Tampilkan postingan dengan label curhat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label curhat. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 Juli 2020

, ,

Renungan Petang Hari

Kangen deh sayang sama orang sampe jadi alasan buat bangun tiap hari, kalo ketemu di kampus senyum-senyum sendiri, malemnya kepikiran sampe kebawa mimpi.

Dulu kalo penasaran sama orang, keponya udah ngalahin agen FBI, segala facebook twitter temen-temennya dikepoin buat tau dia orangnya kayak gimana.

Sekarang udah lupa rasanya sayang sama orang lain.

Gimana sih rasanya rela berkorban buat orang lain yang kamu sayang? Nggak cuma korban materi tapi juga waktu dan perasaan. Kayak... perasaanmu itu nomor dua, yang penting dia bahagia dulu?

Atau... kalau dia bahagia, aku juga bahagia?

Dulu rasanya bullshit banget perkataan kayak gini, tapi makin lama, makin kesini, makin mikir, mungkin memang dia pantes ngedapetin yang lebih baik dari aku.

Mungkin... waktu itu aku sudah berkorban terlalu banyak sampai lupa sama kebahagiaan sendiri? Salah sih, waktu itu milih ‘lanjut’ dengan alasan ‘dia’ padahal dia juga bukan siapa-siapa, cuma sekedar orang yang aku sayang. Masalahnya dia sayang balik juga engga.

Apa gara-gara itu ya... sekarang jadi lebih antipati, lebih hati-hati? Lebih... menutup diri dan menutup hati, karena sudah pernah patah hati.

Tapi toh... dia juga ‘jadi’nya sama orang lain, doinya juga ‘jadi’nya sama orang lain... terus aku dulu berkorban buat siapa, dong?

Dulu aku mungkin orang paling ‘terbuka’ se-jurusan, se-fakultas mungkin? Apa-apa ngetwit galau, dikit-dikit ngeritwit akun galau-galauan. Sampe pernah di-mention indirek sama temen lama.

Katanya “tik, berhenti lah galau-galau tu, hidup nggak cuma masalah cinta-cintaan”.

Aku sih cuma ketawa aja ya. Masih enjoy sama hidup. Toh dunia nyataku juga baik-baik aja.

Iya, dulu...

...sebelum negara api menyerang.

Setelah kejadian itu, rasanya jadi males deket-deket sama orang lain. Ada ‘rencana’ suka sama orang, tau-tau dia jadian sama orang lain.

Yang terakhir ini kepikiran sampe sekarang, apakah bener cuma pelarian, apa beneran suka, apa cuma gara-gara dia agak cakep.

Poinnya adalah aku udah lupa rasanya “suka beneran” yang tulus sama orang lain.

Heran, padahal udah 9 tahun lewat. Kenapa jadinya kayak aku yang nggak bisa move on? Kenapa rasanya masih berat buat buka hati? Padahal dulu kecewa juga gara-gara kesalahan sendiri.

Salah, naruh harapan ke orang lain tanpa ada usaha dari diri sendiri.

Ah, atau gara-gara akunya juga kurang usaha?

Kadang iri sih sama orang yang bisa blak-blakan kalau dia lagi suka sama orang. Setidaknya pihak yang satunya bisa tahu duluan, terlepas dari dia suka balik atau engga.

Nah, dengan begitu kan dia udah tergolong ‘usaha’.

Sementara aku... cuma bisa suka diam-diam. Ngeliatin dari jauh. Ngobrol juga enggak.

Intinya adalah...

Kenapa hidupku jadi bertolak belakang gini, ya? Hahahaha...


Continue reading Renungan Petang Hari

Kamis, 14 Januari 2016

,

Tentang Pernikahan

Tempo hari teman saya menikah, beberapa bulan yang lalu teman saya menikah, beberapa tahun yang lalu juga teman saya menikah. Tahun depan juga kelihatannya banyak teman saya yang akan menikah. Mungkin pertanyaan selanjutnya: kapan kamu nikah? 

Saya pernah dapat pertanyaan dari ask.fm: 

What do you think about marriage?

Kala itu, saya menjawab: 

Sakral. Tidak sembarangan. Imagine living a life with a completely new person, his/her family, his/her brother and sister, grandpa and grandma, every single one in his/her family. You need to be accepted, he/she needs to be accepted. And you need money. Membangun rumah tangga perlu uang. Masa mau tinggal sama orang tua terus? Masa mau dibiayai orang tua terus? Plus, marriage is not only about love. It's about commitment. You have agreed to spend your live with him/her, no matter happens. So, yeah, I think marriage is complicated. But I want it.
Here's the link.

Begitulah. 
Ini baru tentang pernikahan, ya.
Belum tentang jodoh.

Saya terlalu sering naksir orang yang sudah punya orang lain (terikat, atau dalam suatu hubungan yang tidak bisa dijelaskan). Kadang saya sering sekali berpikir: bagaimana seandainya jika saya yang bertemu duluan dengan dia? Apakah saya yang akan terikat dengan dia? Akankah dia menjatuhkan pilihannya pada saya?

Lebih sering lagi saya berpikir: bagaimana kalau mereka bukan jodoh? Bagaimana kalau akhirnya putus? Bagaimana kalau dia akhirnya sama saya?

Ckck.

Pikiran yang kurang ajar memang, tapi itulah pikiran terjujur saya.
Continue reading Tentang Pernikahan
, ,

When We Get Married

Hey, when we get married, I think we should buy a microwave. I think it will come in handy especially when we make foods with eggs and bread.

Hey, when we get married, I think we should build a home library. I think I know where to keep our abundant amount of books!

Hey, when we get married, I think we should bike everyday to our workplaces. I think it is much better than to buy two cars.

Hey, when we get married, I think we should plant flowers in our backyard. I think flowery places will boost our mood up!

Hey, when we get married, I think we should never miss Sheila On 7 concert in our town. I think you will like it when we jump together in the crowd!

Hey, when we get married, I think we should spent our weekend with playing badminton. I think I will definitely come to your futsal practice, too.

We'll have good foods, laugh, and fun.

We'll have good talks about our past, present, and future.

And we will live our life the way we want to live our life.


-A-
Jogja, 28 Mei 2015

P.S. And I love you to the moon and back!
Continue reading When We Get Married

Rabu, 18 Maret 2015

, ,

Surat Terbuka

Kepada S.

Saya pikir, dengan adanya R, saya akan bisa melupakan kamu, melupakan fakta bahwa kamu adalah salah satu teman dekat saya, melupakan fakta bahwa saya menyukai kamu selama beberapa tahun terakhir. Tanpa peduli fakta bahwa kamu adalah seseorang yang memiliki orang lain yang menyukai kamu juga.

Saya pikir, dengan adanya R, akan membuat kamu menjauh dari kehidupan saya, akan membuat kamu tidak masuk-masuk lagi dalam rutinitas sehari-hari saya, akan membuat kamu diam saja disana bersama orang lain yang kamu miliki selama beberapa bulan terakhir.

Sudah begitu banyak kebetulan yang terjadi, S, kebetulan yang menyenangkan bagi saya, namun jika hal ini saya utarakan pada R, saya akan sangat berdosa karena telah membuat R bersedih hati. Saya akan tahu persis bagaimana perasaan R.

Sebab begitulah perasaan saya ketika kamu, S, menceritakan semua yang terjadi mengenai orang-orang yang dulu dekat denganmu. Bahkan mengenai orang yang sekarang memilikimu. Tidakkah kau berpikir sedikit saja tentang perasaanku?

Sungguh, saya ingin sekali rasanya meneriakimu, berhentilah membicarakan dia!

Sabar, kata otak saya begitu. Sabar. Agar saya bisa terlihat baik dimatamu, maka saya harus sabar.

