihat nama di bawah surat? ^^ Saya membuat seolah surat ini ditulis oleh Sonya (tokoh di fanfiction 'Rhapsody in Pelatnas', tulisan saya, red) dan diberikan langsung pada Kak Simon. Haduuuu... ngayal lagi, deh.


R.A.
28 Juli 2010
Continue reading Surat Untuk Kak Simon Santoso :3
, ,

A Love Letter

Salam, Pembaca!

Ini adalah postingan pertama sejak saya tiba di Jogja. Memang sudah sangat lama saya tidak mengupdate blog ini, dikarenakan satu dan lain hal. Hahaha
Hmmm... tentang posting ini? Tak ada komentar apa-apa, silakan baca saja :))
Happy reading! :))


>>
Kepada yang kusayangi,

Perasaanku padamu adalah cinta. Dengan yakin kukatakan bahwa: AKU MENCINTAIMU. AKU MENYAYANGIMU.

Aku tahu cinta ini terlarang. Sebab hatimu milik orang lain. Meskipun belumlah hatinya tersentuh oleh hatimu, tapi kuyakin hatimu miliknya. Namun, salahkah aku jatuh cinta pada orang yang mencintai orang lain? Aku tidak bilang aku salah jatuh cinta. Aku senang jatuh cinta padamu. Aku juga senang karena kamulah yang 'beruntung' kucintai. AKU SENANG KARENA KAMULAH YANG KUCINTAI.

Situasilah yang salah. Bukan perasaanku. Keadaan dan waktu lah yang salah karena kamu bertemu dan jatuh cinta padanya duluan. Aku hanya terlambat jatuh cinta padamu. Terlambat bertemu denganmu. Terlambat sekian tahun untuk menemuimu.

Aku mencintaimu tanpa ada alasan tertentu. Bukankah cinta tak perlu alasan pasti? Yang aku tahu adalah aku bahagia dengan mencintaimu.

Aku mencintaimu juga tanpa takut terluka. Sebab aku sudah terbiasa terluka. Disakiti. Patah hati adalah masalah kecil bagiku. Mungkin aku hanya akan menitikkan air mata. Sudah pernah kubilang bahwa perlu lebih dari sekedar jarum dan pisau yang tajam untuk menyakitiku.

Hati ini sudah terbiasa terluka.

* * *

Hei, bolehkah aku bernyanyi untukmu?

Kuharap kamu mendengarnya. :')


Vierra - Seandainya

Kelak kau akan menjalani hidupmu sendiri
Melupai kenangan yang tlah kita lalui
Kau akan terbang jauh menembus awan
Memulai kisah baru tanpa diriku

Seandainya kau tahu
Ku tak ingin kau pergi
Meninggalkan ku sendiri bersama bayanganmu
Seandainya kau tahu
Aku kan selalu cinta
Jangan kau lupakan kenangan kita selama ini


Aku berharap agar kamu selalu ada disini. Sekarang dan sampai nanti. Selalu disisiku. Jangan pergi. Agar nanti kita bisa pergi sama-sama. Bersama-sama akan jauh lebih indah kan?


Secondhand Serenade - Your Call

Waiting for your call, I'm sick, call I'm angry
call I'm desperate for your voice
Listening to the song we used to sing
In the car, do you remember
Butterfly, Early Summer
It's playing on repeat, Just like when we would meet
Like when we would meet

I was born to tell you I love you
and I am torn to do what I have to, to make you mine
Stay with me tonight

Stripped and polished, I am new, I am fresh
I am feeling so ambitious, you and me, flesh to flesh
Cause every breath that you will take
when you are sitting next to me
will bring life into my deepest hopes

I was born to tell you I love you
and I am torn to do what I have to, to make you mine
Stay with me tonight

And I'm tired of being all alone,
and this solitary moment makes me want to come back home
(I know everything you wanted isn't anything you have)

I was born to tell you I love you
and I am torn to do what I have to, to make you mine
Stay with me tonight


Aku yakin tiap orang punya jalannya masing-masing. Kalau kamu memang yang ditakdirkan-Nya, pasti akan ada jalan yang terbaik. Yang membahagiakan semua orang. Yang adil bagi semua orang.

Jalanku memang bukan jalan yang sedang aku lewati sekarang. Yang terjal, bergelombang, kerikil-kerikil tajam, dan batu-batu besar. Tapi penuh makna. Aku harus sangat berhati-hati menjalaninya. Kalau tidak, aku akan terperosok ke lubang yang sama. Aku tak mau kejadian lagi.

Jadi, apa yang harus aku lakukan?

Pindah jalur, mungkin.

Meski aku belum tahu jalur seperti apa yang akan aku tempuh nantinya. Yang jelas, jalani saja apa yang ada sekarang.

