Tampilkan postingan dengan label renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label renungan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 Juli 2020

, ,

Renungan Petang Hari

Kangen deh sayang sama orang sampe jadi alasan buat bangun tiap hari, kalo ketemu di kampus senyum-senyum sendiri, malemnya kepikiran sampe kebawa mimpi.

Dulu kalo penasaran sama orang, keponya udah ngalahin agen FBI, segala facebook twitter temen-temennya dikepoin buat tau dia orangnya kayak gimana.

Sekarang udah lupa rasanya sayang sama orang lain.

Gimana sih rasanya rela berkorban buat orang lain yang kamu sayang? Nggak cuma korban materi tapi juga waktu dan perasaan. Kayak... perasaanmu itu nomor dua, yang penting dia bahagia dulu?

Atau... kalau dia bahagia, aku juga bahagia?

Dulu rasanya bullshit banget perkataan kayak gini, tapi makin lama, makin kesini, makin mikir, mungkin memang dia pantes ngedapetin yang lebih baik dari aku.

Mungkin... waktu itu aku sudah berkorban terlalu banyak sampai lupa sama kebahagiaan sendiri? Salah sih, waktu itu milih ‘lanjut’ dengan alasan ‘dia’ padahal dia juga bukan siapa-siapa, cuma sekedar orang yang aku sayang. Masalahnya dia sayang balik juga engga.

Apa gara-gara itu ya... sekarang jadi lebih antipati, lebih hati-hati? Lebih... menutup diri dan menutup hati, karena sudah pernah patah hati.

Tapi toh... dia juga ‘jadi’nya sama orang lain, doinya juga ‘jadi’nya sama orang lain... terus aku dulu berkorban buat siapa, dong?

Dulu aku mungkin orang paling ‘terbuka’ se-jurusan, se-fakultas mungkin? Apa-apa ngetwit galau, dikit-dikit ngeritwit akun galau-galauan. Sampe pernah di-mention indirek sama temen lama.

Katanya “tik, berhenti lah galau-galau tu, hidup nggak cuma masalah cinta-cintaan”.

Aku sih cuma ketawa aja ya. Masih enjoy sama hidup. Toh dunia nyataku juga baik-baik aja.

Iya, dulu...

...sebelum negara api menyerang.

Setelah kejadian itu, rasanya jadi males deket-deket sama orang lain. Ada ‘rencana’ suka sama orang, tau-tau dia jadian sama orang lain.

Yang terakhir ini kepikiran sampe sekarang, apakah bener cuma pelarian, apa beneran suka, apa cuma gara-gara dia agak cakep.

Poinnya adalah aku udah lupa rasanya “suka beneran” yang tulus sama orang lain.

Heran, padahal udah 9 tahun lewat. Kenapa jadinya kayak aku yang nggak bisa move on? Kenapa rasanya masih berat buat buka hati? Padahal dulu kecewa juga gara-gara kesalahan sendiri.

Salah, naruh harapan ke orang lain tanpa ada usaha dari diri sendiri.

Ah, atau gara-gara akunya juga kurang usaha?

Kadang iri sih sama orang yang bisa blak-blakan kalau dia lagi suka sama orang. Setidaknya pihak yang satunya bisa tahu duluan, terlepas dari dia suka balik atau engga.

Nah, dengan begitu kan dia udah tergolong ‘usaha’.

Sementara aku... cuma bisa suka diam-diam. Ngeliatin dari jauh. Ngobrol juga enggak.

Intinya adalah...

Kenapa hidupku jadi bertolak belakang gini, ya? Hahahaha...


Continue reading Renungan Petang Hari

Senin, 24 November 2014

, ,

Sebuah Kisah Klasik Tentang Cinta

Saya tak pernah merasa ingin jatuh cinta lagi. Rasanya saya nyaman-nyaman saja dengan keadaan seperti ini, tanpa perlu menghabiskan waktu berlama-lama menangis di depan laptop, atau di dalam bantal.
Karena, setelah mendapat teguran dari teman-teman saya, saya jadi sadar bahwa hidup saya tak melulu tentang cinta. Mungkin buat perempuan lain, iya, tapi, saya punya kehidupan normal di luar sana, atau bahkan, kehidupan virtual di imajinasi saya.
Yang, sebenarnya, tidak ada cinta pun, tak apa-apa.
Cinta yang saya maksud adalah tentang pasangan hidup. Tidak, bukan pacar. Tetapi pasangan hidup. Yang telah berkomitmen untuk hidup bersama.
Pemikiran mengenai cinta yang satu ini mulai merajalela di otak saya sejak saya tersadar dari jatuh cinta saya yang menyakitkan, dan teman-teman di kehidupan sosial saya yang sudah menemukan teman hidupnya untuk selamanya. Menikah, maksud saya.
Yang saya tahu setelah itu, cinta tidak sekedar sayang-sayangan atau papah-mamah-an sebelum menikah. Cinta itu tidak sekedar mengumbar perasaan di depan umum. Cinta itu tidak sekedar galau berkepanjangan setelah diputusin pacar. Cinta itu tidak sekedar duduk berdua dan merasa dunia milik berdua.
Cinta tidak sedangkal itu sampai dua orang yang sedang dipisahkan jarak dan waktu menjadi bosan satu sama lain. Cinta tidak sedangkal itu sampai dua orang yang belum menikah melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan.
Tidak sedangkal itu.
Jauh, jauh lebih dalam.
Kalau saja banyak yang mau menyelaminya.

* * *

Saya ini sebetulnya orang yang gampang jatuh cinta, apalagi kalau tampang orangnya mumpuni. Tanya saja teman-teman dekat saya, mereka pasti menyebutkan lebih dari satu orang kalau ditanya siapa orang yang sedang saya taksir. Naksir loh, ya, bukan jatuh cinta...
Orang yang saya taksir sih, banyak! Sebagian tersebar di kampus saya (hahaha).
Tapi saya yakin betul bahwa saya memang cuma naksir. Cuma “suka” dan “penasaran”. Tidak sampai nangis-nangis dan galau-galauan.
Karena saya tahu definisi cinta bagi saya adalah: mendoakan orang yang dicintai agar selalu bahagia dan diberi keselamatan. Mau caranya bagaimana kek, yang penting dia senang. Gitu aja. Hehehe.
Ada banyak cara yang dikasih Tuhan biar bahagia (salah satunya dengan mematuhi perintah-Nya, tentu saja), dan salah satu yang saya pilih adalah dengan melihat orang yang saya cintai bahagia. Bahagia dengan cara apa saja. Termasuk, bahagia dengan orang yang dikasihinya.
Realistis saja, saya sih capek memikirkan orang yang sudah punya pacar. Apalagi istri. Untungnya sih, saya tidak pernah jatuh cinta sama orang yang sudah punya istri.
Masa sih mau mendoakan mereka putus? Enggak kan. Rasa kemanusiaan saya masih ada.
Jadi, atas nama cinta, berbahagialah!

* * *

Cerita-cerita mengenai orang yang saya taksir, kalau diingat-ingat, rasanya kekanakan sekali. Cuma gara-gara melihat penampakannya dari kejauhan, hati ini rasanya langsung berhenti berdetak. Apalagi kalau sampai berpapasan.
Yang lebih parah lagi kalau dua pasang mata saling menangkap.
Duh, saya rasanya nggak bisa berhenti senyum sampai besoknya. Mood yang seharian berantakan bisa langsung naik cuma gara-gara hal sepele seperti ini.
Tapi justru hal-hal sepele seperti inilah yang saya rindukan waktu hati saya lagi kosong. Benar-benar, deh, kalau hati ini nggak ada yang ngisi, rasanya bete terus sepanjang hari. Fase kosong yang sudah saya lewati beberapa bulan yang lalu itu nggak pengen saya ulang lagi.
Saya memang bukan tipe orang penyuka pacaran, sebenarnya. Toh saya bisa hidup tanpa didampingi cowok sampai sekarang (kalo Bapak saya sih, pria, bukan cowok). Sampai sekarang saya juga belum merasakan rasanya “ingin didapatkan” atau “disukai”. Sampai sekarang saya hanya ingin merasakan rasanya “diperlakukan sebagai wanita” dan “dihormati sebagai wanita”.
Apakah untuk mendapatkan itu semua saya harus punya pacar dulu? Alangkah senangnya kalau tidak.
Orang-orang yang saya taksir, sayangnya, bukanlah teman saya. Benar, orang-orang ini bikin penasaran karena bagaimana caranya orang yang lahir 1-2 tahun setelah saya bisa se-gorgeous itu?
Please notice me, kouhai! 

Continue reading Sebuah Kisah Klasik Tentang Cinta

Selasa, 23 September 2014

, , ,

Akhir-Akhir Ini Pengen Pindah ke Jepang

Tadi siang, saya benar-benar merasa malu sama pendatang di Jogja yang berasal dari negara lain. Dua orang bule berjalan santai di trotoar dan rela mengambil jalan lebih jauh untuk menyeberang lewat zebra cross. Sementara itu, kebalikannya, dua orang pribumi menunggu jalanan sepi untuk menyebrang tidak di zebra cross. 
Saya jadi malu pisan! 

Sejak dulu saya selalu mempertanyakan hal ini: apa iya orang Indonesia itu tidak punya budaya menyebrang di zebra cross? Apa karena kebanyakan orang Indonesia punya mobil dan motor, sehingga tidak tau zebra cross fungsinya apa? Apa karena kerjaan mereka menuntut mereka untuk selalu terburu-buru dan tergesa-gesa sehingga tiap ada zebra cross mereka tidak sedikitpun berniat memelankan kendaraan dan mengklakson siapapun yang menghalangi jalan mereka? Termasuk pejalan kaki yang sedang setengah menyebrang?

Teman saya yang pernah ke Jepang selalu bilang ke saya: "duh kamu harus ke Jepang banget! Yuk!" 
Saya sih mau-mau aja, tapi tunggu tabungan saya membengkak dulu ya. Hehe. 