Sampai kapan? tanya hati saya yang kesal.

Sakit, kan.

Saat kamu membicarakan orang-orang lain, dan meminta pendapat saya sebagai acuan pemikiran, saat itulah hati dan perasaan saya terluka. Akan tetapi apalah yang bisa saya perbuat?

Saya pikir, jantung saya sudah tidak lagi berdetak lebih cepat ketika saya melihat kamu dari kejauhan. Tidak berdetak lebih cepat lagi ketika saya bertemu kamu. Apalagi ketika kita berbicara.

Sayangnya, ya, sayangnya.

Semua itu hanya harapan kosong.

Saya masih berdetak cepat ketika melihat kamu dari kejauhan. Lebih cepat lagi ketika saya bertemu kamu. Apalagi ketika kita berbicara.

Suatu hal yang sangat membahagiakan bagi saya adalah ketika saya dan kamu bertatap muka, membicarakan hal-hal tidak penting, dan juga, membicarakan tentang masing-masing.

Saat mata kamu menatap mata saya ketika saya berbicara. Tanpa memalingkan muka, apalagi memotong pembicaraan. Hanya mendengarkan, dan menimpali.

Sayang sekali, kamu milik orang sekarang.

Saya juga sudah menjadi milik orang, sekarang.

Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain menyayangi orang yang mencintai saya sepenuh hati. Meskipun, jauh di dalam hati saya,

Saya masih menginginkan kamu.

Dari M.

Continue reading Surat Terbuka

Senin, 24 November 2014

, ,

Sebuah Kisah Klasik Tentang Cinta

Saya tak pernah merasa ingin jatuh cinta lagi. Rasanya saya nyaman-nyaman saja dengan keadaan seperti ini, tanpa perlu menghabiskan waktu berlama-lama menangis di depan laptop, atau di dalam bantal.
Karena, setelah mendapat teguran dari teman-teman saya, saya jadi sadar bahwa hidup saya tak melulu tentang cinta. Mungkin buat perempuan lain, iya, tapi, saya punya kehidupan normal di luar sana, atau bahkan, kehidupan virtual di imajinasi saya.
Yang, sebenarnya, tidak ada cinta pun, tak apa-apa.
Cinta yang saya maksud adalah tentang pasangan hidup. Tidak, bukan pacar. Tetapi pasangan hidup. Yang telah berkomitmen untuk hidup bersama.
Pemikiran mengenai cinta yang satu ini mulai merajalela di otak saya sejak saya tersadar dari jatuh cinta saya yang menyakitkan, dan teman-teman di kehidupan sosial saya yang sudah menemukan teman hidupnya untuk selamanya. Menikah, maksud saya.
Yang saya tahu setelah itu, cinta tidak sekedar sayang-sayangan atau papah-mamah-an sebelum menikah. Cinta itu tidak sekedar mengumbar perasaan di depan umum. Cinta itu tidak sekedar galau berkepanjangan setelah diputusin pacar. Cinta itu tidak sekedar duduk berdua dan merasa dunia milik berdua.
Cinta tidak sedangkal itu sampai dua orang yang sedang dipisahkan jarak dan waktu menjadi bosan satu sama lain. Cinta tidak sedangkal itu sampai dua orang yang belum menikah melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan.
Tidak sedangkal itu.
Jauh, jauh lebih dalam.
Kalau saja banyak yang mau menyelaminya.

* * *

Saya ini sebetulnya orang yang gampang jatuh cinta, apalagi kalau tampang orangnya mumpuni. Tanya saja teman-teman dekat saya, mereka pasti menyebutkan lebih dari satu orang kalau ditanya siapa orang yang sedang saya taksir. Naksir loh, ya, bukan jatuh cinta...
Orang yang saya taksir sih, banyak! Sebagian tersebar di kampus saya (hahaha).
Tapi saya yakin betul bahwa saya memang cuma naksir. Cuma “suka” dan “penasaran”. Tidak sampai nangis-nangis dan galau-galauan.
Karena saya tahu definisi cinta bagi saya adalah: mendoakan orang yang dicintai agar selalu bahagia dan diberi keselamatan. Mau caranya bagaimana kek, yang penting dia senang. Gitu aja. Hehehe.
Ada banyak cara yang dikasih Tuhan biar bahagia (salah satunya dengan mematuhi perintah-Nya, tentu saja), dan salah satu yang saya pilih adalah dengan melihat orang yang saya cintai bahagia. Bahagia dengan cara apa saja. Termasuk, bahagia dengan orang yang dikasihinya.
Realistis saja, saya sih capek memikirkan orang yang sudah punya pacar. Apalagi istri. Untungnya sih, saya tidak pernah jatuh cinta sama orang yang sudah punya istri.
Masa sih mau mendoakan mereka putus? Enggak kan. Rasa kemanusiaan saya masih ada.
Jadi, atas nama cinta, berbahagialah!

* * *

Cerita-cerita mengenai orang yang saya taksir, kalau diingat-ingat, rasanya kekanakan sekali. Cuma gara-gara melihat penampakannya dari kejauhan, hati ini rasanya langsung berhenti berdetak. Apalagi kalau sampai berpapasan.
Yang lebih parah lagi kalau dua pasang mata saling menangkap.
Duh, saya rasanya nggak bisa berhenti senyum sampai besoknya. Mood yang seharian berantakan bisa langsung naik cuma gara-gara hal sepele seperti ini.
Tapi justru hal-hal sepele seperti inilah yang saya rindukan waktu hati saya lagi kosong. Benar-benar, deh, kalau hati ini nggak ada yang ngisi, rasanya bete terus sepanjang hari. Fase kosong yang sudah saya lewati beberapa bulan yang lalu itu nggak pengen saya ulang lagi.
Saya memang bukan tipe orang penyuka pacaran, sebenarnya. Toh saya bisa hidup tanpa didampingi cowok sampai sekarang (kalo Bapak saya sih, pria, bukan cowok). Sampai sekarang saya juga belum merasakan rasanya “ingin didapatkan” atau “disukai”. Sampai sekarang saya hanya ingin merasakan rasanya “diperlakukan sebagai wanita” dan “dihormati sebagai wanita”.
Apakah untuk mendapatkan itu semua saya harus punya pacar dulu? Alangkah senangnya kalau tidak.
Orang-orang yang saya taksir, sayangnya, bukanlah teman saya. Benar, orang-orang ini bikin penasaran karena bagaimana caranya orang yang lahir 1-2 tahun setelah saya bisa se-gorgeous itu?
Please notice me, kouhai! 

Continue reading Sebuah Kisah Klasik Tentang Cinta

Selasa, 23 September 2014

, , ,

Akhir-Akhir Ini Pengen Pindah ke Jepang

Tadi siang, saya benar-benar merasa malu sama pendatang di Jogja yang berasal dari negara lain. Dua orang bule berjalan santai di trotoar dan rela mengambil jalan lebih jauh untuk menyeberang lewat zebra cross. Sementara itu, kebalikannya, dua orang pribumi menunggu jalanan sepi untuk menyebrang tidak di zebra cross. 
Saya jadi malu pisan! 

Sejak dulu saya selalu mempertanyakan hal ini: apa iya orang Indonesia itu tidak punya budaya menyebrang di zebra cross? Apa karena kebanyakan orang Indonesia punya mobil dan motor, sehingga tidak tau zebra cross fungsinya apa? Apa karena kerjaan mereka menuntut mereka untuk selalu terburu-buru dan tergesa-gesa sehingga tiap ada zebra cross mereka tidak sedikitpun berniat memelankan kendaraan dan mengklakson siapapun yang menghalangi jalan mereka? Termasuk pejalan kaki yang sedang setengah menyebrang?