Aku juga sama sekali tak pernah berniat merusak hubunganku dengan kamu saat ini. Aku sudah berada dalam zona nyaman dan terlalu takut untuk mendobraknya, keluar dari zona itu.

* * *

Tuhan menciptakan rasa cinta yang hanya aku yang rasa. Kenapa?

Karena Dia tahu aku bahagia dengan rasa cinta itu.

Tapi, aku juga berharap lebih. Aku tak pernah bisa - dan tak akan pernah bisa - berhenti berharap. Mungkin harapanku agak terlalu egois. Namun, salahkah berharap? Dari harapan akan timbul usaha. Dan faktanya, aku sedang berusaha.

Berusaha, dan menunggu. Menunggu 'saat itu' terjadi. Berharap kamulah yang ditakdirkan oleh-Nya. Berdoa semoga harapanku terkabul.

Aku ingin selamanya bersamamu. Selamanya memelukmu. Selamanya bercinta denganmu. Selamanya memandangmu. Tak hanya dari kejauhan, tapi dari dekat. Ingin memandang jauh ke dalam matamu. Ingin mendengar suaramu. Ingin melihat senyummu. Senyum manis untukku. Senyum yang tulus dari hatimu. Senyum penuh cinta dan kasih sayang.

Aku mencintai segala hal tentangmu. :)

* * *


Jogja, 1 September 2010
16.29
R.A.
Continue reading A Love Letter

Selasa, 20 Juli 2010

, , , , ,

Surat Dalam Secarik Perkamen (II)

Salam, Pembaca!

Ini adalah surat Lucy Rothbelle yang kedua - fanfiction lain lagi dari saya yang sedang berkhayal tingkat tinggi. Ehem, sebaiknya kamu membaca surat Lucy yang pertama (kalau kamu belum membacanya) di posting berjudul 'Surat Dalam Secarik Perkamen'. Oke? Ini untuk memudahkan kamu mengerti surat yang kedua ini.
Happy reading! :))


>>
(teks dalam secarik perkamen yang diberikan Lucy Rothbelle kepada Draco Malfoy sesaat sebelum Draco pergi untuk mengecek Kamar Kebutuhan)


-Dari L.R. kepada D.M-

Kurasa aku tak akan pernah sebahagia ini seumur hidupku. Kau datang mencariku sesaat setelah kau keluar dari rumah sakit. Kau bertanya padaku apakah perasaanku padamu itu sungguh-sungguh, dan kujawab ya, tentu saja. Kuceritakan padamu bagaimana aku memendamnya selama lima tahun ini.

Aku tak pernah menyangka kau akan begitu sopan padaku; status-darah kita berbeda, dan seperti yang sudah kukatakan di surat yang pertama, kau darah-murni, dan biasanya orang-orang berdarah-murni menganggap rendah orang-orang berdarah-campuran dan orang-orang kelahiran-muggle.

Dan kau bilang kau mengingatku, saat kau keluar dari toilet, dipapah Snape, mengerlingku yang berlinangan air mata, lalu melihatku yang dengan terpaksa keluar dari bangsal rumah sakit sesaat sebelum kau meminum ramuan dari Madam Pomfrey, lalu ketika kau melihatku di pintu kantor Slughorn – kau bilang kau mengawasiku, bukan melihatku. Kau tidak tahu betapa itu sangat berarti bagiku.

Kemudian aku bertanya padamu tentang bagaimana kau mencariku – bertanya pada Michael Corner, menanyainya tentang anak Ravenclaw yang mempunyai inisial L.R. Dan kau pun menemukanku, Lucy Rothbelle. Lalu aku bertanya apakah Pansy tidak akan curiga kalau kau menemuiku, dan kau bilang dengan tak sabar bahwa Pansy ada pelajaran tambahan dengan Profesor Sprout.

Kau tak pernah benar-benar menyukai Pansy, kan? Kau hanya menyukai bagaimana dia memanjakanmu seperti ibumu. Kau menyukai belaiannya pada rambutmu seperti belaian ibumu. Kau tidak mencintai Pansy. Aku tahu dari ekspresimu dan sinar matamu ketika kau membicarakannya.

Dan tentu saja aku tak akan melupakan ceritamu tentang tugas yang diberikan Kau-Tahu-Siapa kepadamu – tentu dengan janjiku untuk tidak memberitahu hal ini pada siapapun. Aku tak pernah habis pikir kenapa dia sampai memberimu tugas itu – apa dia ingin kau memutuskan kepada siapa kau akan setia? Aku sungguh-sungguh kasihan pada ayah dan ibumu. Aku juga tak tega mendengar bagaimana kau digunakan oleh Kau-Tahu-Siapa tahun ini.