Orang Jepang itu keren, ya. Tepat waktu dalam segala hal. Bus kotanya juga keren, bisa terjadwal seperti itu. Apalagi keretanya. Ka lau bisa sih saya mau tinggal disana. Ya mungkin tidak selamanya. Seminggu-dua minggu paling, untuk studi banding trotoar dan pedestrian disana. Hahaha... 
Sejak kemana-mana jalan kaki, saya jadi punya kebiasaan buruk: ngomel-ngomel. Dimanapun, kapanpun. Terutama di jalan raya. 

Bukan satu-dua kali saya diklakson kendaraan bermotor waktu saya nyebrang di zebra cross. Bukan sekali-dua kali saya nunggu lama buat nyebrang karena tidak ada pengendara kendaraan bermotor yang mau mengalah mempersilakan saya lewat. Bukan sekali-dua kali saya merasa keganggu karena trotoar nggak bisa dilewati gara-gara motor parkir atau pedagang. Bukan sekali dua kali saya nunggu di tengah-tengah zebra cross dengan kendaraan bermotor seliweran ngebut di depan dan belakang saya. Padahal saya dan teman saya sudah mengangkat tangan tanda, "Permisi. Saya mau lewat." 

Apa mereka nggak ngerti? Trus siapa dong yang bisa bikin mereka ngerti? Polisi? Presiden? Tuhan? Siapapun itu, tolong bantu mereka supaya ngerti, dong...

Ngebut ugal-ugalan juga bikin saya jengkel. Kemarin bapak saya jatuh gara-gara nggak bisa ngendaliin motornya setelah ada anak SMA belok ke kanan secara tiba-tiba dan nggak ngasih tanda pake lampu sein, dan nggak mau repot-repot juga memelankan motornya dulu! Setelah tahu kalau bapak saya jatuh, dia langsung ngebut pergi. 

Kenapa? Takut? Ngerasa salah? Makanya kalo bawa motor, bawa otak juga sekalian. Dasar anak jaman sekarang, pengennya enak aja. 

Maaf saya barusan marah. 

Begitu. 

Orang Indonesia juga hobi banget mlipir. Ngelawan arus, meski pelan-pelan dan di sisi jalan, itu bahaya lho. Menurut lo aja. Berita yang muncul dulu itu, yang ada cerita pengendara motor yang melawan arus tewas menabrak mobil, trus polisinya bilang "Kita tidak lihat siapa yang salah, ini musibah.", saya langsung mikir, astaga, jadi gini polisi kita sekarang? Nggak bisa liat siapa yang salah? Kalau pengendara motor itu nggak melawan arus, musibahnya kan nggak akan terjadi. Ya nggak? 

Mental orang Indonesia ini sudah bobrok. Lampu lalu lintas yang menyala merah justru dilanggar. Rambu dilarang parkir (sampai rambu berikutnya) juga diartikan 'boleh parkir disini'. Kenapa? Apa dulu nggak belajar peraturan lalu lintas? Rambu-rambu lalu lintas? Apa sekarang mereka pikir peraturan itu udah nggak berlaku? Apa mereka baru menyesal kalau nyawa mereka sendiri udah terancam? 

Mbok ya ngalah. Mbok ya belajar. Kan udah banyak fasilitasnya. Internet dimana-mana, ya meski nggak kayak di Korea Selatan yang di tamannya ada free wi-fi dengan kecepatan tinggi (haha). Disini taman aja nggak ada, apalagi free wi-fi. 

Tapi smartphone kan ada. Mbok yang smart gitu lho kalo punya smartphone. Justru kalau berkendara sambil pake smartphone, itu menandakan kalau yang punya nggak smart! 

Duh satu lagi nih yang baru keingetan. Pengendara sepeda. Keren sih. Nggak nambah-nambah polusi udara. Tapi... mbok ya rambu-nya dipatuhi. Dilarang belok ya dilarang belok, buat semua pengguna jalan. Lampu lalu lintas juga kalau merah itu tandanya kita harus berhenti (saya juga pengguna sepeda selama tiga tahun terakhir). Ih, saya kesel banget kalau saya udah nunggu panas-panas di antara mobil dan motor (karena nggak ada ruang tunggu sepeda di dekat zebra cross) tapi pengendara sepeda yang lain malah enteng aja ngedahuluin dan melanggar lampu merah. Tercemar kan nama pengendara sepeda jadinya.

Maksud saya, karena sifat orang yang pada dasarnya menggeneralisasi suatu hal, bisa saja kan mereka nantinya bilang gini: "tuh kan yang pake sepeda selalu ngelanggar lampu merah" padahal nggak semuanya kayak gitu. Atau dalam posisi saya: "tuh kan pengendara motor/mobil itu nggak ada yang mau ngalah!" padahal nggak semuanya kayak gitu.  Atau, "tuh kan yang jalan kaki nggak nyebrang di zebra cross!" padahal nggak semuanya kayak gitu. Kita bisa saja hanya kebetulan menyaksikan kejadian itu, kemudian menggeneralisasinya. 

Paling seneng itu kalau saya nyebrang, udah di tengah, kemudian ada mobil yang dari jauh sudah memelankan mobilnya mempersilakan saya lewat. Saya akan mengangguk sedikit ke pengemudi mobilnya. Paling kesel, kalau saya sudah lewat depan mobil itu, eh ada motor nyelip dari kiri mobil dan ngebut, pula. Senam jantung banget. Saya bakal nyumpah-nyumpah, ngomel-ngomel berisik, sampai teman saya bilang "udahlah".

Nah buat para pengendara motor yang baik, yang mau belajar, yang mau berubah, tolong dimengerti, bahwa kalau mobil di depan Anda berhenti pelan-pelan, itu berarti di depannya lagi ada sesuatu. Demi keselamatan Anda dan 'sesuatu' di depan mobil itu, mengalahlah. Memelankan kendaraan Anda sudah cukup berarti buat 'sesuatu' itu. 

Mbok antri gitu. Dikit aja kok. Bentar. Giliran Anda juga bakal sampai. Justru kalau nggak antri dan rebutan, Anda kan nggak pasti dapet gilirannya kapan. Malah bikin ricuh. Malah bikin ribut. Malah bikin kesel. 

Untuk para orangtua baru, tolong ajarin anaknya antri, ya. Malu sama orang bule. 

(kenapa saya nggak bilang "malu sama orang" aja?)

(karena orang Indonesia juga nggak punya malu)
Continue reading Akhir-Akhir Ini Pengen Pindah ke Jepang

Minggu, 29 Juni 2014

, , ,

9+1 Shout Out About the Long Hiatus

Hello, folks.
Gue selalu mengalami sindrom gue-pengen-nulis-sesuatu-ah setelah mendengar musik yang astaga-lagunya-bagus-deh-bikin-gue-terinspirasi-buat-nulis pada saat-saat genting seperti besok-ada-dua-ujian-yang-waktunya-nyaris-bersamaan. Menurut gue ini hal yang sangat aneh. Kelihatannya seperti gue males baca materi buat ujian besok dan lebih memilih buat ngetik hal-hal sepele seperti hal-hal berikut yang bakal gue ceritain.

Untuk cerita pertama, hello, gue Antik, mahasiswi semester 8 yang masih kuliah di FKG UGM, yang temen-temen seangkatannya udah banyak yang lulus dan bergelar S.Kg, yang temen-temen seangkatannya yang lain udah tinggal menghitung hari menuju sidang skripsi, yang temen-temen seangkatannya yang lain udah nggak pada ngulang mata kuliah semester bawah. Gue punya alasan sendiri kenapa gue memutuskan untuk ngulang mata kuliah, dan nggak perlu lah gue bilang disini karena mungkin pembaca gue sudah cukup mengerti. Masalah skripsi, gue sedang tidak ingin membicarakannya.

* * *

Cerita kedua.

Kedatangan adek gue untuk kuliah di Jogja membuat gue berpikir lebih banyak mengenai rumah kontrakan. Saat ini gue dan adik cowok gue berbeda tempat kost-an, tentu saja, dan gue berpikir alangkah lebih baiknya kalau gue dan dia dijadikan satu di sebuah rumah. Terpisah kayak gini membuat gue ngerasa insecure. Kalau empat tahun terakhir gue bisa bebas seneng-seneng sama sahabat gue, girls’ day out dan pajamas party almost everyday, sekarang gue mikir dua kali. Empat tahun terakhir gue hanya memikirkan gue sendiri di kota ini, sekarang gue punya seorang lagi buat dipikirkan. Dan buat saling menjaga.

Dan, kalau punya rumah sendiri, gue akan punya dapur sendiri, kamar mandi sendiri, kulkas sendiri, dan gue bisa mendekorasi rumah semau gue.

Kalau perlu gue bikin mebel semau gue juga.

Bakal menyenangkan.

* * *

Cerita ketiga.

Too many people spamming on my timeline about this ritual 5-tahun-sekali sampe gue eneg. Mending kalo orangnya gue gak kenal bisa gue langsung unfollow, langsung gue unfriend. Tapi ini temen-temen gue sendiri yang gue kenal. Dan betenya lagi, beberapa dari mereka mengelu-elukan pilihan mereka dan menjatuhkan yang lain. Terlalu nggak etis menurut gue. Gue nggak suka cara mereka mendukung yang kayak gini. Apakah nggak bisa mereka mengumbar kebaikan aja?

Setahu gue dulu waktu diajarin pas sekolah, ritual ini harusnya LUBER JURDIL. Langsung, Umum, Bersih, Rahasia, Jujur, dan Adil. Tapi kenapa sekarang orang berlomba-lomba jadi tim sukses dengan koar-koar mereka bakal pilih siapa tanggal 9 Juli nanti. Saran gue sih, kalo udah punya pilihan, ya disimpen aja. Sesuai pertimbangan yang udah matang dan yang benar-benar dipercaya membawa kebaikan.