Teman saya yang pernah ke Jepang selalu bilang ke saya: "duh kamu harus ke Jepang banget! Yuk!" 
Saya sih mau-mau aja, tapi tunggu tabungan saya membengkak dulu ya. Hehe. 

Orang Jepang itu keren, ya. Tepat waktu dalam segala hal. Bus kotanya juga keren, bisa terjadwal seperti itu. Apalagi keretanya. Ka lau bisa sih saya mau tinggal disana. Ya mungkin tidak selamanya. Seminggu-dua minggu paling, untuk studi banding trotoar dan pedestrian disana. Hahaha... 
Sejak kemana-mana jalan kaki, saya jadi punya kebiasaan buruk: ngomel-ngomel. Dimanapun, kapanpun. Terutama di jalan raya. 

Bukan satu-dua kali saya diklakson kendaraan bermotor waktu saya nyebrang di zebra cross. Bukan sekali-dua kali saya nunggu lama buat nyebrang karena tidak ada pengendara kendaraan bermotor yang mau mengalah mempersilakan saya lewat. Bukan sekali-dua kali saya merasa keganggu karena trotoar nggak bisa dilewati gara-gara motor parkir atau pedagang. Bukan sekali dua kali saya nunggu di tengah-tengah zebra cross dengan kendaraan bermotor seliweran ngebut di depan dan belakang saya. Padahal saya dan teman saya sudah mengangkat tangan tanda, "Permisi. Saya mau lewat." 

Apa mereka nggak ngerti? Trus siapa dong yang bisa bikin mereka ngerti? Polisi? Presiden? Tuhan? Siapapun itu, tolong bantu mereka supaya ngerti, dong...

Ngebut ugal-ugalan juga bikin saya jengkel. Kemarin bapak saya jatuh gara-gara nggak bisa ngendaliin motornya setelah ada anak SMA belok ke kanan secara tiba-tiba dan nggak ngasih tanda pake lampu sein, dan nggak mau repot-repot juga memelankan motornya dulu! Setelah tahu kalau bapak saya jatuh, dia langsung ngebut pergi. 

Kenapa? Takut? Ngerasa salah? Makanya kalo bawa motor, bawa otak juga sekalian. Dasar anak jaman sekarang, pengennya enak aja. 

Maaf saya barusan marah. 

Begitu. 

Orang Indonesia juga hobi banget mlipir. Ngelawan arus, meski pelan-pelan dan di sisi jalan, itu bahaya lho. Menurut lo aja. Berita yang muncul dulu itu, yang ada cerita pengendara motor yang melawan arus tewas menabrak mobil, trus polisinya bilang "Kita tidak lihat siapa yang salah, ini musibah.", saya langsung mikir, astaga, jadi gini polisi kita sekarang? Nggak bisa liat siapa yang salah? Kalau pengendara motor itu nggak melawan arus, musibahnya kan nggak akan terjadi. Ya nggak? 

Mental orang Indonesia ini sudah bobrok. Lampu lalu lintas yang menyala merah justru dilanggar. Rambu dilarang parkir (sampai rambu berikutnya) juga diartikan 'boleh parkir disini'. Kenapa? Apa dulu nggak belajar peraturan lalu lintas? Rambu-rambu lalu lintas? Apa sekarang mereka pikir peraturan itu udah nggak berlaku? Apa mereka baru menyesal kalau nyawa mereka sendiri udah terancam? 

Mbok ya ngalah. Mbok ya belajar. Kan udah banyak fasilitasnya. Internet dimana-mana, ya meski nggak kayak di Korea Selatan yang di tamannya ada free wi-fi dengan kecepatan tinggi (haha). Disini taman aja nggak ada, apalagi free wi-fi. 

Tapi smartphone kan ada. Mbok yang smart gitu lho kalo punya smartphone. Justru kalau berkendara sambil pake smartphone, itu menandakan kalau yang punya nggak smart! 

Duh satu lagi nih yang baru keingetan. Pengendara sepeda. Keren sih. Nggak nambah-nambah polusi udara. Tapi... mbok ya rambu-nya dipatuhi. Dilarang belok ya dilarang belok, buat semua pengguna jalan. Lampu lalu lintas juga kalau merah itu tandanya kita harus berhenti (saya juga pengguna sepeda selama tiga tahun terakhir). Ih, saya kesel banget kalau saya udah nunggu panas-panas di antara mobil dan motor (karena nggak ada ruang tunggu sepeda di dekat zebra cross) tapi pengendara sepeda yang lain malah enteng aja ngedahuluin dan melanggar lampu merah. Tercemar kan nama pengendara sepeda jadinya.

Maksud saya, karena sifat orang yang pada dasarnya menggeneralisasi suatu hal, bisa saja kan mereka nantinya bilang gini: "tuh kan yang pake sepeda selalu ngelanggar lampu merah" padahal nggak semuanya kayak gitu. Atau dalam posisi saya: "tuh kan pengendara motor/mobil itu nggak ada yang mau ngalah!" padahal nggak semuanya kayak gitu.  Atau, "tuh kan yang jalan kaki nggak nyebrang di zebra cross!" padahal nggak semuanya kayak gitu. Kita bisa saja hanya kebetulan menyaksikan kejadian itu, kemudian menggeneralisasinya. 

Paling seneng itu kalau saya nyebrang, udah di tengah, kemudian ada mobil yang dari jauh sudah memelankan mobilnya mempersilakan saya lewat. Saya akan mengangguk sedikit ke pengemudi mobilnya. Paling kesel, kalau saya sudah lewat depan mobil itu, eh ada motor nyelip dari kiri mobil dan ngebut, pula. Senam jantung banget. Saya bakal nyumpah-nyumpah, ngomel-ngomel berisik, sampai teman saya bilang "udahlah".

Nah buat para pengendara motor yang baik, yang mau belajar, yang mau berubah, tolong dimengerti, bahwa kalau mobil di depan Anda berhenti pelan-pelan, itu berarti di depannya lagi ada sesuatu. Demi keselamatan Anda dan 'sesuatu' di depan mobil itu, mengalahlah. Memelankan kendaraan Anda sudah cukup berarti buat 'sesuatu' itu. 

Mbok antri gitu. Dikit aja kok. Bentar. Giliran Anda juga bakal sampai. Justru kalau nggak antri dan rebutan, Anda kan nggak pasti dapet gilirannya kapan. Malah bikin ricuh. Malah bikin ribut. Malah bikin kesel. 

Untuk para orangtua baru, tolong ajarin anaknya antri, ya. Malu sama orang bule. 

(kenapa saya nggak bilang "malu sama orang" aja?)

(karena orang Indonesia juga nggak punya malu)
Continue reading Akhir-Akhir Ini Pengen Pindah ke Jepang

Minggu, 29 Juni 2014

, , ,

9+1 Shout Out About the Long Hiatus

Hello, folks.
Gue selalu mengalami sindrom gue-pengen-nulis-sesuatu-ah setelah mendengar musik yang astaga-lagunya-bagus-deh-bikin-gue-terinspirasi-buat-nulis pada saat-saat genting seperti besok-ada-dua-ujian-yang-waktunya-nyaris-bersamaan. Menurut gue ini hal yang sangat aneh. Kelihatannya seperti gue males baca materi buat ujian besok dan lebih memilih buat ngetik hal-hal sepele seperti hal-hal berikut yang bakal gue ceritain.

Untuk cerita pertama, hello, gue Antik, mahasiswi semester 8 yang masih kuliah di FKG UGM, yang temen-temen seangkatannya udah banyak yang lulus dan bergelar S.Kg, yang temen-temen seangkatannya yang lain udah tinggal menghitung hari menuju sidang skripsi, yang temen-temen seangkatannya yang lain udah nggak pada ngulang mata kuliah semester bawah. Gue punya alasan sendiri kenapa gue memutuskan untuk ngulang mata kuliah, dan nggak perlu lah gue bilang disini karena mungkin pembaca gue sudah cukup mengerti. Masalah skripsi, gue sedang tidak ingin membicarakannya.