Ini menjelaskan bagaimana sepanjang tahun ini kau pucat, cemas – tebakanku benar, kan? Rencanamu berantakan; tidak heran, karena kau memakai Crabbe dan Goyle. Kau menyasar orang-orang tak bersalah. Kalau kau mau tahu, aku mencemaskanmu hampir sepanjang tahun ini; hampir, karena aku harus belajar untuk OWL-ku sebentar lagi.

Suratku kali ini tak akan sepanjang sebelumnya, karena aku sadar aku tak punya waktu lagi. Baru lima belas menit yang lalu kau mengatakan padaku, dengan gembira, bahwa Lemari Pelenyap yang bisa membantumu melakukan tugasmu, yang selama ini kau memperbaikinya di Kamar Kebutuhan, sekarang sudah betul dan bisa digunakan. Kau juga bilang malam ini mungkin kau akan melaksanakan tugas yang diberikan Pangeran Kegelapan, yang berarti, Pelahap Maut akan datang ke Hogwarts dan mungkin akan agak sedikit membuat kekacauan.

Mungkin setelah ini kau akan pergi.

Aku tak tahu apa yang mau kukatakan lagi. Entahlah. Kau mungkin agak susah membaca perkamen ini; tulisanku acak-acakan karena aku terburu-buru menulisnya dan banyak tinta yang menetes dan butir-butir air mata berjatuhan di perkamen ini, membuat tinta-tinta itu luntur.

Seperti janjiku padamu, aku tidak akan menceritakan apapun yang kau lakukan selama setahun ini kepada siapapun, dan aku juga tidak akan membocorkan rencanamu kepada anggota Laskar Dumbledore yang lain – aku punya firasat Harry mencurigaimu – meskipun ini berarti aku mengkhianati mereka, mengkhianati Dumbledore, mengkhianati Hogwarts.

Aku tak pernah benar-benar berhenti berharap kau akan mencariku, Draco. Sungguh.

Satu lagi, aku akan selalu mendukungmu apapun yang akan kau lakukan, meskipun yang kau lakukan itu adalah… membunuh Profesor Dumbledore. Sebab… kalau kau tidak membunuhnya… Kau-Tahu-Siapa akan membunuhmu, dan… kalau itu terjadi…

Aku tidak yakin akan bisa dengan tenang menerimanya.


Salam,
Lucy.



P.S.: kalau kau benar-benar akan pergi, bawalah surat ini bersamamu. Setidaknya kau punya sesuatu yang bisa mengingatkanmu dengan… teman sekolahmu ini. Dan… kirim burung hantu padaku, oke?
<<



(kalau yang ini benar-benar terinspirasi dari novelnya saja, karena dalam film ceritanya berbeda, Malfoy keluar dari rumah sakit pada malam hari dan langsung mengecek Kamar Kebutuhan, padahal kan dia keluar dari rumah sakit dulu, si Snape memberi detensi kepada Harry dan kemudian Harry dan Ginny jadian, terus Harry dapat perkamen dari Dumbledore dan waktu Harry mau ketemu Dumbledore dia berpapasan dengan Profesor Trelawney yang bilang kalau di dalam Kamar Kebutuhan ada seseorang yang berteriak, dan itu Malfoy) *oke, mungkin kamu agak sedikit bingung membacanya*

Disclaimer: Draco Malfoy, tokoh ciptaan J.K. Rowling, tidak pernah mengenal Lucy Rothbelle dan dia tidak pernah mencari anak Ravenclaw berinisial L.R. dan bertanya pada Michael Corner. Ini hanyalah surat rekaan saya saja. :)) Kepada seluruh pecinta Harry Potter, maaf karena saya membuat Lucy terkesan seperti pengkhianat Hogwarts, padahal dia (ceritanya) anggota Laskar Dumbledore. Ini karena rasa cintanya yang dalam pada Draco.

R.A.
Continue reading Surat Dalam Secarik Perkamen (II)
, , , ,

Surat Dalam Secarik Perkamen

Salam, Pembaca!

Saya lagi nyobain bikin fanfiction Harry Potter, nih. Kalau biasanya fanfiction berupa cerita dan dialog antar tokoh, kali ini saya bikin dalam bentuk surat. Ceritanya ada seorang cewek yang nggak terlalu dikenal (tentu saja, ini cewek cuma khayalan saya saja) yang mencintai (guess who!) seorang anak Slytherin. Oke, pasti kamu semua bisa menebaknya.
Atau belum? Ya sudah, baca saja dulu. XD
Happy reading! :))

>>
(teks dalam secarik perkamen yang ditemukan Draco Malfoy terselip di dalam lipatan jubahnya di lemari pakaian siswa)


-Dari L.R. kepada D.M-

Aku menyadari, dengan sepenuh hatiku, bahwa sekarang bukanlah saat yang tepat untukku untuk menceritakan semuanya kepadamu. Namun aku melihat fakta bahwa keadaan sekarang sudah sangatlah gawat, dengan rezim Kau-Tahu-Siapa yang sebentar lagi akan menguasai dunia sihir, dan – maafkan aku karena menyebut-nyebut ini – Pelahap Maut dan Ilmu Hitam yang berlangsung seru di luar Hogwarts, sehingga ada kemungkinan sebentar lagi Hogwarts akan dimasuki Pelahap Maut, dan mungkin, ditutup. Kupikir, kalau bukan sekarang, lalu kapan lagi?