Gak usah mencekoki otak orang dengan berita-berita menjatuhkan kayak gitu.

* * *

Cerita keempat.

Gue sedih berat waktu tahu Hendra/Ahsan gagal jadi juara di Indonesia Open 2014... Butet/Owi juga harus kandas sebelum masuk final! Sedih karena mereka di turnamen luar negeri hampir selalu menang, tapi di kandang sendiri, di rumah mereka sendiri, gelarnya sedikit. Padahal Butet/Owi juara All England tiga tahun berturut-turut! Kurang garang apa?

Tapi gue seneng Simon sejak keluar Pelatnas prestasinya semakin membaik. Terakhir gue liat Simon (secara langsung!) waktu Indonesia Super Series 2013 di Jogja dan menang lawan Hayom. Ih gue seneng banget sejak saat itu dia banyak kemajuan.

* * *

Cerita kelima.

Gue ingin mengucapkan permohonan maaf secara resmi melalui tulisan ini kepada sahabat gue Tita, untuk semua ledekan dan sindiran gue kepada dia waktu dia bilang suka Nino dan . Gue minta maaf ya, Tita.

Perkenalkan, ini Seo Ji Suk, aktor Korea Selatan kelahiran 1981. Sudah menikah.

Perhatian, gue suka orang ini.

Semuanya gara-gara reality show Cool Kiz on The Block. Itu reality show-nya KBS, yang isinya tentang olahraga. Dipandu MC Kang Ho Dong (setidaknya dia member tetap dari awal tayang sampai sekarang) dan beberapa guest members yang berbeda-beda tiap ganti jenis olahraga. Awalnya gue download karena gue denger Hoya jadi member di season Taekwondo. Kemudian gue menonton episode Taekwondo.

Gue suka banget acara ini. Real banget. Mereka (guest members) yang terdiri dari artis-artis Korea (aktor, penyanyi, komedian, dll) latihan dari awal banget buat ikut pertandingan melawan klub-klub olahraga dari penjuru Korea Selatan. Perjuangan mereka, semangat mereka, sportifitas mereka, teamwork mereka, gue suka banget!

Akhirnya gue download season lain. Badminton (karena gue suka sekali olahraga ini). Basket (karena ada Changmin). Oh iya, di season awal Changmin TVXQ jadi member tetap, tapi karena jadwal dia padat dan harus konser bareng Yunho keliling dunia, dia meninggalkan Cool Kiz.

Kita balik ke Seo Ji Suk.

Gue sudah selesai download episode basket. Kemudian gue menonton dengan senang. Lalu gue terpana.

Nggak bisa berkata-kata. Gue suka banget Seo Ji Suk waktu nge-dribble bola di lapangan. Ganteng dan bisa main basket, pikir gue, dan nggak sekedar ‘bisa’ tapi ‘pinter’ main. Waktu episode basket ini, Seo Ji Suk jadi ace buat tim-nya. Gue berpikir, kok dulu pas nonton yang taekwondo, gue nggak ngeh sih sama dia (dia jadi salah satu member di taekwondo. Gue nonton season taekwondo duluan baru basket).

Sejak saat itu, gue jatuh cinta sama orang ini. Dan gue kaget waktu tahu dia udah nikah... Dan dia bilang dia cuma sayang sama istrinya. Aduh.

Tapi gue nggak peduli, gue suka sama dia.

BTW, Cool Kiz on The Block yang sekarang, sepakbola, agak ngebosenin...

* * *

Cerita keenam.

Gue kangen suka sama orang. Dulu sebelum gue jadi kakak angkatan, gue menetapkan satu-dua kakak angkatan di kampus untuk dijadikan penyemangat gue di kampus biar agak segeran, dan biar meningkatkan mood gue kalau lagi bete kuliah. Sekarang, setelah kakak-kakak angkatan itu lulus dan pergi dari kampus, gue menyesal karena semakin kesini gue semakin bete kuliah. Sementara, nggak ada lagi yang nyegerin gue di kampus. Semua cowok yang available sudah diambil orang.

Eh tapi bukannya gue nggak bisa suka mereka ya.

Gue cuma bisa suka tanpa bisa berbuat apa-apa, tapi. Habis gimana? Punya orang. Ya gue diem aja menikmati tanpa bisa memiliki.

Tapi itu cuma sekedar ‘seneng ngeliat’ atau ‘memuja karakteristik wajah yang diatas rata-rata’. Bukan benar-benar suka, dan berpisah dengan ‘mereka’ tidak akan menyebabkan geli apalagi sakit di hati gue.

I was once, loved a person.

Then when we separated, I got a headache. Stomachache. I cried once every single day. I asked myself why could this happen.

Then I grow up. I told myself that I will never experience that kind of pain twice. So I made some walls, with many gates. Gates with locks on. Locks that only I can open it. Only I can open it with the word “open”.

And I have said it. And so the locks are opened. Not a very long time ago.

* * *

Cerita ketujuh.

Pernah denger Crush? A Korean singer. He featured in one of Gary’s song, Shower Later. Yes, yes, Crush is the one who sing “jigeum itta showa hae” in the refrain. I fell in love with his voice after that song, especially in the part “---”.

But I don’t know that he is such an amazing singer, composer, and producer. Gue baru saja dengerin lagu-lagunya Crush di album barunya dia, Crush On You (yes, crush on Crush, that’s me), dan dia membuat banyak featuring bersama rapper-rapper dan penyanyi Korea yang keren-keren juga.

Tapi yang paling membekas di telinga gue (and for God’s sake, gue merasa dirasuki setelah ngedenger suaranya) adalah lagu Hug Me yang bareng Gaeko. Belakangan gue tahu bahwa ini adalah lagu yang dijadiin single dan dipromosiin di acara-acara musik. Kemudian gue melihat video-nya dan setelah ngeliat MV-nya, lagu ini nggak pernah terdengar sama lagi di telinga gue! Asli! Lagunya terdengar semakin seksi. Dan gue semakin suka.

Setelah googling, gue menemukan bahwa Crush adalah pemuda kelahiran 1992, bulan Oktober.

Oh hello dongsaeng-ah.

* * *

Cerita kesepuluh.

Do you know that I have an almost 3-years-crush? A nearly big crush. I even sang ‘Why Did I Fall In Love With You’ by DBSK dedicated to him. In a karaoke. Pathetic, huh.

I never had a chance to speak with this guy. His way of life is completely different from my way of life. He had a girlfriend, and I don’t have a boyfriend. He (and his friends, a lot of his friends) will go to every new cafe and restaurant in town, and I have a problem thinking of what to eat today. He is a topnotch student, and my score is on middle-level. Not even reach him.

Because he is unreachable.

For this reasons I stayed away from him since 3 years ago. I must hide this from all my friends, except my only best friend who knows every single thing.

But I don’t know why my best friend is strongly against me liking him. I always thought that this guy is a good guy, handsome (yeah my second impression actually), and pretty smart. But I did think that he is too different from me, so that’s why I never know what kind of person he actually was. I was once crying because of the uncomfortable feeling I have about liking him. Like, “why it must be you”, “WHY YOU”, and “Y U”.

Time passed. People beside me come and go, yet, his girlfriend is still there beside him. Quite a long time and I must give an applause to them. I, who fall in love easily, saw a few younger guys in my campus. Then I started liking them. Only from far away, just like what I did to him.

Not too long ago I got a chance to sit beside him. I greeted him boldly (never did this before! I always got a stomachache every time I saw him so I never greet him properly) and he answered nicely.

And then we talked. Not a very long conversation, actually. Just a simple ‘how are you and what are you doing here’. Then an awkward silence. Then another simple conversation about his girlfriend.

At that time I just realized.

That I can’t feel anything in my body.

You know, the sign of falling in love? Like, your heart suddenly beats faster when you see him from far away.

I can’t feel that.

My heart beat normally, very normal, and slow.

You know the feeling you get when you hear your crush talking about his girlfriend? Like, you feel a little shock in your heart and suddenly your mood goes down.

I can’t feel that either.

I feel so normal beside him. It’s just like he’s never being in my heart and mind.

Like we’re just friends.

Well we are, since the beginning.

I hope we can stay as friends, and I hope I won’t feel anything again when I get the same chance.
* * *

Cerita kesembilan.

Gue merasa gagal jadi penulis. Gue tidaklah produktif selama dua tahun terakhir. Kerjaan gue cuma plengah-plengoh nggak ngapa-ngapain. Main. Makan. Jalan. Kuliah. Praktikum.

Sedih rasanya kalau baca blog ini dan ngeliat naskah-naskah jaman dulu, Meira-Leif, Maya, prosa-prosa gue, fanfiction bulutangkis.

Gue bahkan kehilangan semangat buat nulis lagi.

* * *

Mungkin masalahnya ada di gue. Cerita gue nggak pernah selesai, karena gue bingung bagaimana mengakhirinya. Gue merasa nggak pengen cerita ini berakhir. Gue nggak pernah memikirkan bagaimana akhir dari suatu cerita.

Maybe that’s why. I never expected that we ended even before we are together. I never dream of we being together, though.

Tapi kalau urusan kuliah sih, gue pengennya cepet-cepet berakhir. Dan memulai sesuatu yang baru.
Continue reading 9+1 Shout Out About the Long Hiatus

Kamis, 31 Oktober 2013

, , , , , , , , ,

A-Must-Know: What We Learn in Dentistry (Part II-end)

Tulisan ini sebenarnya saya bikin untuk memuaskan kehausan orang-orang di luar sana yang bertanya-tanya: sebenernya di FKG tuh diajarin apa sih? Cuma ngurusin 32 gigi doang, kan?

Praktikum di KG sebenernya banyak tantangannya.

