Selasa, 20 Desember 2011

, , , ,

Don't Read This

Annyeong...
Saya ada praktikum anatomi II jam satu nanti, dan saya masih kesal. Jadinya saya tidak bisa belajar sama sekali. Saya kesal, kesal, kesal, jengkel.
Saya ketemu sama orang-orang itu lagi, orang-orang yang bikin saya jengkel setengah mati.
Tidak bisakah saya mendapatkan sedikit ketenangan disini?
Sumpah, saya kesal setengah mati. Kalau bisa malah saya mati aja.
Sudah saya bilang, kan, kalau saya sedang kesal akhir-akhir ini. Saya benci.
Saya kesal!
Saya membenci semua orang.
Tapi saya sangat mencintai diri saya sendiri hingga saya terlalu sibuk memikirkannya tanpa memikirkan perasaan orang lain.
Salah, saya yang seperti ini?
Kan saya sudah katakan kalau hati saya sudah hancur berkeping-keping dan saya tidak akan melakukan apapun untuk membuatnya seperti semula.
Saya tidak punya hati lagi.
Saya sudah tidak bisa merasakan.
Kecuali rasa kecewa, mungkin.
Kecewa, kemarahan, jengkel, dan kesal sampai ubun-ubun.
Satu-satunya cara keluar dari semua ini adalah mengenakan earphone dengan menyetel volume sekencang-kencangnya. Bebas. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Toh memang tidak ada yang mengkhawatirkan, kan?
Karena diri sendiri adalah satu-satunya orang yang tidak akan pernah mengkhianati kita sampai kapanpun.
Diri sendiri adalah satu-satunya orang yang bisa kita percaya sampai kapanpun.
Diri sendiri adalah satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan kita ketika tidak ada orang yang bisa menyelamatkanmu.
Bagaimanapun kau berharap, berdoa, ada hal-hal yang tidak akan terkabul.
Kau hanya bisa percaya dirimu sendiri. 
Kau hanya bisa menikmati hidup dengan dirimu sendiri. Tak ada gunanya mencoba menerima dengan tenang apa yang sudah terjadi di luar harapanmu. Kau hanya akan kecewa, kecewa, dan kecewa. Kecewa bertumpuk-tumpuk. Maka lupakanlah semuanya dan nikmati semua sendiri.
Terdengar kejam, ya?
Tapi siapa yang peduli, huh?
Toh, dewasa ini orang-orang hanya memedulikan perasaannya sendiri. Jadi, apa salahnya kalau kita juga memedulikan perasaan kita sendiri saja?
Apa salahnya kita belajar mencintai diri sendiri lebih dari mencintai orang lain.
Apa salahnya kita belajar menutup hati untuk orang lain.
Apa salahnya kita belajar untuk tidak tergantung dengan orang lain.
Apa salahnya kita belajar untuk tidak terikat dengan orang lain.
Orang lain berisik, selalu memaksakan keinginan.
Orang lain tidak akan memedulikan perasaan kita.
Orang lain tidak akan menghiraukan kita.
Orang lain tidak akan peduli masalah kita.
Orang lain yang kita sukai tetapi menyukai orang lain, juga tidak akan memedulikan kita.
Jadi, apa gunanya menyukai orang yang seperti itu.
Apa gunanya?
Oh, dan tentang butuh tempat untuk bersandar, sepertinya saya tidak membutuhkannya.
Sekarang saya cuma percaya diri saya sendiri, dan Tuhan.


Jogja, 13 Desember 2011
12:45

0 komentar:

Posting Komentar