* * *

Cerita kedua.

Kedatangan adek gue untuk kuliah di Jogja membuat gue berpikir lebih banyak mengenai rumah kontrakan. Saat ini gue dan adik cowok gue berbeda tempat kost-an, tentu saja, dan gue berpikir alangkah lebih baiknya kalau gue dan dia dijadikan satu di sebuah rumah. Terpisah kayak gini membuat gue ngerasa insecure. Kalau empat tahun terakhir gue bisa bebas seneng-seneng sama sahabat gue, girls’ day out dan pajamas party almost everyday, sekarang gue mikir dua kali. Empat tahun terakhir gue hanya memikirkan gue sendiri di kota ini, sekarang gue punya seorang lagi buat dipikirkan. Dan buat saling menjaga.

Dan, kalau punya rumah sendiri, gue akan punya dapur sendiri, kamar mandi sendiri, kulkas sendiri, dan gue bisa mendekorasi rumah semau gue.

Kalau perlu gue bikin mebel semau gue juga.

Bakal menyenangkan.

* * *

Cerita ketiga.

Too many people spamming on my timeline about this ritual 5-tahun-sekali sampe gue eneg. Mending kalo orangnya gue gak kenal bisa gue langsung unfollow, langsung gue unfriend. Tapi ini temen-temen gue sendiri yang gue kenal. Dan betenya lagi, beberapa dari mereka mengelu-elukan pilihan mereka dan menjatuhkan yang lain. Terlalu nggak etis menurut gue. Gue nggak suka cara mereka mendukung yang kayak gini. Apakah nggak bisa mereka mengumbar kebaikan aja?

Setahu gue dulu waktu diajarin pas sekolah, ritual ini harusnya LUBER JURDIL. Langsung, Umum, Bersih, Rahasia, Jujur, dan Adil. Tapi kenapa sekarang orang berlomba-lomba jadi tim sukses dengan koar-koar mereka bakal pilih siapa tanggal 9 Juli nanti. Saran gue sih, kalo udah punya pilihan, ya disimpen aja. Sesuai pertimbangan yang udah matang dan yang benar-benar dipercaya membawa kebaikan.

Gak usah mencekoki otak orang dengan berita-berita menjatuhkan kayak gitu.

* * *

Cerita keempat.

Gue sedih berat waktu tahu Hendra/Ahsan gagal jadi juara di Indonesia Open 2014... Butet/Owi juga harus kandas sebelum masuk final! Sedih karena mereka di turnamen luar negeri hampir selalu menang, tapi di kandang sendiri, di rumah mereka sendiri, gelarnya sedikit. Padahal Butet/Owi juara All England tiga tahun berturut-turut! Kurang garang apa?

Tapi gue seneng Simon sejak keluar Pelatnas prestasinya semakin membaik. Terakhir gue liat Simon (secara langsung!) waktu Indonesia Super Series 2013 di Jogja dan menang lawan Hayom. Ih gue seneng banget sejak saat itu dia banyak kemajuan.

* * *

Cerita kelima.

Gue ingin mengucapkan permohonan maaf secara resmi melalui tulisan ini kepada sahabat gue Tita, untuk semua ledekan dan sindiran gue kepada dia waktu dia bilang suka Nino dan . Gue minta maaf ya, Tita.

Perkenalkan, ini Seo Ji Suk, aktor Korea Selatan kelahiran 1981. Sudah menikah.

Perhatian, gue suka orang ini.

Semuanya gara-gara reality show Cool Kiz on The Block. Itu reality show-nya KBS, yang isinya tentang olahraga. Dipandu MC Kang Ho Dong (setidaknya dia member tetap dari awal tayang sampai sekarang) dan beberapa guest members yang berbeda-beda tiap ganti jenis olahraga. Awalnya gue download karena gue denger Hoya jadi member di season Taekwondo. Kemudian gue menonton episode Taekwondo.

Gue suka banget acara ini. Real banget. Mereka (guest members) yang terdiri dari artis-artis Korea (aktor, penyanyi, komedian, dll) latihan dari awal banget buat ikut pertandingan melawan klub-klub olahraga dari penjuru Korea Selatan. Perjuangan mereka, semangat mereka, sportifitas mereka, teamwork mereka, gue suka banget!

Akhirnya gue download season lain. Badminton (karena gue suka sekali olahraga ini). Basket (karena ada Changmin). Oh iya, di season awal Changmin TVXQ jadi member tetap, tapi karena jadwal dia padat dan harus konser bareng Yunho keliling dunia, dia meninggalkan Cool Kiz.

Kita balik ke Seo Ji Suk.

Gue sudah selesai download episode basket. Kemudian gue menonton dengan senang. Lalu gue terpana.

Nggak bisa berkata-kata. Gue suka banget Seo Ji Suk waktu nge-dribble bola di lapangan. Ganteng dan bisa main basket, pikir gue, dan nggak sekedar ‘bisa’ tapi ‘pinter’ main. Waktu episode basket ini, Seo Ji Suk jadi ace buat tim-nya. Gue berpikir, kok dulu pas nonton yang taekwondo, gue nggak ngeh sih sama dia (dia jadi salah satu member di taekwondo. Gue nonton season taekwondo duluan baru basket).

Sejak saat itu, gue jatuh cinta sama orang ini. Dan gue kaget waktu tahu dia udah nikah... Dan dia bilang dia cuma sayang sama istrinya. Aduh.

Tapi gue nggak peduli, gue suka sama dia.

BTW, Cool Kiz on The Block yang sekarang, sepakbola, agak ngebosenin...

* * *

Cerita keenam.

Gue kangen suka sama orang. Dulu sebelum gue jadi kakak angkatan, gue menetapkan satu-dua kakak angkatan di kampus untuk dijadikan penyemangat gue di kampus biar agak segeran, dan biar meningkatkan mood gue kalau lagi bete kuliah. Sekarang, setelah kakak-kakak angkatan itu lulus dan pergi dari kampus, gue menyesal karena semakin kesini gue semakin bete kuliah. Sementara, nggak ada lagi yang nyegerin gue di kampus. Semua cowok yang available sudah diambil orang.

Eh tapi bukannya gue nggak bisa suka mereka ya.

Gue cuma bisa suka tanpa bisa berbuat apa-apa, tapi. Habis gimana? Punya orang. Ya gue diem aja menikmati tanpa bisa memiliki.

Tapi itu cuma sekedar ‘seneng ngeliat’ atau ‘memuja karakteristik wajah yang diatas rata-rata’. Bukan benar-benar suka, dan berpisah dengan ‘mereka’ tidak akan menyebabkan geli apalagi sakit di hati gue.

I was once, loved a person.

Then when we separated, I got a headache. Stomachache. I cried once every single day. I asked myself why could this happen.

Then I grow up. I told myself that I will never experience that kind of pain twice. So I made some walls, with many gates. Gates with locks on. Locks that only I can open it. Only I can open it with the word “open”.

And I have said it. And so the locks are opened. Not a very long time ago.

* * *

Cerita ketujuh.

Pernah denger Crush? A Korean singer. He featured in one of Gary’s song, Shower Later. Yes, yes, Crush is the one who sing “jigeum itta showa hae” in the refrain. I fell in love with his voice after that song, especially in the part “---”.

But I don’t know that he is such an amazing singer, composer, and producer. Gue baru saja dengerin lagu-lagunya Crush di album barunya dia, Crush On You (yes, crush on Crush, that’s me), dan dia membuat banyak featuring bersama rapper-rapper dan penyanyi Korea yang keren-keren juga.