Orto: nyetak, ngebentuk kawat sendiri, ngebentuk malam sendiri, dan begitu jadi resin akrilik, harus pas di model, atau di rongga mulut pasienmu. Ngebentuk kawat sampe berdarah gara-gara ketusuk ujung kawat klamer yang tajam, dan belum tentu di-acc sama dosen pembimbing.

kumpulan tang pembentuk kawat klamer

hasil praktikum orto III
Prosto: preparasi gigi untuk gigi tiruan cekat, model malam sendiri, ngukir anatomisnya gigi, dan begitu sudah jadi logam, harus pas di modelnya, dan kerjaan belum tentu di-acc.

Konser: bikin lubang di asli yang udah ditanam di model, gak boleh kedaleman, langkah-langkahpenumpatan harus bener. Praktikum perawatan saluran akar, harus bisa nyari pintu masuk saluran akar, harus bersih saluran akarnya, harus padet gutta percha-nya (itu bahan yang digunakan untuk mengisi saluran akar, bahan penganti pulpa gigi), harus bagus rontgennya.

Continue reading A-Must-Know: What We Learn in Dentistry (Part II-end)

Jumat, 06 September 2013

, , , ,

Habis KKN


Habis KKN

Rasanya legaaaaaa banget.
I meet someone (not one, but a lot) new.
I learn something (not a thing, but a lot of things) new.

Dan, sedikit banyak, saya menemukan ketenangan (jauh dari kuliah dan praktikum yang padat, red).
Sedikit banyak, saya menemukan kebahagiaan (dimana lagi bisa ketawa-ketawa ngakak hampir tiap hari, red).

Ingat ini?

  1. Main poker sampe malem – saya cuma ngeliatin, sih. Bahkan sampe bikin turnamen poker antar subunit.
  2. Ngehias godhang buat HUT Bantul sampe tengah malem.
  3. Tiap dateng ke pondokan setiap dusun pasti disuruh makan.
  4. Ngece-ngece yang digosipin lagi deket #nomention. Habis kemana-mana boncengan, gak gantian sama yang lain…
  5. Bolak-balik puskesmas. Datang kami layani, tidak datang kami kunjungi…
  6. Masak bareng bu dukuh. Lho, kok digituin Mbak? Yo wis rapopo…
  7. Makan bareng di meja makan Baros. Harus bareng pokoknya. Dan, membicarakan apa saja.
  8. Ngecat plang panas-panas. Nyepik sama anak-anak IPDN.
  9. Ngajar TPA. Tiap hari pasti ada yang berantem, dan nangis.
  10. Jatuh bangun menaiki tanjakan menuju Parang Endog (bener ga tulisannya?).
  11. Main poker di atas Parang Endog – sempet-sempetnya.
  12. Nanem mangrove, gratisan.
  13. Baba, the Legend. Ngecat sepeda warna ijo. Tiada hari tanpa ngajak berantem.
  14. Lewat jalan belakang kalo mau ke Parangtritis. – yuk?
  15. Makan adrem… khas Baros…
  16. Taraweh 8 rakaat + witir 3 rakaat di mesjid Baros jadi idola.
  17. Pengumuman “aku mau nikah guys” dari Jono yang bikin gempar.
  18. Duet Sinta-Tyas yang ngefans sama Adon.
  19. Syarif mesti inget à Mbak Lia, ketua pemuda Gegunung “mas ganteng banget”.
  20. Mesti voice-note-an dulu sebelum berkunjung ke dusun lain.
  21. Turnamen PES BTL 31 di rumah Bu Kayat di Karang.
  22. Genjreng-genjreng gitar di kamar, live music gratisan.
  23. Hectic ngerjain LPK-K1-K2-K3-R1-D1-D2.
  24. Pertandingan futsal BTL 31 vs AMKA, dan vs BTL 32. Talk with your feet, play with your heart…
  25. (isi sendiri)
  26. (isi sendiri)
  27.   
  28.   
  29.   
  30.  
  31.   

Hmmm…
Aku nggak bisa nulis semua kenangan-kenangan lain disini. Bakal terlalu banyak. Bakal terlalu panjang.
Diinget-inget sendiri saja :D
Yang manis-manis buat kenangan.
Yang pahit-pahit buat pelajaran.

Terima kasih untuk 3 bulan terakhir (KKN & rapat-rapat sebelum KKN). Terima kasih karena aku dipertemukan dengan kalian. Nggak bakal ada temen KKN seasik kalian, sebaik kalian, sekeren kalian, se-cantik-dan-ganteng kalian…
Terima kasih sudah memanjakan aku 2 bulan ini :3
Terima kasih untuk setiap pagi yang menyenangkan.
Terima kasih untuk setiap siang yang melelahkan dan disuguhi makan. :D
Terima kasih untuk setiap malam yang menenangkan.

Maaf, karena terkadang salah bicara…
Maaf, karena sering salah bersikap…
Maaf, karena terkadang lupa diri…

Semoga persahabatan kita nggak terhenti sampai disini, ya.
Stay in touch, semua…

Daftar Hadir (menurut angkatan, lalu menurut abjad)
UNIT BTL 31 – Tirtohargo-Parangtritis

Subunit 1 – Baros
Mas Ian
Izat
Jono
Mbak Wuri
Antik
Shinta

Subunit 2 – Karang
Adon
Mubin
Ai
Fresy
Intan
Selvi
Wulan

Subunit 3 – Depok
Mas Matin
Beni
Fikri
Novi
Tantri
Tari

Subunit 4 – Mancingan
Mas Itsnan
Syarif
Mbak Icha
Fadiah
Lisnan
Lynda

Say no to drugs!
Yang nggak hadir harap ngacung!
Salam BTL 31!



Antik
Subunit 1. 

*saya akan pos foto-foto, nanti tapi, nanti :p*

Continue reading Habis KKN

Senin, 04 Februari 2013

, , ,

Missing You

*BGM: Missing You by G-Dragon ft. Kim Yun Ah of Jaurim*


Pernah nggak kalian merasa kangen?

Oke nggak usah dijawab, bukan itu pertanyaannya, itu cuma basa-basi.

Saya lagi kangen banget nulis-nulis. Nulis cerita apa saja, nulis opini, nulis... apa saja. Kangen.

Dulu pas SMA, bisa lho saya nulis cerpen dalam waktu 3 jam. Bayangin, tiga jam, dan sekarang waktu tiga jam rasanya lama banget buat dipake praktikum.

Ah, saya pengen banget bisa nulis lagi, nggak sebatas curhat cuma segini di blog.

See? Betapa saya pengen nangis karena postingan saya di blog akhir-akhir ini pendek sekali.

Ingin sekali menulis, tapi tidak tahu bagaimana caranya.

Orang bilang 'ingin' tidak akan membawamu kemana-mana.

Tapi apa sih yang bisa saya lakukan? Ya saya cuma bisa bilang pengen, pengen, pengen, tapi nggak pernah bisa, karena banyak hal, terlalu banyak hal, yang harus saya perbuat disamping itu. Prioritas.

Hal-hal yang seharusnya dipikirkan.

Akhir-akhir ini saya takut sekali.
Continue reading Missing You

Minggu, 06 Januari 2013

, ,

Maya (and Me)


“Maya itu selalu sedih, ya?”

Gitu komentar temen saya tentang cerita si Maya yang saya post di blog. Tambahnya lagi, “meski udah ada Raga yang bikin Maya seneng, tapi entah kenapa aku ngeliatnya Maya itu sedih... auranya.”

Hehehe... saya juga tidak pernah menyangka kalau karakter Maya yang saya bikin itu bakal terlihat sedih dan suram di bayangan orang-orang yang membaca ceritanya. Perasaan saya bikin kehidupan Maya itu oke-oke saja, punya sahabat dari kecil bernama Oki yang selalu ada, punya adik kelas cantik bernama Hannah, punya pacar yang selalu membahagiakan bernama Raga, hanya saja... hubungannya dengan Satria tidak dapat dijelaskan.
Continue reading Maya (and Me)

Kamis, 27 Desember 2012

, , , ,

Reach The End


No, this is not about the end of the world. It’s not about the doomsday-thing.
This is about the end of my 5th semester.

Dan saya tidak akan melanjutkan postingan dengan bahasa Inggris saya yang pathetic, dari segi grammar maupun kosa kata. Yah, sudah lama saya tidak belajar bahasa Inggris.

Begini, semester ini hampir berakhir. Dua minggu lagi UAS, dan remed, lalu saya meneruskan ke semester 6. Tidak ada yang spesial.
Continue reading Reach The End

Senin, 03 Desember 2012

, , , , , , ,

This is Hard


Sekadar curhat saja. Sedang tidak berminat sama sekali meneruskan kegiatan tulis-menulis.
Terlalu banyak, terlalu banyak yang harus dipikirkan, yang harus dilakukan, yang harus diselesaikan.
Ya, saya tahu, harusnya saya berpikir, dan melakukan, dan menyelesaikan tulisan-tulisan saya yang tidak pernah selesai itu.

Continue reading This is Hard

Minggu, 04 November 2012

, , , ,

Anxiety


Terkadang gue berpikir–bukan terkadang sih, cukup sering sebenarnya, akhir-akhir ini.

Bukan, bukan tentang galauan gue yang akhir-akhir ini muncul lagi, bukan. Gue sudah cukup pintar untuk tidak menggembar-gemborkan perasaan gue sendiri ke publik, kok. Paling-paling gue ngetwit sayang ke L, atau Yun, atau Jinyoung, atau Daehyun... dan  mereka-mereka ini yang selalu bikin gue galau, memang. Meskipun, memang, sempet ada orang lain di luar sana, yang, sempet ngisi pikiran gue, sampe kebawa-bawa mimpi, dan bikin gue sering nangis kalo malem, dan nulis-nulis lagi, tentang perasaan ini. Curhatan nggak mutu yang sering gue tumpahin secara eksplisit ke tulisan-tulisan gue (yang fiksi maupun yang non-fiksi).

Yang membawa kita kembali ke topik awal.
Continue reading Anxiety

Kamis, 11 Oktober 2012

, , ,

Bahaga Itu Sederhana


Bahagia itu sederhana, ketika pagi-pagi sekali kau berangkat ke kampus bersepeda menikmati udara yang masih sejuk tanpa polusi udara dan polusi suara.