Pertama, kau tidak mengenalku, tapi aku mengenalmu. Setidaknya aku tahu kau. Aku anak Ravenclaw. 'Kepintaran manusia yang tak terhingga adalah harta yang paling berharga'. Topi Seleksi menempatkanku di Ravenclaw, yang aku tidak tahu kenapa. Mereka bilang anak-anak Ravenclaw adalah yang terpintar; aku tidak sependapat, lihat saja Hermione Granger, dia yang paling pintar di sekolahan, dan dia Gryffindor.

Menyebut-nyebut Hermione Granger mengingatkanku pada hal lain: status-darah. Kau berdarah-murni, dan bangsawan, lagi, maka aku tidak heran kalau kau dan keluargamu sangat sensitif terhadap penyihir-penyihir kelahiran-Muggle.

Aku berdarah-campuran. Bagimu mungkin itu sama buruknya dengan kelahiran-Muggle dan darah-pengkhianat. Aku tidak peduli.

Yang aku pedulikan adalah bagaimana aku memperhatikanmu akhir-akhir ini. Bagaimana kondisimu akhir-akhir ini. Kau tahu, waktu pertandingan Quidditch Gryffindor versus Slytherin dan kudengar kau tidak main karena sakit, aku mencarimu ke rumah sakit, untuk sekedar mengintipmu dan memastikan kau baik-baik saja – bagaimanapun kau dan Pansy Parkinson punya hubungan khusus, kan, dan aku tidak yakin Pansy akan menyambutku dengan senang kalau dia tahu aku menjengukmu di rumah sakit – tetapi kau tidak ada. Kupikir sakitmu pastilah tidak begitu parah hingga harus masuk rumah sakit, dan hatiku pun kembali tenang.

Kemudian undangan pesta Profesor Slughorn pun datang; kau tidak tahu bagaimana aku mempertimbangkan, dengan sungguh-sungguh, untuk mengajakmu, tapi aku tak pernah punya cukup keberanian untuk memintamu datang ke pesta bersamaku. Aku menolak tiga orang yang mengajakku kesana, dan pada saat-saat terakhir, ketika aku sudah menyerah untuk mengajakmu, seorang anak laki-laki Hufflepuff kelas tujuh mengajakku. Aku menerimanya.

Aku memang datang ke pesta bersamanya, tapi pikiranku sama sekali tidak tertuju padanya. Aku melepaskan diri darinya dan berkilah aku mau ke toilet, padahal aku menunggu di pintu masuk kantor Profesor Slughorn. Luna dan Harry – ya, Harry Potter, aku mengenalnya dan dia mengenalku, karena aku anggota Laskar Dumbledore – berpapasan denganku. Luna bertanya padaku apakah aku menunggu seseorang, dan kujawab ya. Mereka masuk ke dalam kantor Slughorn setelah tersenyum padaku. Aku membalas senyuman mereka. Kuarahkan pandanganku ke sisi-sisi jendela dan AKU MELIHATMU, duduk disana, memandang kosong padaku – atau kupikir begitu, karena kau memandang pintu masuk kantor Slughorn, mungkin kau tidak menyadariku. Aku baru akan membuka mulut waktu anak Hufflepuff yang mengajakku memanggilku. Akhirnya aku terpaksa masuk ke dalam kantor dan mengerling sekilas kepadamu, tapi, kau tetap tidak bergeming.

Aku melihat vampir, kalau mataku tidak salah, dan waktu aku melewatinya, kudengar Slughorn mengenalkan vampir itu pada Harry, namanya Sanguini. Aku mempercepat jalanku karena Sanguini sudah memandangiku ingin tahu. Aku tidak mau melewatkan pesta dengan leher berdarah-darah.

