Jumat, 23 November 2012

,

Mencoba Belajar


Mungkin kalau Ibu membaca judul postingan gue kali ini, beliau bakal tertawa dan memprotes gue dengan kalimat:

“Belajar itu jangan dicoba, Mbak...”

Ah, Ibu.

Sebenernya gue juga nggak bermaksud menulis postingan berjudul ini dengan topik-topik pembelajaran yang penuh ilmu.

Lagi-lagi, ini tentang gue. Gue yang sedang belajar (bukan mencoba belajar). Belajar menulis. Belajar membaca. Belajar mendengar. Belajar... di Kedokteran Gigi. Well.


Hari ini tanggal 23 November 2012, jam 20:53. Gue di kamar kosan, sampai semenit yang lalu mendengarkan lagu-lagu KPop pilihan (termasuk, Why Did I Fall In Love With You dari DBSK, yang sukses membuat gue menitikkan air mata sekian kali, dan lagu-lagu yang lain) sambil membuka-buka file Ms. Word gue yang bertuliskan naskah-naskah cerita (yang tidak selesai), kemudian memutuskan untuk menulis ini. Karena gue merasa mendengarkan musik tidak membuat gue produktif (karena bukannya menulis dengan lancar, gue malah ikut menyanyi bersama boygroup dan girlgroup Korea yang ada di ponsel gue) maka gue mematikan fungsi music player di ponsel gue dan menghadap laptop secara serius malam ini.

Gue lagi jenuh banget. JENUUHH BANGET. Mungkin saat ini adalah titik jenuh gue di semester V. Gue merasa jadi orang terbelakang. Gue merasa hidup gue gini-gini aja. Gue merasa kehidupan sehari-hari gue monoton banget. Datar. Bosan. Nggak ada kejutan-kejutan menarik yang bikin gue berpikir, “oh, gue seneng banget nih, semangat ah buat besok!” seperti beberapa waktu lalu. Gue kehilangan semangat.

Atau, ini efek jatuh cinta (lagi) sama orang yang salah (lagi)? Jatuh cinta (lagi) sama orang yang udah punya orang lain (lagi!)?

Gue memang nggak kapok-kapok suka sama orang yang seperti itu. Gue pengen sekali berhenti. Pengen. Tapi mungkin niat gue berhenti kurang kuat. Gue mencoba berhenti, dan gagal. Berkali-kali. Gue harus menguatkan niat gue.

Tapi sebelum itu, pertanyaan utama “WHY DID I FALL IN LOVE WITH YOU?” itu harus dijawab duluan.

Baru deh bisa berhenti.

Hmm, gue baru sadar gue terlalu egois, karena hampir setiap postingan di blog gue, selalu tentang gue, dan nggak pernah tentang orang lain. Selalu atas nama gue. Selalu.

Habis baca naskah-naskah, gue berpikir, kenapa ya, naskah-naskah cerita gue nggak pernah ada yang gue selesaikan? Gue benar-benar harus belajar menyelesaikan sesuatu.

Naskah gue selalu gantung. Stuck di tengah. Bahkan awal-awal. Gue selalu punya ide tertentu (dan di saat-saat tertentu juga, sih) dan gue langsung tulis menjadi awal cerita baru. Tapi habis itu, gue nggak tahu mau dikemanain cerita itu. Gue hampir tidak pernah menulis ending yang tepat untuk setiap cerita gue – yang berbeda-beda.

Gue kesel lagi, sama diri gue sendiri.

Di masa-masa dimana gue seharusnya memikirkan keluarga dan Allah SWT serta nabi dan rasul-Nya, tapi gue malah lebih memikirkan seorang cowok, kayak gini, gue merasa kesel banget. Marah. Sedih. Jengkel. Rasanya, nggak bisa berbuat apa-apa. Rasanya, apa-apa selalu salah. Rasanya, bosan sekali. Perasaan macam ini. Campur aduk.

Gue sekarang bisa nangis lagi, gue nggak bisa nulis, gue bingung mau ngapain. Gue sedih sekali. Ketika gue sedang mengalami rasa seperti ini, gue malah nggak bisa nulis-nulis.

Masalahnya adalah, gue nggak tahu ke siapa gue harus cerita.

Mungkin jawabannya satu.

Tuhan.

Mungkin gue akhir-akhir ini (seperti yang gue bilang di atas, lebih sering mikirin cowok daripada Tuhan, istighfar Tiq!) lagi jauh dari Allah SWT hingga Dia menguji gue dengan hal-hal yang membebani gue. Mungkin, ya, mungkin... mungkin saja benar.

Gue butuh lebih sabar lagi, mungkin. Sabar, dan sedikit cuek... seharusnya gue tidak usah terlalu membawa hipersensitivitas gue ke dalam semua hal.

Seandainya, semudah itu... tapi “seandainya” bukan hal yang akan mengubah apa-apa.

Ya Allah, apa sih yang terjadi sama gue? 

0 komentar:

Posting Komentar