Tapi yang paling membekas di telinga gue (and for God’s sake, gue merasa dirasuki setelah ngedenger suaranya) adalah lagu Hug Me yang bareng Gaeko. Belakangan gue tahu bahwa ini adalah lagu yang dijadiin single dan dipromosiin di acara-acara musik. Kemudian gue melihat video-nya dan setelah ngeliat MV-nya, lagu ini nggak pernah terdengar sama lagi di telinga gue! Asli! Lagunya terdengar semakin seksi. Dan gue semakin suka.

Setelah googling, gue menemukan bahwa Crush adalah pemuda kelahiran 1992, bulan Oktober.

Oh hello dongsaeng-ah.

* * *

Cerita kesepuluh.

Do you know that I have an almost 3-years-crush? A nearly big crush. I even sang ‘Why Did I Fall In Love With You’ by DBSK dedicated to him. In a karaoke. Pathetic, huh.

I never had a chance to speak with this guy. His way of life is completely different from my way of life. He had a girlfriend, and I don’t have a boyfriend. He (and his friends, a lot of his friends) will go to every new cafe and restaurant in town, and I have a problem thinking of what to eat today. He is a topnotch student, and my score is on middle-level. Not even reach him.

Because he is unreachable.

For this reasons I stayed away from him since 3 years ago. I must hide this from all my friends, except my only best friend who knows every single thing.

But I don’t know why my best friend is strongly against me liking him. I always thought that this guy is a good guy, handsome (yeah my second impression actually), and pretty smart. But I did think that he is too different from me, so that’s why I never know what kind of person he actually was. I was once crying because of the uncomfortable feeling I have about liking him. Like, “why it must be you”, “WHY YOU”, and “Y U”.

Time passed. People beside me come and go, yet, his girlfriend is still there beside him. Quite a long time and I must give an applause to them. I, who fall in love easily, saw a few younger guys in my campus. Then I started liking them. Only from far away, just like what I did to him.

Not too long ago I got a chance to sit beside him. I greeted him boldly (never did this before! I always got a stomachache every time I saw him so I never greet him properly) and he answered nicely.

And then we talked. Not a very long conversation, actually. Just a simple ‘how are you and what are you doing here’. Then an awkward silence. Then another simple conversation about his girlfriend.

At that time I just realized.

That I can’t feel anything in my body.

You know, the sign of falling in love? Like, your heart suddenly beats faster when you see him from far away.

I can’t feel that.

My heart beat normally, very normal, and slow.

You know the feeling you get when you hear your crush talking about his girlfriend? Like, you feel a little shock in your heart and suddenly your mood goes down.

I can’t feel that either.

I feel so normal beside him. It’s just like he’s never being in my heart and mind.

Like we’re just friends.

Well we are, since the beginning.

I hope we can stay as friends, and I hope I won’t feel anything again when I get the same chance.
* * *

Cerita kesembilan.

Gue merasa gagal jadi penulis. Gue tidaklah produktif selama dua tahun terakhir. Kerjaan gue cuma plengah-plengoh nggak ngapa-ngapain. Main. Makan. Jalan. Kuliah. Praktikum.

Sedih rasanya kalau baca blog ini dan ngeliat naskah-naskah jaman dulu, Meira-Leif, Maya, prosa-prosa gue, fanfiction bulutangkis.

Gue bahkan kehilangan semangat buat nulis lagi.

* * *

Mungkin masalahnya ada di gue. Cerita gue nggak pernah selesai, karena gue bingung bagaimana mengakhirinya. Gue merasa nggak pengen cerita ini berakhir. Gue nggak pernah memikirkan bagaimana akhir dari suatu cerita.

Maybe that’s why. I never expected that we ended even before we are together. I never dream of we being together, though.

Tapi kalau urusan kuliah sih, gue pengennya cepet-cepet berakhir. Dan memulai sesuatu yang baru.
Continue reading 9+1 Shout Out About the Long Hiatus
,

Bulu Mata Kangen

Sudah sekian lama sejak bulu mata gue terlepas dengan sendirinya, dan sudah sekian lama pula sejak gue berharap itu berarti ada seseorang yang kangen gue. Barusan, habis gue mengucek mata, di jari gue menempellah sehelai bulu mata kecil yang tipis. Gue pikir, ini tanggal berapa? Hari ini tanggal 27, yang bahkan nggak ada di list alfabet kita. Atau balik lagi ke huruf A?

Gue mencoba berpikir. Oh, mungkin gue yang baru sedang kangen gue yang lama.

Rasanya gue harus berusaha menghentikan kebiasaan gue terkait mitos ‘kalo ada bulu mata lepas berarti ada yang kangen, coba liat tanggal berapa sekarang! Itu huruf depan nama orang yang kangen kamu’. Akhirnya bulu mata kecil itu gue kibaskan sampai hilang dari jari gue.

Ngomong-ngomong huruf A, gue jadi inget lagu barunya GOT7, judulnya A. Tiap denger lagunya gue serasa dinyanyiin sama mereka, hahaha.

Gue sedang dalam proses menulis skripsi, dan menulis sebuah cerita baru, yang gue nggak tau bakal dibawa kemana cerita ini. As always. Cerita yang nggak pernah selesai karena gue stuck di tengah-tengah, gue nggak mood, atau gue kejebak sikon dimana gue harus melakukan sesuatu hal yang teramat penting dan gue tidak bisa menulis karena perasaan bersalah kalau harus meninggalkan hal penting ini.

Gue mau cerita sedikit.

Dulu gue selalu mengagumi cewek-cewek di komik Jepang yang keibuan. Cewek-cewek semacam ini biasanya adalah cewek yang selalu membawa plester di dalam dompet kecilnya (agar kalau ada cowok yang terluka karena mereka, mereka bisa langsung memberikan atau kalau bisa menempelkan langsung plester dari dalam dompet kecil mereka ke luka si cowok, kemudian si cowok bakal tersentuh oleh sifat yang sangat manis ini, dan suka sama si cewek), atau membawa peralatan jahit di dalam dompet kecil lain (agar, kalau suatu waktu ada cowok yang kancing baju seragamnya lepas karena kesalahan si cewek, dia bisa langsung memperbaikinya di tempat dan baju seragam cowok itu kembali seperti baru, kemudian si cowok bakal tersentuh oleh sifat yang sangat manis ini, dan suka sama si cewek), atau selalu membawa payung di dalam tasnya. Cewek yang keibuan sekaligus cewek yang mandiri.

Sejak saat itu gue bertekad untuk menjadi gadis seperti ini. Tujuan gue sebenernya belum murni-murni banget - gue cuma pengen jadi cewek yang bisa diandalkan ketika cewek yang lain tidak bisa diandalkan.

Terutama bagi crush gue.

Nah.

Sudah jelas bahwa crush itu punya cewek dari jaman entah-kapan dan sepertinya mereka juga adem-ayem aja, jadi sama sekali belum ada kesempatan buat gue nyelip. Mungkin kalau mereka putus pun gue nggak bisa nyelip karena seperti yang udah gue bilang, cowok itu unreachable.

Kemudian gue denger-denger cowok juga suka cewek yang bisa masak. Mungkin bukan cuma bisa, tapi ahli kali ya. Karena kalau sekedar bisa, gue juga bisa. Dan nggak cuma masak air atau masak nasi. Setidaknya gue tidak menghindar ketakutan kalau kebetulan harus berdekatan dengan wajan di atas kompor menyala.

Gue bisa masak, hanya saja gue tidak berniat menekuni dunia masak-memasak ini. Mungkin kalau nanti gue berkeluarga, gue akan masak cuma biar keluarga gue bisa makan. Bukan buat lomba apalagi jualan. Gue bertekad akan menjadi seperti Ibuk, yang bisa masak apa aja buat keluarganya, tapi tidak untuk kepentingan komersil. Hehehe.