Betapa kagetnya aku melihatmu, diseret oleh Filch masuk ke kantor. Kuduga pasti kau ketahuan bersembunyi di koridor, dan dugaanku benar. Saat itu aku ingin sekali membelamu dan mengatakan kalau aku mengajakmu ke pesta – tapi bagaimana dengan cowok Hufflepuff yang mengajakku? Aku tidak sekejam itu. Maka aku pun hanya memandangmu cemas ketika Profesor Snape mengatakan mau bicara denganmu. Aku mengikuti setelah Harry keluar kantor.
Sebisa mungkin aku tak membuat suara saat mengikuti Harry; aku sendiri tak tahu apa yang dipikirkan Harry, tapi kurasa dia tak ingin aku tahu apa yang dilakukannya.
Dan aku mendengarmu dan Profesor Snape berteriak-teriak di koridor. Kau tidak tahu bagaimana perasaanmu ketika aku mendengarnya; aku menangis, yeah, menangis tanpa suara.

Dan aku sendiri tak tahu kenapa aku menangis! Mungkin karena kau dimarahi oleh guru yang selama ini kau kagumi. Mungkin karena aku melihatmu agak pucat saat kau mengatakan ‘akulah yang dipilihnya!’. Aku tak mengerti. Dan mungkin karena aku melihatmu berkeras tidak mengakui tuduhan Profesor Snape bahwa kaulah yang memberikan kalung pada Katie Bell, itu membuatku berpikir, mungkin kaulah yang memberikan kalung itu. Kau dan Profesor Snape bicara tentang rencana yang harus kau lakukan, tetapi rencanamu gagal. Apa itu berkaitan dengan Kau-Tahu-Siapa dan Profesor Dumbledore? Aku tak mau memikirkannya.

Lalu aku kembali, sambil tetap menangis, ke koridor kantor Slughorn, tapi aku tidak masuk, aku duduk di sisi jendela tempatmu duduk tadi. Dan tanpa sadar Harry mendatangiku dan bertanya kenapa aku menangis. Aku hanya bisa tergagap dan memikirkan alasan yang tepat – tidak berkaitan denganmu, karena kurasa Harry tidak akan senang kalau mengetahui temannya menangisi musuh besarnya. Kemudian Harry bertanya apakah cowok Hufflepuff yang mengajakku menyakitiku. Aku lega karena ada alasan yang cukup logis, dan aku terpaksa mengiyakannya. Harry berkata bahwa aku pantas mendapatkan cowok yang lebih baik.

Ironis, karena aku sebenarnya sudah mendapatkan cowok yang baik.

Kecelakaan yang terjadi pada Ronald Weasley membuatku berpikir apakah mead yang diracun itu ulahmu lagi. Tapi aku melihatmu, pucat, di meja Slytherin, dan kupikir, ini salah satu rencanamu yang, maafkan aku jika menggunakan kata ini, gagal, lagi. Aku tidak bisa berhenti berpikir sebenarnya apa yang kau rencanakan!

Ketika Katie Bell kembali dari St. Mungo, kau memandanginya di Aula Besar dan aku memandangimu yang terlihat kaget – cemas – takut? Dan kau berlari keluar Aula Besar. Lagi-lagi aku mengikutimu, setelah Harry mengikutimu.

Lalu aku mendengar duel di toilet cowok – duel antara kau dan Harry yang berlangsung sengit. Dan aku bisa mendengar Harry meneriakkan mantra – apa ya mantranya, Sectumsempra? – dan Myrtle menjerit-jeritkan bahwa ada pembunuhan di toilet cowok. Hatiku mencelos, kalau kau mau tahu, dan aku melihat Profesor Snape berlari dengan cemas ke toilet, tidak melihatku, dan masuk. Sesaat kemudian aku melihat Snape memapahmu meninggalkan toilet – kau tampak pucat, penuh-luka, dan aku merasa hatiku berdebar tak karuan. Aku mengikuti Snape ke rumah sakit, dan kulihat Madam Pomfrey membaringkanmu di tempat tidur, dengan Snape bicara pada matron rumah sakit itu. Snape keluar dari rumah sakit, melihatku sejenak, dan berkata bahwa aku harus kembali ke asramaku. Tapi aku masuk ke dalam, yang langsung diusir Madam Pomfrey keluar. Kurasa dia tidak melihat mataku berkaca-kaca. Kupikir kau mungkin melihatku sekilas – aku tidak tahu apakah kondisimu cukup sehat untuk mengingatku.

Dan kemudian disinilah aku, mengawasimu, memandang matamu yang tertutup, mendengarkan napasmu yang teratur, beberapa malam setelahnya, menjengukmu diam-diam di rumah sakit. Aku tak tahu apa yang kupikirkan; berkeliaran di koridor pada tengah malam begini, menyelinap ke rumah sakit, menjengukmu, lagi.

Madam Pomfrey sedang tidur di kantornya, dan sebisa mungkin aku tidak membuat suara-suara ribut. Goresan pena-bulu pada perkamen ini mungkin membuatmu terbangun, tapi kulihat kau sudah meminum ramuan dari Madam Pomfrey yang bisa membuatmu tidur dengan nyenyak.

