Mungkin
kalau Ibu membaca judul postingan gue kali ini, beliau bakal tertawa dan memprotes
gue dengan kalimat:
“Belajar itu jangan dicoba, Mbak...”
Ah, Ibu.
Sebenernya
gue juga nggak bermaksud menulis postingan berjudul ini dengan topik-topik
pembelajaran yang penuh ilmu.
Lagi-lagi,
ini tentang gue. Gue yang sedang belajar (bukan mencoba belajar). Belajar menulis. Belajar membaca. Belajar
mendengar. Belajar... di Kedokteran Gigi. Well.
Hari ini
tanggal 23 November 2012, jam 20:53. Gue di kamar kosan, sampai semenit yang
lalu mendengarkan lagu-lagu KPop pilihan (termasuk, Why Did I Fall In Love With You dari DBSK, yang sukses membuat gue
menitikkan air mata sekian kali, dan lagu-lagu yang lain) sambil membuka-buka file
Ms. Word gue yang bertuliskan naskah-naskah cerita (yang tidak selesai), kemudian
memutuskan untuk menulis ini. Karena gue merasa mendengarkan musik tidak
membuat gue produktif (karena bukannya menulis dengan lancar, gue malah ikut
menyanyi bersama boygroup dan girlgroup Korea yang ada di ponsel gue) maka gue
mematikan fungsi music player di
ponsel gue dan menghadap laptop secara serius malam ini.
Gue lagi
jenuh banget. JENUUHH BANGET. Mungkin saat ini adalah titik jenuh gue di
semester V. Gue merasa jadi orang terbelakang. Gue merasa hidup gue gini-gini
aja. Gue merasa kehidupan sehari-hari gue monoton banget. Datar. Bosan. Nggak
ada kejutan-kejutan menarik yang bikin gue berpikir, “oh, gue seneng banget nih, semangat ah buat besok!” seperti beberapa
waktu lalu. Gue kehilangan semangat.
Atau, ini
efek jatuh cinta (lagi) sama orang yang salah (lagi)? Jatuh cinta (lagi) sama
orang yang udah punya orang lain (lagi!)?
Gue memang
nggak kapok-kapok suka sama orang yang seperti itu. Gue pengen sekali berhenti.
Pengen. Tapi mungkin niat gue berhenti kurang kuat. Gue mencoba berhenti, dan
gagal. Berkali-kali. Gue harus menguatkan niat gue.
Tapi sebelum
itu, pertanyaan utama “WHY DID I FALL IN LOVE WITH YOU?” itu harus dijawab
duluan.
Baru deh
bisa berhenti.
Hmm, gue
baru sadar gue terlalu egois, karena hampir setiap postingan di blog gue, selalu
tentang gue, dan nggak pernah tentang orang lain. Selalu atas nama gue. Selalu.
Habis baca
naskah-naskah, gue berpikir, kenapa ya, naskah-naskah cerita gue nggak pernah
ada yang gue selesaikan? Gue benar-benar harus belajar menyelesaikan sesuatu.
Naskah gue
selalu gantung. Stuck di tengah. Bahkan
awal-awal. Gue selalu punya ide tertentu (dan di saat-saat tertentu juga, sih) dan
gue langsung tulis menjadi awal cerita baru. Tapi habis itu, gue nggak tahu mau
dikemanain cerita itu. Gue hampir tidak pernah menulis ending yang tepat untuk
setiap cerita gue – yang berbeda-beda.
Gue kesel
lagi, sama diri gue sendiri.
Di masa-masa
dimana gue seharusnya memikirkan keluarga dan Allah SWT serta nabi dan
rasul-Nya, tapi gue malah lebih memikirkan seorang cowok, kayak gini, gue
merasa kesel banget. Marah. Sedih. Jengkel. Rasanya, nggak bisa berbuat
apa-apa. Rasanya, apa-apa selalu salah. Rasanya, bosan sekali. Perasaan macam
ini. Campur aduk.
Gue sekarang
bisa nangis lagi, gue nggak bisa nulis, gue bingung mau ngapain. Gue sedih
sekali. Ketika gue sedang mengalami rasa seperti ini, gue malah nggak bisa
nulis-nulis.
Masalahnya
adalah, gue nggak tahu ke siapa gue harus cerita.
Mungkin
jawabannya satu.
Tuhan.
Mungkin gue akhir-akhir
ini (seperti yang gue bilang di atas, lebih sering mikirin cowok daripada
Tuhan, istighfar Tiq!) lagi jauh dari Allah SWT hingga Dia menguji gue dengan hal-hal
yang membebani gue. Mungkin, ya, mungkin... mungkin saja benar.
Gue butuh
lebih sabar lagi, mungkin. Sabar, dan sedikit cuek... seharusnya gue tidak usah
terlalu membawa hipersensitivitas gue ke dalam semua hal.
Seandainya,
semudah itu... tapi “seandainya”
bukan hal yang akan mengubah apa-apa.
Ya Allah, apa
sih yang terjadi sama gue?
0 komentar:
Posting Komentar