Bahagia itu sederhana, ketika kau melihat seorang anak kecil yang duduk di depan ibunya di atas sepeda, tertawa bahagia menuruni jalan.

Bahagia itu sederhana, ketika mendengarkan lagu-lagu K-Pop pilihan selagi menyusuri jalanan sepi yang ditepinya banyak pohon-pohon rindang.

Bahagia itu sederhana, ketika pekerjaan praktikummu di-acc oleh dosen pembimbing dan kau boleh maju meneruskan pekerjaan selanjutnya.

Bahagia itu sederhana, ketika kau karaokean bersama teman-teman dan tak ada yang protes ketika kau mencoba menyanyikan lagu boygroup dan girlgroup Korea favorit.

Bahagia itu sederhana, ketika kau melihat induk kucing dengan anak-anaknya yang masih kecil bermain-main di sekitarnya.

Bahagia itu sederhana, kok.
Hal-hal seperti anak kucing, lagu Korea bagus, Tango vanilla, Pocky cokelat, variety show lucu, dan apapun yang bisa membuatmu tersenyum meski sedikit.


P.S. Lagu Korea bagus nggak harus Gangnam Style.

P.S.S. Variety show lucu nggak mesti Running Man.

P.P.S.S. It’s “OPPAN gangnam style”, not “OPPA gangnam style”. Learn how to read hangul!

Continue reading Bahaga Itu Sederhana

Selasa, 18 September 2012

, , , ,

Sabtu Malam (lagi!)


Hari ini Sabtu, 15 September 2012. Jam 23:55, gue masih di depan laptop. Menunggu pore pack gue kering lima belas menit lagi, dan karena ada sesuatu yang pengen gue tulis, takut ide-ide ini hilang besok hari setelah gue tertidur lelap dan memimpikan L.

Lagi-lagi malam Minggu, dan gue melewatkannya dengan sendirian (lagi).

Secara teknis sih iya.

Setelah kejadian-kejadian di masa lalu yang tak perlu diceritakan, gue jadi males keluar malem, dan berusaha sudah sampai di kosan jam lima sore. Maghrib kalau bisa udah di kosan. Selain karena gue hanya bermodalkan sebuah sepeda pink dengan keranjang untuk bepergian sendiri, dan gue sendiri agak takut kalau harus pulang sendiri malem-malem naik sepeda, gue juga lebih bisa ngapa-ngapain di kosan.

Misalnya, nonton video baru download-an gue.

Hari ini, karena gue nggak bisa beli langsung DVD-nya di Seoul sana, gue men-download Infinite’s Second Invasion Concert Making (sungguh-sungguh berterima kasih pada orang yang sudah meng-upload-nya) secara cuma-cuma dengan wifi-an di kampus gue. Dan malam Minggu ini gue habiskan dengan tertawa dan tersenyum dan nyaris menangis menontonnya, sedikit envy karena tidak berada di Korea untuk menonton konsernya, dan bersyukur karena sudah dilahirkan di Indonesia.

Bagaimanapun, beginilah gue menghabiskan malam Minggu gue, atau kata orang-orang, Sabtu malam, dengan Infinite dan show-shownya, dan makan malam dua tangkup roti isi keju serta secangkir cappuccino yang diaduk dengan sendok pink. Bagaimanapun, gue tidak bisa mengeluh ingin punya malam minggu yang sejenis dengan orang-orang lain yang pacaran di malam weekend. Bagaimanapun, gue tidak bisa mengeluh ingin punya malam minggu dimana gue dan teman-teman se-geng  gue jalan-jalan ke mall, menonton di bioskop, window shopping, melirik cowok yang ganteng, dan tertawa-tawa.

Karena sekarang gue bukanlah tipe orang seperti itu.  

 Mungkin dulu gue begitu. Mungkin juga tidak. Gue tidak ingat. Gue sudah melupakannya.

Cukup sekian pembicaraan tentang gue (lagi!). Pore pack gue sudah keras dan saatnya untuk melepasnya.

BTW, sambil nulis ini, sambil denger lagu Skull & HaHa yang Busan Vacance. Lumayan asik juga.

Oh, dan sudah dengar lagu-lagu di mini album barunya GD? Bagus banget! Terutama yang duet sama entah-siapa, sang calon member girl group YG yang baru. Suaranya bagus.

Gara-gara cappuccino tadi nih jadi susah tidur... 
Continue reading Sabtu Malam (lagi!)

Senin, 03 September 2012

, , , , , ,

First Day


Hari yang melelahkan baru saja berlalu.

Tunggu sebentar, kalau gue nggak salah inget, ini hari pertama kuliah semester 5. Iya, ini baru hari pertama. Baru hari pertama dan gue sudah merasa lelah – semester macam apa lagi yang bakal gue jalanin enam bulan kedepan?

Masuk  jam tujuh, pulang habis maghrib. Sebenernya praktikum Orto II selesai jam empat, hanya saja gue memutuskan untuk meneruskan praktikum yang belum selesai biar nantinya gue nggak males-malesan doang di kosan. Mumpung masih rajin. Beberapa temen gue juga memutuskan hal yang sama, jadi, disanalah kami rame-rame, meneruskan praktikum.
Continue reading First Day

Rabu, 18 Juli 2012

Minggu, 01 Juli 2012

, , ,

Know Every Particular Object


Buat pembaca blog gue yang satunya, pasti pernah baca postingan gue yang berjudul sama kayak postingan gue kali ini. Hanya saja, postingan gue di blog yang satu lagi adalah cerita bersambung, berbeda dengan postingan gue di blog yang ini.

Setengah dua siang di hari Minggu yang cerah, agak panas di luar sana. Gue sempet niat mau nyuci, tetapi kemalasan mengalahkan gue. Akhirnya gue berdiam di kamar yang adem meski tanpa kipas angin, kipas angin gue udah beberapa bulan ini rusak. Lagi ngedengerin lagunya LeeSSang yang judulnya Turned Off The TV.

Nih, kalo elo bosen sama boygroup atau girlgroup Korea, dengerin LeeSSang, atau Nell, atau Mighty Mouth aja. Oke-oke juga kok lagunya. Korea nggak cuma punya boygroup dan girlgroup. Grup-grup hip hop-nya juga kece. Gue juga lagi suka banget lagunya Nell yang baru-baru ini, judulnya The Day Before. Coba deh cari di YouTube. 

Balik ke judul gue, know every particular object alias kepo. Gue nggak inget menemukan kepanjangan dari satu kata yang lagi nge-trend itu dimana.  Tapi nggak penting lah ya. Hampir semua orang juga udah tahu. Kepo = mau tahu.

Lo suka kepo nggak?

Gue, jujur, enggak. Akhir-akhir ini, gue merasa ada yang ganjil di hati gue kalo gue membuka profil salah satu orang yang gue pengen kepoin, membaca wall-nya di Facebook, melihat info-nya, membuka albumnya. Atau membuka timeline twitter-nya. Gue nggak tau, gue ngerasa nggak enak. Risih. Rasanya kayak membaca sesuatu yang kita nggak boleh tahu.

Padahal, ya sudah jelas, itu social media, semua orang bisa aja ngeliat. Tapi gue sendiri entah kenapa ngerasa aneh.

PENGECUALIAN BUAT IDOLS, YA... TENTU SAJA.

Gue baru nyadar hal itu akhir-akhir ini. Gue membuka profil seseorang dari masa lalu gue, cowok, membaca update statusnya, melihat gimana keadaannya sekarang, dan entah kenapa gue ngerasa nyesek. Bukan karena dia ternyata udah punya pacar, atau banyak temen-temen ceweknya, bukan. Tapi gue merasa udah masuk terlalu jauh di yang rumah harusnya gue tidak masuki. Seperti memasuki rumah orang tanpa izin.

Dan akhirnya, gue udah sama sekali nggak tertarik untuk membuka profil orang-orang, bahkan temen-temen gue sendiri.

Kenapa ya?

Apa karena gue bukanlah siapa-siapa lagi. Gue merasa bukan siapa-siapanya mereka, dan mereka juga bukan siapa-siapanya gue.

Tapi, bukankah justru kebanyakan orang yang kepo berawal dari bukan siapa-siapa?

Heran gue...

Mungkin karena dulu gue udah sering kepo, dan lebih sering mendapatkan berita buruk daripada berita baik buat gue. Lebih sering menyebabkan hati gue sakit, daripada membuat hati gue berbunga-bunga. Maka mungkin hati gue keinget lagi sama waktu-waktu itu, dan kemudian mengatakan jangan waktu gue mau melakukan hal yang sama.

Atau, kondisi lingkungan sekitar yang nggak memungkinkan untuk gue ngepoin seseorang. Gue ngenet di selasar perpus, misalnya. Dengan orang-orang yang berlalu-lalang di belakang gue, gue takut untuk membuka salah satu profil temen gue. Ketakutan yang kemudian berkembang menjadi ketidakpedulian. Tidak peduli terhadap orang yang gue penasaran-in, maksudnya.

Tetapi ketidakpedulian gue terhadap berita tidak sebatas di social media saja. Di dunia nyata pun, gue bukan orang yang tertarik mendengar cerita-cerita temen gue yang seru tentang siapanya-siapa yang ngapain siapa. Misalnya nih ya, dua temen di sebelah gue lagi cerita seru tentang apa, atau siapa, yang gak gue kenal. Orang lain, temen gue yang lain, yang kepo, bakal tanya-tanya ke dua orang itu, tanyain siapa, tanyain apa, sampe temen gue yang lain itu tahu jelas cerita keseluruhannya.

Dan gue sendiri? Nggak peduli, dan melakukan apa yang harusnya gue lakukan saat itu. Misalnya pas kuliah, gue akan mendengarkan dosen, atau mencoret-coret kertas gue dengan L banyak-banyak, atau menulis apapun yang ada di pikiran gue. Kalo waktu itu lagi di kantin, gue akan melanjutkan makan gue dengan tenang dan mengacuhkan ketiga teman gue yang lagi bercerita.