Saatnya kuakhiri surat ini – sudah pukul tiga pagi dan aku harus kembali ke asrama. Aku tidak akan meninggalkan surat ini di sisimu, di tempat tidurmu, di meja nakasmu, pokoknya tidak di rumah sakit ini. Aku akan menyelipkannya di jubah Slytherinmu di lemari pakaian siswa. Aku hanya akan mengganti bunga di vas – yang lama sudah sangat layu.

Kuharap kau lekas sembuh.

Salam,
L.R.
<<


(terinspirasi dari Draco Malfoy yang diperankan Tom Felton dan dari novel serta film Harry Potter and The Half-Blood Prince. Saya menggabungkan situasi cerita dari novel dan film, sehingga jangan bingung kalau ceritanya campur-campur. =.=’ maaf.)

Disclaimer: ini cuma khayalan saya saja, Draco Malfoy tentu saja adalah tokoh ciptaan J.K. Rowling sendiri. Lucy Rothbelle adalah tokoh rekaan saya; dia tidak pernah muncul dalam buku maupun novel, tidak pernah menjadi anggota Laskar Dumbledore, tidak pernah diseleksi masuk Ravenclaw, dan tidak pernah kenal dengan Harry atau Luna atau Profesor Snape atau Madam Pomfrey atau Draco sendiri tentu saja. Dan saya, sebenarnya, berkhayal menjadi Lucy. :))

R.A.
Continue reading Surat Dalam Secarik Perkamen

Minggu, 11 Juli 2010

,

Pelangi Abu-Abu (I)

Salam, Pembaca!
"Pelangi Abu-Abu" pada awalnya adalah sebuah puisi panjang yang saya buat sebagai pemenuhan tugas Bahasa Indonesia. Ide tentang pengembangan puisi ini menjadi cerita sempat terlintas di benak saya, dan ketika ada lomba cerpen, saya membuat sebuah cerpen yang berjudul sama.
Tidak ada rencana untuk membuat rincian surat seperti ini; semuanya mengalir begitu saja. Alur ceritanya dengan di cerpen pun berbeda; tapi nama tokohnya sama. Inti ceritanya juga mirip.
Dan satu lagi, saya berencana membuat novel – ini dia ide yang benar-benar dari awal ingin saya buat! – tapi saya kehabisan ide. -____-'
Happy reading! :))


>>
Meira kepada Akbar

Pertama-tama aku ingin mengucapkan selamat karena lukisanmu – Pelangi Abu-Abu, begitu yang tertulis di deskripsinya, kan? – telah berhasil memenangkan kategori lukisan terbaik di festival sekolah. Sebenarnya aku berharap kau memberitahuku sebelumnya, sehingga aku tak akan terlalu terkejut ketika melihat lukisannya di aula – galeri lukisan – lukisanmu bagus, tapi ada sesuatu yang sedih saat aku melihatnya. Siapa gadis berpayung pink itu?
Apa kau tahu apa yang terjadi dengan Radel? Sudah seminggu ini aku melihatnya sedih terus. Tapi dia selalu menghilang ketika aku hendak menghampirinya – sebenarnya, kau juga menghilang dariku. Kalian kenapa sih? Kalian bertingkah aneh sejak aku jadian dengan Ryan. Bukankah kau sangat mendukungku jadian dengan Ryan?
Kuharap kau cepat membalasnya, sebab aku ingin sekali kita bertiga rukun lagi seperti dulu.

-M-
(ditemukan Akbar di loker nomor 25 – lokernya)


Meira kepada Radel

Aku melihat hasil desain grafismu di wahana kelasmu, Radel, dan itu sangatlah bagus! Sayang kau tidak ada di kelasmu saat aku berkunjung – mereka bilang kau sedang di galeri lukisan melihat lukisan Akbar. Akbar memberitahumu, ya? Aku tak habis pikir kenapa tak terlintas sedikitpun dalam pikiran kalian untuk memberitahuku! Tapi kukira kalian sibuk dengan kegiatan festival sekolah ini, jadi ya, wajar deh kalian lupa padaku.
Aku cuma ingin tanya tentang sikapmu akhir-akhir ini. Kau selalu menghilang di ujung koridor ketika melihatku. Kau nyaris tak pernah menyapaku lagi kalau kita berpapasan – momen kita berpapasan memang jarang sekali terjadi selama seminggu ini. Kulihat kau juga agak sedih.
Hei, kalau ada masalah, kau masih bisa cerita padaku juga. Jangan kaupikir dengan adanya Ryan lalu kau tidak boleh dekat-dekat denganku. Ryan mengerti kok. Oke?