Baik, kembali ke kekaguman gue kepada cewek-cewek yang keibuan.

Ternyata impian gue untuk menjadi cewek yang selalu bisa diandalkan pupus begitu saja. Plester yang ada di dompet lama-lama abis karena gue sendiri yang luka, dan gue nggak pernah ngisi dompet lagi pake plester. Sekarang isi dompet kecil gue adalah: bedak, lipstik, eyeliner, dan lipgloss. Demi kepentingan pribadi.

Dan masalah alat jahit-menjahit, gue tidak pernah menemukan dompet kecil yang berisi seluruh perlengkapan jahit kecil-kecil. Akhirnya gue menyerah.

Yang konsisten sampai sekarang adalah payung, doang. Tapi dipake sendiri.

Kadang kalau gue sedang jahat-jahatnya sama diri gue sendiri, gue akan membanding-bandingkan gue dengan pacar si crush itu.

Tetep aja gue nggak ada apa-apanya. Kemudian gue akan berhenti mikirin dia, dan ngeganti topik pemikiran.

Hello, crush, semoga kamu bahagia selamanya. Gue nggak bakal lagi mengait-ngaitkan kejadian lepasnya bulu mata gue dengan situasi kamu kangen gue. Tentang huruf depan nama kamu ataupun tanggal lahir kamu.
Continue reading Bulu Mata Kangen

Selasa, 21 Januari 2014

,

Mahasiswa Semester Akhir

Halo, saya masih disini, masih di Jogja, sekarang sudah melewati masa-masa semester 7 yang agak selo tapi cukup hectic, hahaha. Dan sekarang lagi disibukkan dengan skripsi.

Waktu berjalan sangat cepat.

Baru kemaren rasanya pake jas almamater kegedean, rambut diiket culun, dan diospek kakak angkatan. Baru kemaren rasanya latihan saman bareng temen-temen, kakak angkatan, ketawa-ketawa, foto-foto, dandan bareng, deg-degan bareng, tampil bareng, kemudian menertawakan kesalahan-kesalahan kecil waktu tampil. Baru kemaren rasanya nangis-nangis gara-gara praktikum gak di-acc, gara-gara praktikum gagal, gara-gara dimarahin dosen pembimbing. Baru kemaren juga rasanya ketemu temen-temen fakultas lain, pertama banget ketemu, lalu tinggal bareng 2 bulan.

Sekarang, adek angkatan udah ada 3. Sekarang, kalo jalan di kampus udah kayak orang asing gara-gara diliatin mahasiswa-mahasiswi baru yang saya juga nggal kenal. Sekarang, kakak angkatan udah pada co-ass. Udah ada yang bergelar drg, malah. Sebentar lagi juga udah nggak sekelas sama anak-anak angkatan 2010. Temen saya juga ada yang udah sarjana, sebentar lagi co-ass. Banyak juga yang udah seminar proposal.

Temen-temen juga satu persatu mulai melepas masa lajang (wahahaha). Nggak hanya sekedar pacaran, tapi menikah. Udah berkomitmen sama pasangannya masing-masing. Banyak juga yang udah mulai kerja diluar bidang KG, kayak buka online shop. That's nice karena mereka udah ketemu passion-nya.

Menghabiskan waktu 3 tahun bersama temen-temen seangkatan, rasanya kayak memantau metamorfosa. Dulu pas semester 1, masih banyak yang pake ransel, make-up seadanya, pake sepatu flat atau sneakers. Makin keatas, pergaulan semakin luas, makin banyak yang fashionable, pake sepatu kitten heels (yang berketuk-ketuk kalau jalan), makin menghindari tas ransel yang kesannya "cowok" jadi ransel yang imut, atau tas jinjing "dewasa" bermerk, makin tebal eyelinernya, makin tebal bedaknya. Makin kesini temen-temen saya makin cantik. Yang cowok nggak sih ya (emang ada cowok di kampus saya? hahaha...)

Sadar sih, semua itu tuntutan. Dokter gigi kan imejnya bersih dan cantik...

Saya juga sadar sih, semakin tua saya semakin pengen dandan. Ya paling enggak pake eyeliner deh. Saya juga sadar sebenarnya pake ransel bikin saya agak bungkuk. Saya juga pengen pake high heels kayak temen-temen yang lain.

Tapi saya kemana-mana suka bawa laptop, gimana kalo nggak pake ransel coba?
Saya juga kemana-mana naik sepeda, masa harus pake high heels?

Nanti deh kalo udah dokter, saya baru ngurusin penampilan.

Selagi saya masih bersepeda, saya takut make-up saya luntur (hahahaha).


Continue reading Mahasiswa Semester Akhir

Kamis, 31 Oktober 2013

, , , , , , , , ,

A-Must-Know: What We Learn in Dentistry (Part II-end)

Tulisan ini sebenarnya saya bikin untuk memuaskan kehausan orang-orang di luar sana yang bertanya-tanya: sebenernya di FKG tuh diajarin apa sih? Cuma ngurusin 32 gigi doang, kan?

Praktikum di KG sebenernya banyak tantangannya.

Orto: nyetak, ngebentuk kawat sendiri, ngebentuk malam sendiri, dan begitu jadi resin akrilik, harus pas di model, atau di rongga mulut pasienmu. Ngebentuk kawat sampe berdarah gara-gara ketusuk ujung kawat klamer yang tajam, dan belum tentu di-acc sama dosen pembimbing.

kumpulan tang pembentuk kawat klamer

hasil praktikum orto III
Prosto: preparasi gigi untuk gigi tiruan cekat, model malam sendiri, ngukir anatomisnya gigi, dan begitu sudah jadi logam, harus pas di modelnya, dan kerjaan belum tentu di-acc.

Konser: bikin lubang di asli yang udah ditanam di model, gak boleh kedaleman, langkah-langkahpenumpatan harus bener. Praktikum perawatan saluran akar, harus bisa nyari pintu masuk saluran akar, harus bersih saluran akarnya, harus padet gutta percha-nya (itu bahan yang digunakan untuk mengisi saluran akar, bahan penganti pulpa gigi), harus bagus rontgennya.

Continue reading A-Must-Know: What We Learn in Dentistry (Part II-end)

Senin, 28 Oktober 2013

, , , , , , , ,

A-Must-Know: What We Learn in Dentistry (Part I)

Tiga tahun yang lalu, begitu orang-orang mendengar bahwa saya masuk kedokteran gigi, biasanya pertanyaan atau kalimat basa-basi yang sering diucapkan adalah:

"Gigiku sakit nih, diapain ya?"

Dan tiga tahun yang lalu, saya akan jawab, "eh... nggak tau... ke dokter aja...?"

Pertanyaan semacam itu berkembang menjadi seperti ini:

"Gigiku sakit, ada yang lubang, trus ada yang goyang gitu... nyut-nyutan..."

Atau,

"Eh, tolong periksain gigi aku dong."

Damn, I didn't even know how to "periksain gigi" at that time. 

Continue reading A-Must-Know: What We Learn in Dentistry (Part I)

Jumat, 06 September 2013

, , , ,

Habis KKN


Habis KKN

Rasanya legaaaaaa banget.
I meet someone (not one, but a lot) new.
I learn something (not a thing, but a lot of things) new.

Dan, sedikit banyak, saya menemukan ketenangan (jauh dari kuliah dan praktikum yang padat, red).
Sedikit banyak, saya menemukan kebahagiaan (dimana lagi bisa ketawa-ketawa ngakak hampir tiap hari, red).

Ingat ini?