Tingkat penasaran gue sudah mencapai titik jenuh, sehingga ketika ada cerita yang harusnya membuat orang penasaran, gue tidak akan bereaksi apa-apa. Atau, gue sudah mencapai titik dimana gue nggak bisa terlalu penasaran tentang sesuatu lagi.

Pernah, dua temen gue lagi cerita tentang konser gitu, kayaknya, yang gue nggak tertarik mendengarkannya atau ikut nyambung obrolan mereka, kemudian muncullah temen gue yang satu lagi, langsung bertanya, ‘apa, apa? Apaan sih?’ dengan annoying menurut gue, kemudian temen gue yang  lagi cerita terpaksa nyeritain ulang ke temen gue yang satu lagi.

Atau, dua temen gue lagi cerita tentang seseorang, terus temen gue yang satu lagi langsung nanya ‘siapa sih?’ dan ketika dua temen gue tidak memberitahunya, temen gue itu tetep mendesak nanya-nanya siapa seseorang yang dibicarain waktu itu.

Aduh. You don’t have to know EVERY SINGLE THING, you know.

Because I find that will be very annoying.

Kepo itu kalo ada manfaatnya saja lah. Manfaat buat dirimu sendiri.

Seperti yang udah gue bilang di postingan gue kemarin-kemarin... gue udah berhenti stalking orang yang gue suka, orang yang suka dia, orang yang dia suka, atau temen-temen yang lain. Kepo bukan cara gue lagi. Daripada ngurusin urusan orang lain, urus diri sendiri dulu yang belum keurus. Itu kamar masih berantakan, kertas-kertas DSC bertebaran.

You don’t have to know every particular object.

...unless you are a FANGIRL.

Lo fangirl? Maka sah-sah saja stalking idola lo.

Hidup fangirl!
Viva kouhai!
Hoobae jjang!
Yojeum daesae, INFINITE! Muhan maeryuk INFINITE!
INFINITE, manse! INFINITE, manse! INFINITE, manse!
KIM MYUNGSOO, MANSE!

14:19
Minggu, 01 Juli 2012
P.S.: gue lagi suka banget performance special stage-nya Infinite sama Teen Top, The Chaser + To You. Dan gue nggak berhenti senyum nontoninnya. 
Continue reading Know Every Particular Object

Kamis, 28 Juni 2012

, , , , , ,

Look. Stare. Think. Dream. Stalk.


Sebelum baca DSC Prosto tadi gue sempet-sempetin nonton video performance-nya Infinite yang lagi promosiin mini album ketiganya mereka, INFINITIZE dengan lagu andalan The Chaser. Gue suka banget lagu ini. Nggak ngerti lagi deh kenapa. Alasan pertama adalah karena gue Inspirit, jelas. Alasan lain karena gue menyukai mereka apa adanya. Bukan ada apa-apanya.

Infinite itu tujuh cowok, seven brothers though they are not blood-related each other. Dikenal dengan 99,9% synchronization karena mereka kompak banget kalo nge-dance, sooo in sync. Coba aja lo liat MV debut mereka Comeback Again (Dashi Dorawa). Tapi jangan sampe lo suka sama cowok yang bertopi ijo ya, jangan sampe.

Itu cowok gue.

Hahahaha.

Namanya Kim Myungsoo dengan stage name L, dan gue sama dia sama-sama 92line (sama-sama lahir tahun 1992), dan sama-sama lahir di bulan Maret. Dan dia super ganteng. Tambah jadi cowok banget di mini album ketiga ini.

Tapi gue tidak akan menceritakan Kim Myungsoo alias L.

Gue akan menceritakan jatuh-bangun gue suka sama nih cowok sampe nangis-nangis dan segala macem.

Gue seorang fangirl, dan Kim Myungsoo adalah bias gue.

Gue follow dia di twitter, gue selalu update foto-foto terbaru dia, dan gue hampir selalu ngeRT twit yang dia update. Oh, dan gue hampir selalu ngetwit romantis ke L, semacam ini:
‘@INFINITELKIM I’m having an exam today, please wish me luck~ ^^ and I hope the best for you today too ^^’

Oke gue tau itu nggak ada romantis-romantisnya. Tapi gue suka ngetwit nggak jelas ke dia. Nggak tau deh dia baca atau enggak.

Kondisi ini adalah wajar untuk seorang fangirl. Tweeting, but unsure if bias read it. We’ll be very envious to fangirl whom her tweet is being replied by her bias. Really.

Menjadi fangirl berarti mencintai orang yang tidak mengenal kita.

INFINITE memang sangat mencintai Inspirit, fans-nya. Gue tau itu. Mereka bener-bener mikirin Inspirit, sering ngegombalin juga malah. Atau fan service pas konser, dengan cara (ehm) menunjukkan abs atau lain-lain deh. Atau took a selca (self camera) with fan’s camera (ENVY!). Atau saling meluapkan rasa sayang ke member lain yang bikin para Inspirit teriak-teriak histeris.

Ini bikin gue makin cinta sama mereka.

L pernah bilang di suatu talk show kalo dia lagi pacaran. Gue melongo bentar, tapi ga ada debaran-debaran kesal atau apa. Gue malah mikir, “ah, anak ini mau go public tentang hubungan kita?”

Bodoh ya gue. Hahahahahaha.

Begitu MC-nya nanya siapa cewek itu...

L bilang...

...namanya Inspirit.

Hal-hal semacam ini lebih sering dikatakan oleh Woohyun selaku mood-maker grup dan in charge of exposure. Woohyun juga sering banget ngasih aegyo (act cute!) ke Inspirit.

Ah, gue suka banget sama mereka. Apalagi kalo nonton video performance mereka di acara-acara musik macam Inkigayo, Music Bank, M!Countdown, dan Music Core. Tatapan L yang ketangkep kamera biasanya bikin gue melting dan menahan napas, serta menyunggingkan senyum di bibir gue. Bahagia.

Tapi nggak ada yang lebih membahagiakan daripada menonton performance mereka di luar negeri kayak Jepang, Hong Kong, atau Singapore, dan mendengar teriakan-teriakan dari fans yang membludak. Teriakan-teriakan fanchant yang senantiasa muncul tiap mereka menyanyikan lagu mereka. Entah kenapa gue ngerasa bangga sama mereka. Terus gue bakal teriak-teriak tanpa suara di kamar gue, neriakin fanchant atau jerit-jerit kesenengan, juga tanpa suara. Gue nggak bisa jerit-jerit di kamar, kan. Kadang gue nggak sadar mata gue menghangat, kemudian setitik air jatuh, karena gue terharu.

But seriously, being fangirl is tiring.

Sama aja kayak mencintai orang yang kita tahu nggak bakal pernah dateng ke kita. Orang yang terlalu tinggi, terlalu jauh, sampe kita nggak  bisa mencapainya.

Gue selalu jatuh cinta dengan keadaan seperti ini.

Seperti sekarang.

Fangirl nggak jauh beda kayak jatuh cinta selayaknya. Pertama kali gue melihat sosok itu, sosok yang charming itu, mata gue ga bisa melepaskan pandangan gue ke dia. Gue jadi staring dia terus-terusan tanpa sadar. Tiap ada kesempatan pasti gue melirik ke dia.

Kayak L, tiap performance, meski kameranya lagi nge-shoot member lain, gue nggak bisa nggak mencari L. My eyes are both L-focused.  

Di waktu luang juga gue nggak bisa nggak mikirin L (atau dia). Kalo gue bosen di kelas, pasti gue bakal nyoret-nyoret kertas dengan nama L, atau Kim Myungsoo, dalam versi latin maupun hangul. Atau gue ngegambar lambang Infinite banyak-banyak. Kemudian menyesal sendiri karena gue udah menghabis-habiskan kertas yang harusnya gue pake buat nyatet kuliah.

Saking seringnya gue mikirin dia, sampe-sampe kebawa mimpi. Serius ini, gue pernah mimpiin dia, mimpinya absurd banget. Yah, selayaknya mimpi. Dia ngomong sama gue, dan gue ngomong sama dia, kita ketawa, bercanda. Semua ini absurd karena tidak sesuai dengan kehidupan nyata. Meskipun begitu, gue seneng banget pas bangun, dan langsung mencatatnya di Jurnal Mimpi gue.

Tiap gue lagi ngenet, pasti gue bakal buka fanbase-fanbase dan nyari-nyari foto terbarunya L. Gue sampe buka-buka blog, tumblr, dan menemukan foto-foto kinclongnya L. Yang menatap kamera dengan tatapan tajam. Suka nggak kuat gue, terus gue tutup gambarnya dan senyum-senyum sendiri. Yang pasti gue nggak bisa ngelakuin ini di tempat umum. Misalnya di selasar perpus, gitu. Hahahaha.

Fakta-fakta tertentu tentang L dan member Infinite yang lain juga hampir semuanya gue hapal. Tentu ini merupakan hasil dari stalking gue buka-buka twit fanbase, yang akhirnya membawa gue ke sebuah blog yang berisi fakta-fakta member Infinite.

Stalking adalah cara terbaik untuk fangirl mengetahui kehidupan biasnya.

Gue bukan stalker. Gue hanya mencari informasi.

Istilah lainnya kepo, deh. Kalo kepo gue bakal buka timeline-nya, dan membaca twit-twitnya. Dia jarang banget ngetwit, dan sekalinya ngetwit, pas gue lagi nggak online. Sering banget kayak gitu. Nggak jodoh kali ya. Emang sih.

Semoga aja gue sama L jodoh. L kan mikirin gue (baca: Inspirit) banget.

Begitulah jatuh bangun gue bisa naksir setengah hidup sama Kim Myungsoo. Start from looking, staring, thinking, then dreaming, then stalking.