-M-
(diterima Radel dari salah seorang teman sekelasnya)


Radel kepada Akbar

Kenapa kau tidak beritahu kalau kau ikut festival sekolah! Sekali lagi selamat atas kemenanganmu – aku masih mengharapkan traktiranmu lho, kudengar seharusnya kau dapat hadiah paling tidak dua ratus ribu, apalagi dengan adanya seorang kaya yang berminat membeli lukisanmu. Aku tidak mengerti kenapa kau masih ragu-ragu untuk menerima penawaran beliau! Kau kan bisa dapat uang banyak untuk kuliah.
Hei, Meira mengirimiku surat – sebenarnya bukan surat sih. Isi amplopnya selembar foto. Kau tahu, foto waktu kita bertiga masih SD. Sedikit banyak aku mengerti apa maksudnya mengirimiku foto itu. Kau dikirimi juga tidak?
Aku masih bingung dengan perasaanku padanya.
Menurutmu apa sebaiknya kita – tidak, AKU menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi?

-R-
(ditemukan Akbar di lokernya juga)


Akbar kepada Meira

Aku sudah menerima suratmu, Mei. Maaf karena aku tidak memberitahumu kalau aku berniat mengajukan lukisanku ke festival sekolah – kita jarang sekali ketemu akhir-akhir ini, dan kulihat kau sibuk mengurus kegiatan kelasmu untuk festival sekolah. Kau ketua panitia kelasmu kan? Aku juga butuh beberapa saat yang tenang untuk menyelesaikan lukisan itu.
Kau bertanya siapa gadis berpayung pink itu. Aku juga tidak bisa memberitahumu siapa dia.
Maafkan kami karena bertingkah aneh semenjak kau jadian dengan Ryan. Ya, aku memang mendukungmu untuk jadian dengan Ryan. Tapi kau tak tahu bagaimana perasaan Radel – dia merasa kehilanganmu. Dia pikir kau sudah terlarang – jadi kami berdua tak boleh masuk lagi dalam kehidupanmu. Kami berdua juga egois karena kami tak ingin kau direbut orang lain. Kami berdua tak ingin orang lain memilikimu. Dan, aku juga salah pada Radel karena aku hanya bisa pasrah tanpa usaha.
Kau tahu, beberapa hari yang lalu aku menemukan prosa berjudul Pelangi Abu-Abu dalam gumpalan kertas yang berada di dalam laci meja Radel. Aku benar-benar terkejut ketika menemukannya – itu beberapa hari setelah aku memulai lukisanku yang berjudul sama. Ini benar-benar bukan rekayasa – perasaan kami sama, ternyata!
Aku juga ingin kita rukun lagi.

-A-
(ditemukan Meira dalam buket bunga mawar merah dan kuning yang dikirimkan ke rumahnya)


Akbar kepada Radel

Kau kan sudah pernah lihat lukisanku dua hari sebelum festival sekolah! Yah, memang sih aku tidak bilang kalau aku akan mengikutsertakannya dalam festival. Dan tentang orang kaya yang berniat membelinya, kau tahu pasti aku tidak akan pernah menjualnya! Ini satu-satunya karyaku yang kubuat dengan penuh perhatian – bukannya yang lain tidak dengan penuh perhatian, tapi yang ini kubuat sepenuh hati.
Dengar, kau mungkin tak tahu kalau aku telah menemukan prosamu yang telah kau remas-remas di laci. Kupikir perasaan kita sama. Kita kehilangan Meira. Tapi realistis saja deh – dia tetaplah sahabat kita! Teman kita! Kita seharusnya mendukungnya. Aku juga salah karena aku cuma bisa pasrah melihatnya.
Dan, tentang desain grafismu? Apa judulnya? Itu tentang kita, kan?
Tentu saja kau harus mengatakannya. Setidaknya supaya kau lega dan tak perlu memendamnya sekian lama. Dia pasti akan menerimanya dengan lapang dada dan akan lebih menyayangimu. Meira mengirimiku foto juga. Aku mengerti apa maksudnya.
Ayo kita temui dia, dan bicara dengannya langsung.

-A-
(ditemukan Radel terjatuh tepat di kakinya setelah Akbar melipatnya menjadi pesawat kertas dan melayangkannya di depan pintu kelas Radel)


Radel kepada Meira

Wahana kelasmu benar-benar keren! Aku hanya lewat sekilas – yah, percaya atau tidak, aku memang menghindarimu. Desain grafis itu? Itu tentang kita. Kami merindukanmu. Aku merindukanmu. Dan aku benar-benar kaget ketika Akbar memberitahuku tentang lukisannya – judulnya Pelangi Abu-Abu, sama dengan judul prosa yang kubuat sebelum lukisan Akbar selesai kubuat. Apalagi setelah kudengar penjelasan Akbar tentang lukisan itu.
Mei, aku menyayangimu lebih dari apapun. Sebelum kau kenal Ryan, dan sejak kita masih sering bersama-sama. Hanya saja aku tak pernah berani mengatakannya – silakan sebut aku pengecut. Aku hanya tak ingin kehilanganmu.
Maafkan aku karena menghindarimu. Aku tak pernah benar-benar bermaksud begitu. Kupikir kau akan lebih bahagia bersama Ryan. Dan melihatmu bahagia, sudah cukup untukku.