  1. Main poker sampe malem – saya cuma ngeliatin, sih. Bahkan sampe bikin turnamen poker antar subunit.
  2. Ngehias godhang buat HUT Bantul sampe tengah malem.
  3. Tiap dateng ke pondokan setiap dusun pasti disuruh makan.
  4. Ngece-ngece yang digosipin lagi deket #nomention. Habis kemana-mana boncengan, gak gantian sama yang lain…
  5. Bolak-balik puskesmas. Datang kami layani, tidak datang kami kunjungi…
  6. Masak bareng bu dukuh. Lho, kok digituin Mbak? Yo wis rapopo…
  7. Makan bareng di meja makan Baros. Harus bareng pokoknya. Dan, membicarakan apa saja.
  8. Ngecat plang panas-panas. Nyepik sama anak-anak IPDN.
  9. Ngajar TPA. Tiap hari pasti ada yang berantem, dan nangis.
  10. Jatuh bangun menaiki tanjakan menuju Parang Endog (bener ga tulisannya?).
  11. Main poker di atas Parang Endog – sempet-sempetnya.
  12. Nanem mangrove, gratisan.
  13. Baba, the Legend. Ngecat sepeda warna ijo. Tiada hari tanpa ngajak berantem.
  14. Lewat jalan belakang kalo mau ke Parangtritis. – yuk?
  15. Makan adrem… khas Baros…
  16. Taraweh 8 rakaat + witir 3 rakaat di mesjid Baros jadi idola.
  17. Pengumuman “aku mau nikah guys” dari Jono yang bikin gempar.
  18. Duet Sinta-Tyas yang ngefans sama Adon.
  19. Syarif mesti inget à Mbak Lia, ketua pemuda Gegunung “mas ganteng banget”.
  20. Mesti voice-note-an dulu sebelum berkunjung ke dusun lain.
  21. Turnamen PES BTL 31 di rumah Bu Kayat di Karang.
  22. Genjreng-genjreng gitar di kamar, live music gratisan.
  23. Hectic ngerjain LPK-K1-K2-K3-R1-D1-D2.
  24. Pertandingan futsal BTL 31 vs AMKA, dan vs BTL 32. Talk with your feet, play with your heart…
  25. (isi sendiri)
  26. (isi sendiri)
  27.   
  28.   
  29.   
  30.  
  31.   

Hmmm…
Aku nggak bisa nulis semua kenangan-kenangan lain disini. Bakal terlalu banyak. Bakal terlalu panjang.
Diinget-inget sendiri saja :D
Yang manis-manis buat kenangan.
Yang pahit-pahit buat pelajaran.

Terima kasih untuk 3 bulan terakhir (KKN & rapat-rapat sebelum KKN). Terima kasih karena aku dipertemukan dengan kalian. Nggak bakal ada temen KKN seasik kalian, sebaik kalian, sekeren kalian, se-cantik-dan-ganteng kalian…
Terima kasih sudah memanjakan aku 2 bulan ini :3
Terima kasih untuk setiap pagi yang menyenangkan.
Terima kasih untuk setiap siang yang melelahkan dan disuguhi makan. :D
Terima kasih untuk setiap malam yang menenangkan.

Maaf, karena terkadang salah bicara…
Maaf, karena sering salah bersikap…
Maaf, karena terkadang lupa diri…

Semoga persahabatan kita nggak terhenti sampai disini, ya.
Stay in touch, semua…

Daftar Hadir (menurut angkatan, lalu menurut abjad)
UNIT BTL 31 – Tirtohargo-Parangtritis

Subunit 1 – Baros
Mas Ian
Izat
Jono
Mbak Wuri
Antik
Shinta

Subunit 2 – Karang
Adon
Mubin
Ai
Fresy
Intan
Selvi
Wulan

Subunit 3 – Depok
Mas Matin
Beni
Fikri
Novi
Tantri
Tari

Subunit 4 – Mancingan
Mas Itsnan
Syarif
Mbak Icha
Fadiah
Lisnan
Lynda

Say no to drugs!
Yang nggak hadir harap ngacung!
Salam BTL 31!



Antik
Subunit 1. 

*saya akan pos foto-foto, nanti tapi, nanti :p*

Continue reading Habis KKN

Rabu, 27 Februari 2013

, , ,

Rain, Caffeine, dan Satria

Sambil Tuhan Yang Maha Esa menurunkan hujan yang menderas tiba-tiba di sore ini, sambil aku berpikir. Tentang hujan, tentang gimana cara pulang, tentang pikiran menembus hujan tanpa jas hujan, dan tentang menunggu hujan sampai reda. 
Dan, tentang novel-novelku yang tidak pernah selesai. 
Ada satu adegan hujan di dalamnya - Maya dan Satria menunggu hujan bersama. Kemudian ada Raga, Fazzie, dan teman-temannya. Pulang duluan, ya! Kata mereka. Maya dan Satria mengangguk, pada orang-orang yang berbeda. Kemudian mereka tinggal berdua, berdiri, berteduh. Awkward. Tanpa saling tahu perasaan satu sama lain. Hanya tahu perasaan masing-masing - Maya; (mungkin) senang dan bersalah, Satria; (mungkin) biasa saja dan tidak peduli. 
Tidak pernah ada yang tahu - karena si penulis juga tidak pernah menceritakannya. Maya hanya tahu, Satria itu hujan. Selamanya.

* * *

"you bad to me, so bad to me."
Seperti yang dinyanyikan Yoseob di lagunya, Caffeine. 
Akhir-akhir ini Maya sering merenung sendiri, tentang betapa "buruk"nya pengaruh Satria di kehidupannya. Bukannya Maya menyalahkan Satria, tidak. Maya malah senang bisa menyukai Satria, hanya saja situasinya tidak pas. 
Dan ini juga tidak berarti menyalahkan situasi. 
Tidak ada yang salah dengan menyukai Satria. Cuma, yah, keadaan itu membuat hidup Maya, sedikit banyak, berubah. Berubah menjadi "buruk" karena Maya bolak-balik menangis, mempertanyakan. Bolak-balik curhat pada teman paling dekat, Oki, yang, Maya pikir, kebosanan mendengarnya. Setiap hari Satria. Apa-apa Satria. Bagaimana Oki tidak bosan? 
Maka Maya mulai berpikir untuk mulai menyimpan semuanya sendirian, setelah meminta maaf pada Oki, dan meminta Oki berjanji tidak menceritakan pada orang lain. 
Cukup Maya saja yang hidupnya rusak...

* * *

Sebenarnya sedang dalam kondisi sangat tidak bisa menulis apapun, hanya saja mendadak ingin bicara pada diri sendiri petang ini. 
Dan, sebagian besar karena, ingin dibaca. Penulis menulis karena ingin dibaca - tambahan, kalau saya sih, ingin lebih dihargai. Itu saja. 
Akhir-akhir ini sedang cukup sulit karena mulai sibuk-sibuk lagi, tapi berharap saja semuanya lancar sampai akhir. 
Sebenarnya harapan ini tidak cuma untuk kuliah dan praktikum. Tapi juga tulisan saya. Iya, si Maya dan Satria (dan, Raga!) yang sudah lewat hampir dua semester tidak selesai-selesai. Saya bingung. Bagaimana cara mengakhirinya? Saya tanpa sadar sudah terlalu jatuh cinta pada tokoh Satria hingga tak tega membuat cerita-cerita sedih lagi. Bahkan rasanya saya mengabaikan nasib Maya si tokoh utama, saking cintanya saya pada Satria. 
Ah, si Satria memang cuma khayalan, tapi dia hidup begitu nyata di imajinasi saya. 
Seandainya tokoh Satria muncul di dunia nyata, saya pun akan mencintainya tanpa ragu lagi. Hidup Satria!