Tapi khusus buat yang satu itu, gue udah memutuskan untuk berhenti. From now on, I will stop looking, staring, thinking, dreaming, and stalking about him.

Gue bakal selalu cemburu ngeliat dia barengan cewek lain, seperti misalnya Myungsoo syuting drama sama aktris, atau ngobrol sama cewek dari girl group. Gue bakal langsung membenci aktris itu, dan membenci girl group yang deket-deket sama bias gue. Kalo harus nonton dramanya Myungsoo (yang belum gue tonton sampe sekarang) gue nggak akan bisa tahan kalo ada adegan kissing L sama cewek lain... gue pasti nangis.

Menyedihkan emang.

Ah, barusan rahang kanan gue sakit banget, nyut-nyutan. Gue mengira ini adalah salah satu efek kemunculan M3 (gigi geraham bungsu!) gue yang tumbuh ke samping, bukan melebar lho, tapi tumbuhnya ke samping, jadi dia nabrak gigi di sebelahnya. Itu sakit banget.

Atau ini TMJ gue yang sakit?

TMJ adalah sendi temporomandibular (TemporoMandibular Joint) yang menghubungkan rahang atas dan rahang bawah, dan menggerakkannya hingga kita bisa ngunyah-ngunyah kesana kemari, maju-mundurin rahang, dan muter-muter nggak keruan. Disebut temporomandibular karena menghubungkan tulang temporal (pelipis) dan mandibula (rahang bawah). Temporal + mandibula = temporomandibular.

Dentin + enamel = dentinoenamel.

Gampang kan. Hahahaha.

Udah ah, gue mau belajar Prosto dulu, besok Jum’at adalah ujian terakhir di minggu ini. Habis ujian Prosto gue bakal fangirling lagi seperti biasa. Mungkin mencari dan menyimpan beberapa foto baru Myungsoo dan kawan-kawan.

Ciao!

19:53
Kamis, 28 Juni 2012
Continue reading Look. Stare. Think. Dream. Stalk.
, , , , , ,

UAS, Temen-Temen, dan Cappuccino


Seperti yang udah gue ramalkan sebelumnya, ujian Patologi Klinik tadi pagi emang studi kasus. Seorang wanita (umur disamarkan) datang ke RSGM, mengeluhkan sakit pada giginya... trombosit sekian, leukosit sekian... PPT dan TT normal... dan sebagainya. Lagi-lagi gue ternganga sebentar waktu buka lembaran soal. Untung soalnya cuma 60 menit dan dengan pilihan jawaban ABCDE atau 1234 (inget kan? 1,2,3 benar A; 1,3 benar B; dan seterusnya) tanpa essay. Kalo sampe ujian ini essay... gue beneran pasrah.

Tapi gue emang pasrah di enam nomer terakhir. Kira-kira tiga puluh menit pertama lembar jawaban gue baru keisi nggak  nyampe separuh jumlah soal. Gue bengong, ngeliatin tiga semut yang merayap di kursi temen di depan gue, mikir kemana-mana.

Gue juga mikir-mikir reaksi temen-temen gue yang bakalan muncul pas UAS.

Pagi-pagi nih. Sejam sebelum UAS. “Aduh... gimana nih... aku nggak belajar, tadi malem ketiduran...” Dengan suara yang memelas, dan ekspresi lelah.

Ini bohong.

Kemudian, lima menit setelah keluar dari ruang ujian. ”Tadi bisa nggak? Aku nggak bisa nih, ngasal aja tadi jawabnya... pasrah lah...” Dengan wajah yang geli dan pasrah.

Ini juga bohong.

Karena, berdasarkan pengamatan gue, orang yang bener-bener nggak belajar di malem sebelum ujian, nggak akan koar-koar bilang ke semua orang kalo dia nggak belajar.

Dan juga, 50% lebih orang yang bilang nggak bisa pas ujian, dapet nilai A atau B nangkring di portal akademik.

Begitulah.

Temen-temen gue kalo mau UAS, UTS, atau responsi gitu, bakal belajar bareng di suatu tempat entah-dimana. Gue, kalo mau UAS, UTS, atau responsi, bakal belajar sendiri di kamar gue, dengerin Infinite, dan kalo bosen, berhenti belajar, terus nonton variety show. Kalo batre laptop gue abis, gue biarin sambil dicas, dan gue belajar lagi. Kali ini sambil dengerin radio.

Coba kalo gue belajar bareng-bareng. Mana bisa gue pas bosen nonton Running Man dulu? Yang ada gue melongo, terdiam, dan ngerasa bodoh banget sementara yang lain berdebat tentang bedanya anemia defisiensi besi sama anemia defisiensi B12.

Gue orangnya nggak bisa belajar sama-sama orang. Apalagi kalo orang yang belajar bareng gue adalah orang yang sudah tahu segalanya dan kemudian mengajari dengan sikap sok tahu ke orang lain. Gue bakal nyari orang yang bisa mengajari atau memberitahu dengan cara yang lebih layak. Layak, tidak terkesan sok tahu, tetapi memberi tahu.

Bukan berarti temen-temen gue kayak gitu semua, enggak. Temen-temen gue baik kok. Hanya saja gue nggak seneng sama cara belajar yang kayak gitu. Rame-rame dan bareng-bareng.

Gue adalah tipe orang yang membaca cepat. DSC yang penuh slide kotak-kotak dari dosen, gue baca sekadarnya. Kemudian gue beralih ke soal-soal. Gue balik-balik DSC lagi, nyari jawaban, dan ngisi soal. Besoknya, pas mau ujian, baru gue nanya temen gue yang baik hati tentang hal-hal yang nggak gue ngerti.
Emang nggak efektif sih, tapi mau gimana lagi. Gue sendiri udah nggak efektif dari awal kuliah, dengan cara tidak mendengarkan dosen ketika beliau bercerita di depan kelas.

Besok adalah ujian Prostodonsia. Just saying.

Tadi habis ujian PK, gue sama seorang temen gue yang cantik berjilbab makan di kantin fakultas sebelah, cerita-cerita. Cerita standar cewek. Tapi gue ngerasa udah lama banget nggak cerita-cerita bebas kayak gitu ke temen-temen gue. Gue terlalu lama sendirian sampe-sampe nggak punya cerita apapun buat diceritain ke temen-temen gue, yang rasanya mereka selalu punya cerita.

Gue jadi pendiem lagi. Irit banget kalo mau ngomong. Seperlunya aja. Kalo temen-temen gue yang bergeng-geng itu bakal rame-rame di kantin, gue yang ada diantara mereka cuma diem, ketawa, senyum, kalo ada sesuatu yang lucu tentunya. Temen-temen gue hampir semuanya geng-geng-an, tapi semuanya membaur kok. Kompak kayak anak SMA.

Gue hanya nggak mau terlalu terikat lagi sama orang-orang, dan membiarkan kebebasan gue sendiri seperti ini. Resikonya adalah gue nggak lagi punya orang-orang yang teramat sangat dekat, dan gue jadi jarang nge-mall. Bagus juga sih, gue bisa berhemat untuk kemudian dibelanjakan di Gramedia atau Togamas terdekat.
Dulu kalo gue galau pasti nyeduh cappuccino instan. Nggak tahu kenapa, seneng aja sama cappuccino. Busanya lucu.

Oke, gue bahkan nggak ngerti kenapa gue bisa bilang busanya cappuccino itu lucu.

Tapi rasanya tiap abis minum cappuccino anget itu gue bisa bahagia lagi. Mood gue langsung naik. Efek placebo mungkin ya. Sugesti. Nggak papalah.

Sekarang stok cappuccino gue ada sekotak isi 4, dan ini bener-bener kotak cappuccino pertama yang gue beli sejak awal semester 4. Gue nggak pernah beli cappuccino kalo gue nggak bener-bener galau. Otak gue sudah tersugesti dengan ‘lo-lagi-galau-kan-beli-cappuccino-sana’. Cuma kalo lagi galau baru gue minum cappuccino.

Kemarin gue nyeduh cappuccino pas Minggu malem mau ujian Farmako besok Seninnya. Gue langsung nggak bisa tidur semaleman, cuma bisa guling-guling dan frustasi. Sejak saat itu gue mikir, nggak mau minum cappuccino kalo malem dan besoknya ujian pagi. Sumpah.

Apapun itu, gue tetep suka cappuccino.

Oh iya, ngomong-ngomong, ini malem Jum’at ya? Biasanya suka ada cerita-cerita horor di twitter tiap malem Jum’at, dan gue bakal spamming twitter dengan ‘ADUHHH JANGAN CERITA HOROR DOONGG’ tapi nyatanya juga gue malah buka timeline akun yang ngetwit horor dan baca ceritanya, meski setelah itu gue nyesel sendiri karena kebayang-bayang pas mau tidur.

Gue masih males nyentuh DSC Prosto.

13:05
Kamis, 28 Juni 2012
Continue reading UAS, Temen-Temen, dan Cappuccino

Rabu, 27 Juni 2012

, , , ,

Setitik Awan Kecil Di Langit


Udah lama banget nggak dengerin lagu Ello yang ada liriknya kayak judul postingan gue kali ini. Gue sengaja aja milih judul itu. Lagi mikir-mikir tentang hidup, dan akhirnya gue nemu satu lirik yang pas.

Gue invisible sekarang. Nggak sampe setahun yang lalu, gue masih bisa cuap-cuap kalap di twitter, ngegalauin apa aja, dan dicap sama temen-temen gue sebagai cewek galau.

Sekarang gue kalo mau ngetwit bahkan harus mikir dulu.

Yah, sebagian besar alasan gue kalo mau ngetwit harus mikir dulu itu adalah, karena modem gue rusak, jadi gue jarang online malem-malem lagi sekarang. Ngetwit pake handphone, mikir-mikir pulsa. Begitulah.

Dulu mention gue ga pernah sepi dari twit-twit konyol temen-temen gue. Sekarang kalo gue mau di-mention, gue harus mention orang yang gue pengenin dulu.

