Rabu, 08 Juni 2011

, ,

Kata Hati (IV)

Suara hati: Hai... lama tidak bertemu?
Aku: Things happen :)
Suara hati: Kangen aku?

Aku: Yep, a little.

Suara hati: Nggak usah malu :D

Aku: Siapa yang malu!

Suara hati: Kalau begitu, ceritalah.

Aku: Tak ada yang mesti diceritakan... kau lah yang mengalami semuanya.

Suara hati: Well, kalau begitu teriakkanlah apa yang menjadi bebanmu.

Aku: Aku hanya ingin minta maaf karena melakukan ini padamu.

Suara hati: Melakukan apa?

Aku: Oh, jangan berpura-pura tak tahu!

Suara hati: Hahahaha. Aku tak apa-apa.

Aku: Tapi aku merasa hatiku sakit lagi.

Suara hati: Kau membiarkan perasaanmu berkembang, tidak salah.

Aku: Yang salah adalah waktu.

Suara hati: Mungkin waktunya kurang tepat, yeah.

Aku: Dan kapankah aku bisa mendapatkan waktu yang tepat untuk jatuh cinta?

Suara hati: Suatu saat... mungkin masih rahasia.

Aku: Dan akankah aku bisa mendapatkan orang yang tepat untuk kucintai?

Suara hati: Pasti!

Aku: Aku tak sabar untuk menunggu saat itu tiba.

Suara hati: Bersabarlah. Kau akan menemukan orang yang tepat. Ini hanya masalah waktu.

Aku: Aku sudah tak tahan dengan semua ini.

Suara hati: Berat ya, rasanya menyukai orang yang mencintai orang lain?

Aku: Dua kali aku mengalami itu, dan rasanya, ya, berat!

Suara hati: Oh, sayang, kadang kurasa semua hal terjadi padamu.

Aku: Tak apa. Aku sudah biasa kok disakiti.

Suara hati: Dan bukankah kau akhir-akhir ini sering sekali menangis?

Aku: Aku hanya bingung dengan peristiwa yang terjadi beberapa bulan ini.

Suara hati: Bukankah kau dulu bilang dengan begitu bangganya: butuh lebih dari sekedar jarum yang tajam untuk menyakitiku?

Aku: THINGS CHANGED, DUDE.

Suara hati: Oke, oke. Relax, hey.

Aku: Aku bahkan tak tahu apa yang terjadi pada diriku!

Suara hati: Kau terlalu memikirkan perasaan orang lain. Pikirkanlah perasaanmu dulu.

Aku: Aku memikirkan perasaan orang lain yang berkaitan dengan perasaanku!

Suara hati: Kalau begitu pilihlah saat-saat yang tepat untuk memikirkan orang lain... prioritas utama adalah memperbaiki hatimu yang rusak, sayang.

Aku: Hati yang rusak tidak akan bisa diperbaiki... setidaknya tidak sesempurna ia sebelum rusak.

Suara hati: Well, setidaknya kau bisa merangkai patahan-patahannya dan menyiapkannya untuk tamu yang baru.

Aku: Patahannya tercecer entah dimana.

Suara hati: Akan kubantu mencari.

Aku: Benarkah? Oh, baik sekali.

Suara hati: Bukankah kita satu? Itu janji kita beberapa bulan yang lalu.

Aku: Janji kelingking.

Suara hati: Janji pramuka.

Aku: Apa?

Suara hati: Ah, tidak... sudah, sekarang tersenyumlah :)

Aku: Terima kasih sudah begitu setia :)

Suara hati: Selalu :D

0 komentar:

Posting Komentar