* * *

(dari kumpulan notes Facebook)
Continue reading Rain, Caffeine, dan Satria

Senin, 04 Februari 2013

, , ,

Missing You

*BGM: Missing You by G-Dragon ft. Kim Yun Ah of Jaurim*


Pernah nggak kalian merasa kangen?

Oke nggak usah dijawab, bukan itu pertanyaannya, itu cuma basa-basi.

Saya lagi kangen banget nulis-nulis. Nulis cerita apa saja, nulis opini, nulis... apa saja. Kangen.

Dulu pas SMA, bisa lho saya nulis cerpen dalam waktu 3 jam. Bayangin, tiga jam, dan sekarang waktu tiga jam rasanya lama banget buat dipake praktikum.

Ah, saya pengen banget bisa nulis lagi, nggak sebatas curhat cuma segini di blog.

See? Betapa saya pengen nangis karena postingan saya di blog akhir-akhir ini pendek sekali.

Ingin sekali menulis, tapi tidak tahu bagaimana caranya.

Orang bilang 'ingin' tidak akan membawamu kemana-mana.

Tapi apa sih yang bisa saya lakukan? Ya saya cuma bisa bilang pengen, pengen, pengen, tapi nggak pernah bisa, karena banyak hal, terlalu banyak hal, yang harus saya perbuat disamping itu. Prioritas.

Hal-hal yang seharusnya dipikirkan.

Akhir-akhir ini saya takut sekali.
Continue reading Missing You

Senin, 21 Januari 2013

,

Wheezing


Wheezing (bunyi ngiik) menunjukkan adanya obstruksi bronkus.
–DSC Bedah Mulut II Semester 5

Nama lainnya, mengi. Biasanya terjadi pada penderita asma. Bukan biasanya sih, sering. Tapi nggak menutup kemungkinan terjadi pada orang sehat sekalipun... yah mestinya kalau dia mengi, berarti dia nggak sehat. Sudahlah.

Continue reading Wheezing

Senin, 07 Januari 2013

, ,

Galau Akademik (Edisi Pas Ujian)


Hari ini selagi mengerjakan ujian Ilmu Penyakit Mata yang menggalaukan, saya kepikiran hal-hal yang membuat galau waktu ngerjain soal ujian.

Galau pas ujian #1: soal pilihan ganda yang benar-benar ganda. Pilihan E: semua jawaban di atas benar. Atau pilihan C: jawaban A dan B benar. Dan semacamnya. Meragukan.

Galau pas ujian #2: habis baca soal. Lihat list jawaban. Ngerasa pernah baca, tapi lupa. Bener-bener lupa sampe pengawas bilang waktu tinggal 10 menit. Akhirnya jawab ngasal. Sebel sendiri.

Galau pas ujian #3: begitu balik lembar soal, baca soal pertama, nggak bisa, dilewat. Baca soal kedua, nggak bisa, dilewat. Baca soal ketiga, nggak bisa, dilewat. Membalik-balik soal nyari pertanyaan yang lebih layak untuk dikerjakan. Bingung duluan.

Galau pas ujian #4: soal benar/salah atau sebab/akibat. Sebenarnya menggalaukan kalau kalimatnya dibalik-balik. Lebih bikin galau adalah soal sebab/akibat, apalagi kalau nggak tau akibatnya bener atau salah.

Galau pas ujian #5: paling bikin galau adalah soal 1 2 3 4... nggak perlu dijelasin, kan?

Galau pas ujian #6: selesai ngerjain soal-soal yang bisa dikerjain. Ngelamun, mainin pulpen, mengamati pemandangan, goyang-goyang kaki, mainin rambut, nyanyi-nyanyi (dalam hati!). Tau-tau pengawas bilang “5 menit lagi” dan begitu balik soal ternyata sisa soal yang belum dikerjain masih 20 soal lagi.

Galau pas ujian #7: nggak bisa ngerjain soal sama sekali (dan memilih untuk tidak menyontek). Udah fix banget jawaban ngasal dan pasrah pada hasil. Tinggal berdoa.

Galau pas ujian #8: soal essay di kertas folio bergaris. Rasanya sudah menuliskan semuanya di halaman pertama folio, tapi masih berpikir apa yang kurang, ketika kemudian mata menangkap pemandangan teman sebelah menulis dengan cepat dan memenuhi satu halaman folio... di halaman sebaliknya. Intimidatif.

Galau pas ujian #9: lagi-lagi tentang soal essay di kertas folio bergaris. Teman-teman maju untuk meminta kertas tambahan. Ini juga intimidatif. Mereka nulis apa aja, sih???

Biasanya selepas ujian, saya tidak berminat mendiskusikan soal ujian dan pulang lebih awal daripada orang-orang lain.

Yah, intinya, untuk menghindari galau pas ujian ini, harusnya kita belajar banget-banget-banget ya. Biar nggak galau... dan berlanjut ke galau pas buka portal akademik. Huf.

Selamat UAS, semuanya (yang baru mulai UAS). Selamat liburan (yang sudah UAS dan libur).  
Continue reading Galau Akademik (Edisi Pas Ujian)

Kamis, 27 Desember 2012

, , , ,

Reach The End


No, this is not about the end of the world. It’s not about the doomsday-thing.
This is about the end of my 5th semester.

Dan saya tidak akan melanjutkan postingan dengan bahasa Inggris saya yang pathetic, dari segi grammar maupun kosa kata. Yah, sudah lama saya tidak belajar bahasa Inggris.

Begini, semester ini hampir berakhir. Dua minggu lagi UAS, dan remed, lalu saya meneruskan ke semester 6. Tidak ada yang spesial.
Continue reading Reach The End

Jumat, 21 Desember 2012

, , ,

Awan Mendung

Mendungnya gelap. Selalu gelap.
Merata di setiap langit yang bisa aku lihat.

Gelap, dingin, tapi tidak basah.
Berangin, sedikit menyejukkan. Sedikit!
Dan merinding.

Melihatnya bahagia, tapi tidak bersama saya.
Merinding.

Sakitnya mengawang-awang.

Pengen menangis, pengen memisahkan.
Tapi kenal bahkan tidak.
Jadi merasa tidak berhak.

Suka bertanya-tanya sendiri:
"Masih bolehkah menyimpan rasa ini?"
Kalau setiap hari cuma memunculkan mendung dan hujan yang tidak berhenti.
Sampai-sampai tidak ada waktu lagi untuk pelangi.

Tidak pernah sempat karena hujan turun setiap hari.
Continue reading Awan Mendung

Senin, 03 Desember 2012

, , , , , , ,

This is Hard


Sekadar curhat saja. Sedang tidak berminat sama sekali meneruskan kegiatan tulis-menulis.
Terlalu banyak, terlalu banyak yang harus dipikirkan, yang harus dilakukan, yang harus diselesaikan.
Ya, saya tahu, harusnya saya berpikir, dan melakukan, dan menyelesaikan tulisan-tulisan saya yang tidak pernah selesai itu.

Continue reading This is Hard

Jumat, 30 November 2012

,

Hal-Hal Yang Sering Masuk Pikiran Akhir-Akhir Ini

Pertama, gue tidak akan menggunakan kata gue lagi sebagai kata ganti orang pertama dalam setiap postingan-postingan gue ke depannya, dan beralih lagi menggunakan kata saya.

Kedua, saya memperingatkan pada seluruh pembaca saya di luar sana, bahwa postingan kali ini mungkin tidak akan sesuai dengan ekspektasi anda, yang mengharapkan postingan-postingan normal dan di luar cerita-cerita dan hal-hal pribadi.

Ketiga, mari kita mulai.

Continue reading Hal-Hal Yang Sering Masuk Pikiran Akhir-Akhir Ini