Suara hati: Hai... lama tidak bertemu?
Aku: Things happen :)
Suara hati: Kangen aku?
Aku: Yep, a little.
Suara hati: Nggak usah malu :D
Aku: Siapa yang malu!
Suara hati: Kalau begitu, ceritalah.
Aku: Tak ada yang mesti diceritakan... kau lah yang mengalami semuanya.
Suara hati: Well, kalau begitu teriakkanlah apa yang menjadi bebanmu.
Aku: Aku hanya ingin minta maaf karena melakukan ini padamu.
Suara hati: Melakukan apa?
Aku: Oh, jangan berpura-pura tak tahu!
Suara hati: Hahahaha. Aku tak apa-apa.
Aku: Tapi aku merasa hatiku sakit lagi.
Suara hati: Kau membiarkan perasaanmu berkembang, tidak salah.
Aku: Yang salah adalah waktu.
Suara hati: Mungkin waktunya kurang tepat, yeah.
Aku: Dan kapankah aku bisa mendapatkan waktu yang tepat untuk jatuh cinta?
Suara hati: Suatu saat... mungkin masih rahasia.
Aku: Dan akankah aku bisa mendapatkan orang yang tepat untuk kucintai?
Suara hati: Pasti!
Aku: Aku tak sabar untuk menunggu saat itu tiba.
Suara hati: Bersabarlah. Kau akan menemukan orang yang tepat. Ini hanya masalah waktu.
Aku: Aku sudah tak tahan dengan semua ini.
Suara hati: Berat ya, rasanya menyukai orang yang mencintai orang lain?
Aku: Dua kali aku mengalami itu, dan rasanya, ya, berat!
Suara hati: Oh, sayang, kadang kurasa semua hal terjadi padamu.
Aku: Tak apa. Aku sudah biasa kok disakiti.
Suara hati: Dan bukankah kau akhir-akhir ini sering sekali menangis?
Aku: Aku hanya bingung dengan peristiwa yang terjadi beberapa bulan ini.
Suara hati: Bukankah kau dulu bilang dengan begitu bangganya: butuh lebih dari sekedar jarum yang tajam untuk menyakitiku?
Aku: THINGS CHANGED, DUDE.
Suara hati: Oke, oke. Relax, hey.
Aku: Aku bahkan tak tahu apa yang terjadi pada diriku!
Suara hati: Kau terlalu memikirkan perasaan orang lain. Pikirkanlah perasaanmu dulu.
Aku: Aku memikirkan perasaan orang lain yang berkaitan dengan perasaanku!
Suara hati: Kalau begitu pilihlah saat-saat yang tepat untuk memikirkan orang lain... prioritas utama adalah memperbaiki hatimu yang rusak, sayang.
Aku: Hati yang rusak tidak akan bisa diperbaiki... setidaknya tidak sesempurna ia sebelum rusak.
Suara hati: Well, setidaknya kau bisa merangkai patahan-patahannya dan menyiapkannya untuk tamu yang baru.
Aku: Patahannya tercecer entah dimana.
Suara hati: Akan kubantu mencari.
Aku: Benarkah? Oh, baik sekali.
Suara hati: Bukankah kita satu? Itu janji kita beberapa bulan yang lalu.
Aku: Janji kelingking.
Suara hati: Janji pramuka.
Aku: Apa?
Suara hati: Ah, tidak... sudah, sekarang tersenyumlah :)
Aku: Terima kasih sudah begitu setia :)
Suara hati: Selalu :D
0 komentar:
Posting Komentar