-R-
(ditemukan Akbar dalam gumpalan kertas di tong sampah di depan rumah Meira setelah sebelumnya Akbar melihat Radel melemparnya kesana sebelum masuk ke halaman rumah Meira)



Nah, setelah baca postingan ini, silakan baca postingan yang berjudul Pelangi Abu-Abu (II), ya. :))

R.A.
Continue reading Pelangi Abu-Abu (I)
, ,

Surat Cinta

Salam, Pembaca!

Ini surat cinta yang saya bilang di posting saya 'Tentang Perasaan' itu lho. ^^ Happy reading! :))



Kepada yang Tercinta, S.S.

Saya selalu merasakan getaran aneh di jantung, di hati saya ketika saya memikirkan kamu. Saat melihat kamu. Saat saya mengetik namamu. Saat saya melihat namamu. Saat saya bicara tentang kamu. Ironisnya bahkan kamu tak pernah mengenal saya. Saya juga tak pernah mengenal kamu. Saya hanya tahu saya jatuh cinta kepadamu saat saya pertama kali melihatmu. Menyedihkan, karena secara teknis kita tak pernah bertemu langsung.

Tapi entah kenapa hatiku selalu dilanda keresahan dan kerinduan mendalam kalau saya tak bertemu kamu. Oke, kamu mungkin agak bosan, geli mendengar kalimatku barusan. Saya berani bertaruh kamu pasti sudah berjuta kali menerima pesan seperti ini.

Dan ketika harus usai, saya merasa ada yang hilang, yang direbut dari saya. Yang biasanya saya tunggu-tunggu selama ini sudah tidak akan ada lagi selama beberapa waktu. Tapi saya akan terus menunggu sampai waktunya tiba. Dan ketika saat itu datang, saya berharap keinginan saya akan terkabul.

Kadang saya sedih - bukan kadang, sering - kenapa Tuhan menciptakan rasa cinta yang hanya saya yang bisa rasakan, sementara kamu tidak? Kadang saya sering mengeluh Tuhan tidak adil pada saya. Dan, hidup memang sangat tidak adil pada saya.

Ya, hidup memang berat. Setidaknya bagi saya. Saya cuma bisa pura-pura tegar di hadapan teman-teman saya, padahal saya ingin menangis meraung-raung, saya ingin didengar, saya ingin dianggap, saya ingin dihargai. Mungkin kamu tak perlu mencari perhatian begitu besar, sebab kamu sudah mencuri perhatian begitu banyak perempuan tanpa kamu meminta untuk diperhatikan.

Tapi saya tidak. Saya harus melakukan apa saja untuk diperhatikan. Orang-orang selalu bilang saya manja, sok anak kecil, drama queen, itu karena mereka tak tahu apa-apa tentang hidup saya. Ada sejuta masalah yang menghampiri saya setiap detik, setiap waktu, setiap tahun, dan datang silih berganti. Kadang malah yang satu belum selesai, yang lain sudah datang lagi. Begitulah.

Mungkin karena itu saya jadi agak sensitif. Saya merasa tak ada orang yang menyayangi saya kecuali keluarga saya. Saya punya teman, yeah, banyak, malah, secara teknis, tapi tak ada yang benar-benar mencintai saya dan menyayangi saya. Tak ada yang benar-benar ada disamping saya saat saya sedih. Saat saya butuh mereka, mereka pergi. Tapi saat mereka butuh seseorang, saya berusaha untuk selalu ada. Dan mereka berterima kasih pada saya untuk itu. Tapi, hanya sebatas itulah. Sebatas terima kasih, lalu mereka pergi.

Maafkan saya karena saya malah jadi curhat kepadamu. Mungkin ini karena begitu banyak yang berkelebat di benak saya dan meminta untuk diperhatikan, akhirnya jadi tertumpah kepadamu semua. Sekali lagi, maaf. Saya benar-benar butuh seseorang untuk menyayangi saya, untuk saya sayangi juga, seseorang yang memperhatikan saya, dan saya tak pernah berhenti berharap seseorang itu kamu.

Saya menyayangi kamu. Lebih dari itu, saya mencintai kamu. Dan saya tak tahu kenapa. Bukankah tak ada alasan yang logis tentang kenapa kita jatuh cinta? Tapi bagi saya ada satu alasan : saya bahagia dengan mencintai kamu.


Dari yang sedang merindukanmu,
R.A.
Continue reading Surat Cinta