Gue menghilang dari twitter, menghilang dari Facebook, nggak pernah main Coco Girl lagi, dan beralih ke Sally’s Spa yang ada di hard disk eksternal gue. Gue jauh-jauh dari social media, dan di kehidupan nyata pun gue juga jauh dari dunia sosial gue.

Ansos. Itu gue kalo di kosan. Di kosan gue sekarang gue cuma kenal enam orang penghuni kamar-kamar di lantai bawah – kamarnya cuma tujuh, termasuk kamar gue yang nyempil di tengah-tengah. Kamar yang kalo malam minggu lampunya nyala sendiri. Hahaha. Ngenes ngenes deh.

Banyak hal-hal yang berubah dalam hidup gue.

Terutama gue sendiri, yang berubah karena satu dan satu-satunya hal itu. Nggak perlu lah gue koar-koar disini mengenai kejadian apa yang ngubah gue jadi kayak gini. Ngubah gue jadi ansos, jadi invisible, tapi juga menuju independen. Karena gue berusaha sebisa mungkin biar ga perlu ngerepotin orang, biar ga perlu minta tolong orang, dan ga perlu tergantung sama orang lagi.

Sisi negatifnya adalah gue sekarang memandang hidup gue dengan sinis. Ngerasa paling tahu, paling sok tahu, tentang kehidupan.

Oke, yang barusan itu mesti diralat.

Ngerasa paling tahu, paling sok tahu, tentang kehidupan gue.

Gue sekarang seneng banget dateng ke kampus pagi-pagi, jajan di waserba, makan sosis solo sama arem-arem di depan perpus, terus ke selasar perpus, ngebuka laptop gue, dan menggunakan wifi sebaik mungkin. Sambil dengerin musik. Donlot video-video Korea.

Ajaibnya gue asik-asik aja. Gue seneng-seneng aja. Gue baik-baik aja sendirian begitu, tanpa-teman, tanpa orang yang menemani, maksudnya. Nggak tahu kenapa.

Gue juga nggak perlu harus duduk di samping orang yang sama setiap hari waktu kuliah – you know what I mean. Gue bisa bebas mau duduk dimana aja. Kemudian ntar minta orang duduk di samping gue.

Sisi negatif lain dari kehidupan gue yang sendiri-tapi-asik-asik-aja ini adalah gue jadi terkesan egois dan 
nggak kelihatan sama orang-orang di sekitar gue. Mungkin karena emang ada dinding nggak kelihatan yang membentengi diri gue dari penglihatan orang-orang, gue ga tau. Tapi bukan sekali dua kali orang-orang yang gue kenal, ngelewatin gue yang lagi duduk sendiri tanpa nyapa atau negur gue sama sekali. Bahkan ketika gue nggak lagi pake earphone.

Yang ini, gue juga nggak tahu kenapa.

Tapi yang jelas perubahan-perubahan ini gue syukurin dalam hati. Gue nggak lagi cewek yang galauan, nggak lagi cewek yang cengeng, dan bukan lagi cewek yang pasang tulisan di mading tentang cowok yang gue suka dan namanya terpampang jelas di akhir tulisan gue.

Yang terakhir cuma idiom. Buat lucu-lucuan.

Gue juga dengan berbangga hati memproklamirkan diri gue sebagai fangirl. Alias korean-lover. Kpopers. Apalah sebutannya sekarang. Gue lagi suka-sukanya (suka BANGET) sama boy group Korea yang namanya Infinite. Tapi selain itu gue juga suka SHINee.

Satu yang gue pertanyakan adalah orang-orang non-fangirl sering banget mem-bash idol-idol gue. Atau apapun tentang lagu-lagu Korea. Cowok yang cantik, lah. Bahasa yang nggak bisa didengar jelas, lah. Apapun.

Gue ngerasa (selayaknya fangirl, ya) sakit banget digituin.

Belum lagi omongan-omongan yang bilang ‘masih banyak lagu Indonesia yang bagus-bagus! Jangan cuma dengerin Kpop lah!’ atau ‘cintai produk dalam negeri...’.

Gue bukannya nggak cinta Indonesia cuma gara-gara gue dengerin KPOP dan cuma update hal-hal begituan.

Karena gue cuma punya internet. Gue nggak punya tivi, gue nggak bisa nonton acara musik tiap hari jam sembilan pagi, gue nggak bisa nonton Spongebob, gue dengerin radio cuma kalo gue bosen, dan gue jarang bosen, karena kalo gue bosen pasti gue nonton Running Man. Nontonin video-video reality show, variety show, grup-grup Korea favorit gue yang gue donlot dengan sabar.

Korea-Koreaan adalah cara gue menghibur diri gue sendiri. Internet adalah jalan gue mendapatkan hiburan jenis itu. Fangirling adalah sebutannya.

Kalo ada yang bilang gue nggak cinta Indonesia, kenapa gue masih nangis waktu baca novel 2-nya Mas Donny Dhirgantoro? Kenapa gue masih nangis waktu baca novel 5cm? Tepat di bab upacara di Mahameru? Kenapa gue masih nyesel Thomas dan Uber nggak bisa direbut Indonesia lagi? Kenapa gue iri banget sama temen gue yang bisa foto bareng Taufik Hidayat? Kenapa gue masih aja ngincer novel-novel dan buku-buku karya penulis dalam negeri?

Itu karena gue memuja mereka. Oke, memuja kayaknya bukan kata yang tepat, tapi lo tau kan maksud gue.
Toh bahasa gue sehari-hari juga masih Indonesia sama Jawa. Gue nggak akan tiba-tiba bicara bahasa Korea dengan lancar dalam hidup gue, dan nggak fasih lagi ngomong Indonesia. Bahasa Inggris aja gue lupa-lupa inget.

Dulu, gue bisa dengan senang membaca C ‘n S, majalah berbahasa Inggris yang gue dapetin secara berkala dari tempat les gue, LBPP LIA Pekanbaru. Semua rubrik gue baca ampe abis. Dulu, gue seneng banget lulus LIA dengan pujian ‘saya suka pronounciation kamu’ dari guru LIA gue yang ganteng.

Sekarang, gue ngeliat judul jurnal buat ngerjain laporan aja males. Nggak usah jurnal, deh... slide dosen yang Bahasa Inggris juga gue susah payah bacanya.

Nggak nyambung dari cerita gue tentang Bahasa Inggris, gue kehilangan karakter ‘cewek-galau-yang-tiap-malem-ngegalau-di-twitter-dan-nge-RT-twit-twit-galau-dari-akun-akun-galau’ itu karena gue menghilang dari twitter sejak modem gue rusak, dan karena gue membiarkan diri gue sendirian. Dan akhirnya gue keasyikan sendirian sampe-sampe nggak peduli sama orang lain lagi.

Karakter gue sekarang adalah ‘cewek-yang-suka-Korea-Koreaan-yang-kalo-nge-twit-spamming-dengan-berita-berita-Korea-Koreaan’. Mungkin ini karena gue juga salah satu fangirl yang terang-terangan fangirl. Temen-temen fangirl gue yang lain nggak keliatan kalo fangirl, dan mereka eksis. Nggak kayak gue yang jadi setitik awan kecil di langit.

Gue sebenernya seneng sendirian. Gue nggak akan dicampurin lagi urusannya sama orang-orang lain, dan gue nggak perlu ikut campur lagi urusan orang-orang lain. Gue cuma nggak mau terikat. Lagi.

Besok adalah ujian Patologi Klinik yang sksnya 3 dan bahannya banyak. Nggak usah tanya-tanya kenapa kampus gue masih pake sks, sekarang kampus gue pake sistem SCL kok. Student Centered Learning, kalo gue nggak salah nginget kepanjangannya. PBL, alias Problem Based Learning, atau sistem yang menggunakan blok, adalah salah satu sistem SCL. Jadi, sama aja, kan?

Ngomong-ngomong PBL, kayaknya ujian Bedah Mulut tadi siang berbasis sistem itu tuh. Jadi gue (dan temen-temen seangkatan gue yang ikut ujian) dikasih soal ujian, dan sepuluh nomer pertama soalnya macam ‘seorang wanita berusia sekian tahun datang ke RSGM dengan keluhan bla-bla-bla, tekanan darah sekian, merasa cemas, gigi 46 terdapat kavitas...’ itu, dan dibawahnya ada tiga soal (atau lebih) terkait kasus di atas. Diagnosa penyakit, obat yang harus dikasih ke wanita sekian tahun, dan tindakan apa yang harus dilakukan terhadap si gigi yang sakit.

Begitu gue buka lembar soalnya, gue langsung mikir, “WUAH,” dan gue bener-bener ternganga selama tiga-lima detik.

Gue cuma bisa berharap soal ujian Patologi Kliniknya besok singkat-singkat. Gue ngediagnosa si wanita sekian tahun yang datang ke RSGM karena giginya sakit aja bingung, gimana kalo si wanita sekian tahun hemoglobinnya turun, trombosit naik, atau apa. Gue akan langsung rujuk wanita sekian tahun tersebut ke rumah sakit terdekat.

Ya enggak lah.

Mungkin udah saatnya gue akhiri postingan gue yang nyindir banyak orang gini. Gue minta maaf kalau merasa tersinggung, gue cuma mau menyatakan pendapat gue. Ini masih termasuk HAM, kan?

Gue mau nonton Infinite’s Ranking King episode 5 sebentar, terus kayaknya gue bakal buka DSC Patologi Klinik. Belum ada rencana makan, meski perut gue udah agak kosong.

Oh iya.

Tentang gue, gue sebenernya nggak selalu sendirian.

Ada temen gue yang setia.

Dan gue cukup bahagia bisa berteman dengan dia.

17:04
Rabu, 27 Juni 2012

n.b.: perubahan lain yang terjadi dalam hidup gue adalah: gue menggunakan kata ‘gue’ sebagai kata ganti orang pertama.
Continue reading Setitik Awan Kecil Di Langit